@umdoomed: Minigt castings lowkey keep getting better #fyp #miniscale #diecast #carsoftiktok #cinematic #164scale #minigt #hotwheels #lamborghini #revuelto

margiela
margiela
Open In TikTok:
Region: ID
Thursday 16 January 2025 11:21:42 GMT
88863
5886
85
1475

Music

Download

Comments

gi_bao211
Đặng T.V :
😻😻😻
2025-10-19 13:37:28
0
clarkson204
Clarkson 🇺🇲 :
where did you go to buy your models? (I'm confused i want to buy my first mini gt car as an American and they dont directly sell them from their website)
2025-07-18 04:08:12
0
benjags
benji :
Damnp
2025-04-12 13:57:31
0
.jared134
𝙱𝚖𝚠🦈 :
I have it 🔥💯
2025-02-01 14:59:38
0
qwrrtrm
subii :
brand?
2025-02-22 19:26:13
0
lighting141514
1% :
I need to get the Revuelto from MiniGT 🙏
2025-02-18 07:49:46
1
spottingworld_
Stefspots :
💯💯💯
2025-02-26 21:40:56
0
michaelrivera_h
MICHAEL⛹🏻 :
😭😭😒
2025-09-28 03:40:43
0
mukurisan
Mukuri San 🤙🏻 :
what lens you use bro 🥹🙏
2025-01-16 11:53:02
1
bernillo1_
Rylle :
this guy lit is my fav rn
2025-03-30 11:09:50
0
giftbansil
Ghost :
imma go buy a cpl
2025-01-16 14:15:35
2
dcl.cars
Dec™ :
where do u get these from?
2025-01-18 01:24:26
1
uocludoankhongquan918
Le Tran Tien :
🥀🥀🥀
2025-05-24 15:26:53
0
ashiennee
️ :
eh ada mantanku 🤭🤭
2025-01-16 11:49:32
1
dbhotwheels
DB_hotwheels :
🔥🔥🔥
2025-01-18 11:32:16
0
beatpopmamba
𝙂𝙣𝙩𝙗𝙢𝙖 :
rims will be better in silver 🤩
2025-01-16 13:40:38
1
jstn_rex
T-rex :
🔥🔥🔥
2025-01-16 11:47:38
1
brodyy.64
Brodyy :
🙋‍♂️
2025-01-16 11:23:40
1
jahseh17.17.17
@jahs_eh77𖣂 :
Yo lo conseguí hace 3 meses 🙏
2025-06-08 20:15:28
0
kyriedcsts
kyrie64 :
😍
2025-01-17 09:05:03
2
dzakymt89999
only KRI :
goated collection, goated movement, goated resolution, goated stability 🔥
2025-01-16 15:12:58
1
xyzd1tzzz
adit dipanggil nengok :
device apa bg?
2025-01-23 09:45:40
0
_chromy
adam :
ganti velg ga si?? 😏
2025-01-16 11:46:12
2
p0rsche_lovers
Porsche_Lovers :
Only 3 in indonesia 😳
2025-01-16 11:26:53
1
To see more videos from user @umdoomed, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

#POV Part 3 | Sejak hari itu, hidupmu resmi kacau. Bukan karena tugas kuliah yang menumpuk, bukan pula karena drama receh antar-maba yang biasanya hanya berkisar soal titip absen atau rebutan kursi depan kelas. Kekacauanmu punya nama, punya wajah, dan punya suara yang terlalu mudah untuk dikenali, Yoon Jeonghan. Laki-laki itu benar-benar mengambil serius “ancamannya.” Kalimat yang dulu kamu kira sekadar lelucon spontan kini menjelma menjadi senjata yang ia gunakan tanpa ragu, tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan untukmu bernapas dengan tenang. Setiap kali bertemu—entah di koridor fakultas yang penuh derap langkah mahasiswa, di kantin yang riuh dengan suara piring beradu, atau bahkan di grup chat organisasi tempat semua orang bisa membaca—ada satu kata yang selalu meluncur dari bibirnya. “Cupcake.” Awalnya kamu pikir itu hanya akan terjadi sekali. Sebuah gimmick iseng, sekadar membuat pipimu memanas di depan teman-teman. Kamu bahkan sempat menenangkan diri dengan berpikir 'ya sudahlah, sekali ini saja.' Tapi ternyata, Jeonghan bukan tipe yang berhenti di kata “sekali.” Dia konsisten. Menyebalkan sekaligus… entah kenapa, membuat jantungmu ikut berdebar dengan ritme yang tak pernah bisa kamu kontrol. Panggilan itu menempel di udara seperti parfum manis yang terlalu pekat. Di setiap lorong, di sela obrolan, bahkan di layar ponselmu. Satu kata sederhana—cupcake—yang seharusnya tak lebih dari lelucon basi, berubah menjadi identitas yang perlahan-lahan menjeratmu. Dan semakin kamu berusaha mengabaikannya, semakin keras Jeonghan menancapkan kata itu ke hidupmu. Seakan-akan, sejak hari itu, kamu bukan lagi hanya mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan dunia kampus. Kamu sudah jadi cupcake-nya Yoon Jeonghan—setidaknya di matanya, dan di telinga semua orang yang kebetulan mendengar. Siang itu kantin kampus terasa seperti biasa, panas, ramai, bau makanan bercampur dengan suara mahasiswa berceloteh. Kamu duduk di meja pojok bersama beberapa teman sesama maba, mencoba fokus pada obrolan santai tentang tugas yang menumpuk. Sendok garpu beradu, suara tawa kecil terlepas di antara kalian. Sampai suara itu datang. Suara yang terlalu familiar, terlalu enteng, dan terlalu mampu membuat seluruh kantin ikut diam. “Cupcake! Lo mau gue bawain es jeruk atau lemon tea?” Sendokmu berhenti di udara. Teman-temanmu langsung menoleh serempak, pandangan mereka berpindah dari wajahmu yang tiba-tiba kaku ke arah sumber suara di belakang. Kamu sendiri nyaris keselek nasi. “KAK JEONGHAN!” serumu refleks, menoleh dengan mata melebar, pipi panas membara. “Jangan panggil aku gitu di depan orang banyak!” Dia datang seperti badai dengan wajah setenang laut. Senyum tanpa dosa yang menjadi ciri khasnya menggantung di bibirnya, nampan makanan ia taruh santai di mejamu seolah-olah tempat itu memang sudah dipesan atas namanya. Jeonghan duduk dengan sikap santai, bahkan nyaris malas, seakan semua tatapan mahasiswa lain bukan urusannya. “Kenapa?” tanyanya ringan, nada suaranya seperti angin sore yang menggoda. “Kan lucu. Cocok banget sama lo.” Kamu bisa mendengar heboh kecil di antara teman-temanmu. Bisikan-bisikan yang terdengar lebih keras daripada biasanya. “Eh-eh, dipanggil cupcake!” “Wah, Kak Jeonghan, beneran serius nih sama temen kita?” Kamu semakin salah tingkah. Suara darahmu sendiri terasa lebih nyaring di telinga dibandingkan keributan kantin. “Nggak! Dia emang gila aja!” katamu, mencoba membela diri, meski nada suaramu justru terdengar panik. Jeonghan hanya menyendok makanannya dengan tenang, gerakannya lambat, seperti sedang menonton film yang hanya dia yang tahu endingnya. “Cupcake gue emang suka denial,” katanya begitu saja, dengan senyum kecil yang menusuk sabarmu. “Jangan bilang-bilang ‘cupcake gue’ dong!” suaramu hampir melengking. Kamu meraih sendokmu seperti itu bisa jadi senjata untuk menangkis serangan Jeonghan. (lanjutan di komenn) #seventeen #jeonghan #alternativeuniverse #fypシ゚
#POV Part 3 | Sejak hari itu, hidupmu resmi kacau. Bukan karena tugas kuliah yang menumpuk, bukan pula karena drama receh antar-maba yang biasanya hanya berkisar soal titip absen atau rebutan kursi depan kelas. Kekacauanmu punya nama, punya wajah, dan punya suara yang terlalu mudah untuk dikenali, Yoon Jeonghan. Laki-laki itu benar-benar mengambil serius “ancamannya.” Kalimat yang dulu kamu kira sekadar lelucon spontan kini menjelma menjadi senjata yang ia gunakan tanpa ragu, tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan untukmu bernapas dengan tenang. Setiap kali bertemu—entah di koridor fakultas yang penuh derap langkah mahasiswa, di kantin yang riuh dengan suara piring beradu, atau bahkan di grup chat organisasi tempat semua orang bisa membaca—ada satu kata yang selalu meluncur dari bibirnya. “Cupcake.” Awalnya kamu pikir itu hanya akan terjadi sekali. Sebuah gimmick iseng, sekadar membuat pipimu memanas di depan teman-teman. Kamu bahkan sempat menenangkan diri dengan berpikir 'ya sudahlah, sekali ini saja.' Tapi ternyata, Jeonghan bukan tipe yang berhenti di kata “sekali.” Dia konsisten. Menyebalkan sekaligus… entah kenapa, membuat jantungmu ikut berdebar dengan ritme yang tak pernah bisa kamu kontrol. Panggilan itu menempel di udara seperti parfum manis yang terlalu pekat. Di setiap lorong, di sela obrolan, bahkan di layar ponselmu. Satu kata sederhana—cupcake—yang seharusnya tak lebih dari lelucon basi, berubah menjadi identitas yang perlahan-lahan menjeratmu. Dan semakin kamu berusaha mengabaikannya, semakin keras Jeonghan menancapkan kata itu ke hidupmu. Seakan-akan, sejak hari itu, kamu bukan lagi hanya mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan dunia kampus. Kamu sudah jadi cupcake-nya Yoon Jeonghan—setidaknya di matanya, dan di telinga semua orang yang kebetulan mendengar. Siang itu kantin kampus terasa seperti biasa, panas, ramai, bau makanan bercampur dengan suara mahasiswa berceloteh. Kamu duduk di meja pojok bersama beberapa teman sesama maba, mencoba fokus pada obrolan santai tentang tugas yang menumpuk. Sendok garpu beradu, suara tawa kecil terlepas di antara kalian. Sampai suara itu datang. Suara yang terlalu familiar, terlalu enteng, dan terlalu mampu membuat seluruh kantin ikut diam. “Cupcake! Lo mau gue bawain es jeruk atau lemon tea?” Sendokmu berhenti di udara. Teman-temanmu langsung menoleh serempak, pandangan mereka berpindah dari wajahmu yang tiba-tiba kaku ke arah sumber suara di belakang. Kamu sendiri nyaris keselek nasi. “KAK JEONGHAN!” serumu refleks, menoleh dengan mata melebar, pipi panas membara. “Jangan panggil aku gitu di depan orang banyak!” Dia datang seperti badai dengan wajah setenang laut. Senyum tanpa dosa yang menjadi ciri khasnya menggantung di bibirnya, nampan makanan ia taruh santai di mejamu seolah-olah tempat itu memang sudah dipesan atas namanya. Jeonghan duduk dengan sikap santai, bahkan nyaris malas, seakan semua tatapan mahasiswa lain bukan urusannya. “Kenapa?” tanyanya ringan, nada suaranya seperti angin sore yang menggoda. “Kan lucu. Cocok banget sama lo.” Kamu bisa mendengar heboh kecil di antara teman-temanmu. Bisikan-bisikan yang terdengar lebih keras daripada biasanya. “Eh-eh, dipanggil cupcake!” “Wah, Kak Jeonghan, beneran serius nih sama temen kita?” Kamu semakin salah tingkah. Suara darahmu sendiri terasa lebih nyaring di telinga dibandingkan keributan kantin. “Nggak! Dia emang gila aja!” katamu, mencoba membela diri, meski nada suaramu justru terdengar panik. Jeonghan hanya menyendok makanannya dengan tenang, gerakannya lambat, seperti sedang menonton film yang hanya dia yang tahu endingnya. “Cupcake gue emang suka denial,” katanya begitu saja, dengan senyum kecil yang menusuk sabarmu. “Jangan bilang-bilang ‘cupcake gue’ dong!” suaramu hampir melengking. Kamu meraih sendokmu seperti itu bisa jadi senjata untuk menangkis serangan Jeonghan. (lanjutan di komenn) #seventeen #jeonghan #alternativeuniverse #fypシ゚

About