@hila.mohamd2:

موحدة بالله
موحدة بالله
Open In TikTok:
Region: DE
Friday 29 November 2024 08:58:28 GMT
434982
33974
0
6587

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @hila.mohamd2, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

#pov : [EPISODE 2] Jay berdiri di ambang pintu. Wajahnya merah, matanya penuh amarah dan keterkejutan. Napasnya memburu. Kamu membeku. Terlambat untuk menjelaskan. “K-kamu pulang lebih cepat…” “APA KAU GILA?!” Jay melangkah cepat, dan sebelum kamu bisa mundur, tangannya sudah menarik kasar pergelangan tanganmu. Kamu terhuyung. “Kau janji tidak akan pernah masuk ke ruangan ini!” bentaknya. “Ini tempatnya! TEMPATNYA! Kau tidak punya hak ada di sini!” “Aku hanya ingin tahu siapa dia!” isakmu lirih. “Kau tidak pernah bicara tentangnya. Tidak satu pun foto. Tidak satu pun kata. Aku…” “Karena kau BUKAN DIA!” suaranya meninggi. Jay mendorongmu menjauh, membuatmu terjatuh membentur pinggiran ranjang.  “Aku tidak butuh kamu untuk menghidupkan kenangan yang sudah mati! Aku tidak butuh orang asing menyentuh hidupku, menyentuh ruangan istriku… wajahmu saja sudah cukup membuatku muak!” Kamu memejamkan mata. Air matamu jatuh satu per satu. Tanganmu bergetar, dada sesak oleh kata-kata yang tak bisa kamu tahan lagi. “Aku tidak ingin menjadi dia!” jeritmu akhirnya. “Aku juga tidak ingin menggantikannya!
#pov : [EPISODE 2] Jay berdiri di ambang pintu. Wajahnya merah, matanya penuh amarah dan keterkejutan. Napasnya memburu. Kamu membeku. Terlambat untuk menjelaskan. “K-kamu pulang lebih cepat…” “APA KAU GILA?!” Jay melangkah cepat, dan sebelum kamu bisa mundur, tangannya sudah menarik kasar pergelangan tanganmu. Kamu terhuyung. “Kau janji tidak akan pernah masuk ke ruangan ini!” bentaknya. “Ini tempatnya! TEMPATNYA! Kau tidak punya hak ada di sini!” “Aku hanya ingin tahu siapa dia!” isakmu lirih. “Kau tidak pernah bicara tentangnya. Tidak satu pun foto. Tidak satu pun kata. Aku…” “Karena kau BUKAN DIA!” suaranya meninggi. Jay mendorongmu menjauh, membuatmu terjatuh membentur pinggiran ranjang. “Aku tidak butuh kamu untuk menghidupkan kenangan yang sudah mati! Aku tidak butuh orang asing menyentuh hidupku, menyentuh ruangan istriku… wajahmu saja sudah cukup membuatku muak!” Kamu memejamkan mata. Air matamu jatuh satu per satu. Tanganmu bergetar, dada sesak oleh kata-kata yang tak bisa kamu tahan lagi. “Aku tidak ingin menjadi dia!” jeritmu akhirnya. “Aku juga tidak ingin menggantikannya!" Jay tampak terdiam sesaat. Matanya bergerak lambat menatapmu yang terduduk di lantai, wajahmu basah, tubuhmu gemetar. Tapi tatapan itu bukan iba. Bukan juga simpati. Hanya... kebekuan. Akhirnya, ia berkata datar. “Jangan pernah masuk ke sini lagi.” Dan dia pergi, meninggalkanmu sendirian di dalam kamar istrinya yang dingin. Kamar yang menyimpan cinta yang belum padam, dan luka yang belum sembuh. Mungkin kamu terlalu berharap. Terlalu ingin dimengerti. Tapi sekarang kamu tahu... Kamu tak pernah benar-benar menjadi istri Jay. Kamu hanyalah cermin yang dipasang di dinding masa lalu. Dan ia—masih terlalu tenggelam untuk menyadari bahwa kamu juga memiliki luka sendiri. ________ Beberapa minggu kemudian... Pagi itu dunia masih sama, kelabu dan dingin. Tapi tubuhmu tidak. Sudah dua minggu kamu merasakan sesuatu yang aneh. Mual di pagi hari, mudah lelah, perubahan suasana hati yang tidak seperti biasanya. Kamu pikir itu hanya karena stres, karena Jay. Karena luka-luka yang diam-diam kamu simpan setiap hari. Namun pagi ini, kamu berdiri di kamar mandi dengan tangan gemetar menatap alat kecil di tanganmu. Dua garis merah. Hening. Dunia berhenti detak jantungmu menggema lebih keras dari suara hujan yang jatuh di luar sana. Kamu hamil. Air matamu jatuh perlahan, bukan karena sedih juga bukan karena bahagia. Tapi karena kamu tidak tahu harus bagaimana. Kamu membawa nyawa kecil dalam tubuhmu, dari seorang pria yang bahkan tak melihatmu sebagai manusia. Kamu menunggu momen itu seharian. Menunggu Jay pulang dari kantor. Menunggu langkah kakinya melewati ruang tengah. Menunggu keberanianmu untuk bicara. Hingga malam datang. Ia akhirnya pulang. Jay menggantung jasnya tanpa bicara. Kamu berdiri di ruang makan, memeluk tubuhmu sendiri. Wajahmu pucat, tanganmu dingin. “Ada yang ingin aku bicarakan,” katamu pelan. Jay tidak menoleh. “Cepat. Aku lelah.” Kamu menggigit bibir. “Aku… hamil.” Keheningan. Jay diam. Tidak bergeming. Seperti tidak mendengar. “Aku bilang… aku hamil, Jay.” Akhirnya ia menoleh. Matanya menatapmu dengan ekspresi datar. Dingin. Terlalu datar untuk kabar sebesar ini. “Dan?” Kata itu jatuh seperti batu ke dasar hatimu. “Kau tidak… ingin mengatakan apa pun?” tanyamu, suaramu bergetar. “Ini anakmu…” Jay menghela napas, mengambil segelas air dari meja, lalu duduk di sofa tanpa menatapmu. “Kalau itu benar, urus sendiri. Aku tidak peduli.” Kamu terdiam. Dunia seperti pecah di sekelilingmu. Kata-katanya menusuk lebih dalam dari apa pun yang pernah dia ucapkan. “Jay… ini anakmu…” ulangmu, nyaris tak percaya. “Jangan gunakan itu untuk menarik simpatiku,” katanya dingin. “Aku tidak butuh anak. Tidak sekarang, tidak darimu.” “Kau bisa tetap tinggal kalau kau mau. Tapi jangan berharap aku akan mencintai anak itu. Aku tidak ingin mengulang luka yang sama.” Perlahan matamu basah karena air mata. #jay #jongseong #enhypen #xyzbca #4u #fyp

About