@zoe.ebarb: I somewhat learned the dance 🕺🏽🕺🏽

Zoe🐸
Zoe🐸
Open In TikTok:
Region: US
Monday 14 April 2025 22:29:32 GMT
523112
65198
106
931

Music

Download

Comments

10x40x20
Cojo :
Do you play soccer ?
2025-04-15 17:24:54
124
vencanine
dmitry (ven) :
You learned this dance pretty fast DAMN
2025-04-14 22:55:03
565
itsyohanes
Yohanes :
Ooo bet
2025-04-14 22:32:20
2
imjustbackpack
Tokeroy27 :
streaks on the mirror is enemy number 1
2025-04-17 21:49:48
53
shahofiran_20innacan
Gewt :
Proof?
2025-04-18 00:02:40
0
annicandih
Annie 🦇 :
Girl what’s your workout 😭
2025-07-31 23:05:47
0
king.mcbride
KingMC :
Was waiting for lil Tony to come in ngl
2025-04-18 07:20:55
1
daknka
daknka :
Yeessssss
2025-04-18 17:52:27
0
memory.hates.you69
🫀memory parks 🫁 :
How does someone manage a body like this😍
2025-08-07 17:34:41
0
jakeasaki_650r
Jakeasaki_650R :
It’s the little faces for me 😂
2025-04-14 22:37:01
1
elmarte04
El Marte :
Adventure Time
2025-04-26 22:05:07
0
shelbycompanyltd7
ShelbyCompanyLTD :
Can I have your autograph? 🗒️
2025-04-14 22:31:39
0
damnguy27
DamnGuy27 :
Damn been a min
2025-04-14 22:52:16
0
catnrp
🌺 :
2025-05-25 20:54:33
10
magomightbeondrugs
mago :
this girl is an absolute vibe pls
2025-05-17 10:49:42
0
lonelycactus_72
lonelycactus_72 :
Gorgeous 💖
2025-04-14 22:31:26
0
tiamanensquaremassacre
:) :
Oh no..
2025-04-22 16:19:07
1
mlopez3170
mlopez317 :
Lunch all day 😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
2025-04-17 22:57:09
0
randm.exe
່່່ :
proof?
2025-04-17 09:24:47
2
teemuw5
teemuw :
nike pros🙏
2025-05-22 02:31:44
0
pickle..rick07
Meghan ❤️‍🔥 :
Promise?
2025-04-27 13:51:22
4
thejadedlotus
The Jaded Lotus 🏴‍☠️ :
YEEEE
2025-04-16 18:23:21
0
To see more videos from user @zoe.ebarb, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Saat itu, Marakesh menjadi pijakan terakhir Sunghoon sebelum mengakhiri sepak terjang kariernya sebagai peselancar indah. Di suatu malam, bersama dengan ayahnya, Sunghoon melihat toko parfum kecil di antara bangunan tinggi kuno. Di sana, pertemuan pertamanya denganmu bermula. Kamu tersenyum hangat melihat Sunghoon, pelanggan terakhir sebelum kamu membalik tanda tutup pada pintu toko. “Selamat datang, ada yang bisa saya bantu, Tuan?”  Kamu menunduk kecil menjaga pandangan padanya, tetap senyum sesuai adat. Sunghoon tertegun mendengar sapaan ramah dalam bahasa Korea, begitupun ayahnya. “Kami pikir nggak bakal ketemu sama orang yang paham bahasa ini. Aksenmu bagus sekali, Nona.”  Suara ringan Sunghoon menusuk telinga, langsung menancap ke otak. Kepalamu terangkat pelan menemui matanya. Dalam pandangan yang tertukar, terselip cipratan kekaguman akan parasnya. Sunghoon pun sama. Di balik sorot matanya, ada rasa ingin tahu besar tentangmu sekarang. Hari demi hari berganti. Sejak kepergian Sunghoon membawa parfum oud yang dijual di tokomu, lelaki itu mampu menempati ruang kosong hatimu. Kamu kira malam itu Sunghoon menjadi entitas biasa di kehidupan, tapi ternyata dia selalu datang di akhir pekan, memulai percakapan mengenai perasaan. Bersama dengan Jake—kakak sulungmu, Sunghoon membawamu ke tempat terakhir yang ia kunjungi sebelum rencana kembali ke negeri asal. Bangunan riad tua terbengkalai menjadi pemandangan ketika senja mulai menampakkan diri. “(Y/N), kalau aku balik korea minggu depan kamu ikhlas nggak?” Sunghoon menatap kosong hamparan gersang taman terbengkalai. Pikirannya bergelut tentang keputusan apakah dia menetap di sini atau kembali ke tanah kelahiran. Kamu tertawa kecil mendengar bagaimana Sunghoon menggunakan kata ‘ikhlas’ di percakapan. “Kamu kerja keras banget belajarnya,” katamu memujinya.  Sunghoon tersenyum lembut mengingat perjuangannya mendalami filosofi budaya setempat, termasuk ajaran tentang Islam. “Buat kamu semua aku usahakan, (Y/N).”  Kepalamu menggeleng pelan. “Ayahku masih belum rida. Kamu nggak perlu memaksakan diri, Sunghoon. Lagian keluargaku menganggap tabu turis sepertimu,” balasmu tegas, tetap menjaga kehormatan. Kalimat yang terlontar dari bibirmu tampaknya membuat Sunghoon tak pupus begitu saja.  “Kalau gitu tunggu aku dua bulan,” pungkasnya. Sesuai janjinya, Sunghoon datang menghadap ayahmu untuk kesekian kalinya. Kali ini berbeda. Jika sebelumnya ia membawa tubuh yang kosong akan kebodohan, sekarang dia datang membawa iman. Sunghoon memeluk agama Islam setelah berhasil mengucap syahadat di depan ayahmu, bersama dengan imam setempat yang mengesahkan. Ayahmu melihat cinta yang besar pada putrinya.  “Sunghoon, mualaf itu masih rapuh. Perkuat imanmu kepada Allah dulu, baru temui aku. Saat itu juga aku akan memberi restu.” ——— Dengan restu yang didapat setelah melewati berbagai rintangan, kerja keras, hingga pengorbanan, Sunghoon diizinkan untuk menikahimu. Di halaman rumahmu, kain kaftan putih dengan brokat mewah yang dihias bordir emas menjuntai elegan, menandakan kamu bintang utama. Sedangkan Sunghoon memakai pakaian tradisional Arab, sesuai dengan adat. Janji suci saling diucapkan dari lisan dua pasangan. Pernikahan berlandaskan paham Islam yang khidmat, mengikat cinta dari dua belahan dunia yang berbeda. Pandangan kalian bertukar, perasaan lega menghunus jiwa, membuat Sunghoon tak henti senyum sepanjang acara. “Masya Allah, cantiknya istriku,” ujar Sunghoon saat kamu meraih tangan kanannya di ubun-ubun. Sunghoon lantas mendoakan kebaikan untukmu selaku istrinya. Ini merupakan sentuhan pertama kalian. Sunghoon memelukmu saat pintu kamar tertutup rapat. Pelukannya semakin erat, mengisyaratkan bahwa cinta halal ini begitu indah. Bibirnya menuju keningmu, mengecup lembut sebelum turun ke pipi. “Jatuh cinta itu indah, ya sayang. Selain menemukanmu yang udah jadi duniaku, aku juga menemukan Allah sebagai Tuhanku,” ucap Sunghoon penuh syukur. Kamu tersenyum penuh penghargaan. “Insyaallah, suamiku.” #pov #sunghoon #fyp
POV: Saat itu, Marakesh menjadi pijakan terakhir Sunghoon sebelum mengakhiri sepak terjang kariernya sebagai peselancar indah. Di suatu malam, bersama dengan ayahnya, Sunghoon melihat toko parfum kecil di antara bangunan tinggi kuno. Di sana, pertemuan pertamanya denganmu bermula. Kamu tersenyum hangat melihat Sunghoon, pelanggan terakhir sebelum kamu membalik tanda tutup pada pintu toko. “Selamat datang, ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Kamu menunduk kecil menjaga pandangan padanya, tetap senyum sesuai adat. Sunghoon tertegun mendengar sapaan ramah dalam bahasa Korea, begitupun ayahnya. “Kami pikir nggak bakal ketemu sama orang yang paham bahasa ini. Aksenmu bagus sekali, Nona.” Suara ringan Sunghoon menusuk telinga, langsung menancap ke otak. Kepalamu terangkat pelan menemui matanya. Dalam pandangan yang tertukar, terselip cipratan kekaguman akan parasnya. Sunghoon pun sama. Di balik sorot matanya, ada rasa ingin tahu besar tentangmu sekarang. Hari demi hari berganti. Sejak kepergian Sunghoon membawa parfum oud yang dijual di tokomu, lelaki itu mampu menempati ruang kosong hatimu. Kamu kira malam itu Sunghoon menjadi entitas biasa di kehidupan, tapi ternyata dia selalu datang di akhir pekan, memulai percakapan mengenai perasaan. Bersama dengan Jake—kakak sulungmu, Sunghoon membawamu ke tempat terakhir yang ia kunjungi sebelum rencana kembali ke negeri asal. Bangunan riad tua terbengkalai menjadi pemandangan ketika senja mulai menampakkan diri. “(Y/N), kalau aku balik korea minggu depan kamu ikhlas nggak?” Sunghoon menatap kosong hamparan gersang taman terbengkalai. Pikirannya bergelut tentang keputusan apakah dia menetap di sini atau kembali ke tanah kelahiran. Kamu tertawa kecil mendengar bagaimana Sunghoon menggunakan kata ‘ikhlas’ di percakapan. “Kamu kerja keras banget belajarnya,” katamu memujinya. Sunghoon tersenyum lembut mengingat perjuangannya mendalami filosofi budaya setempat, termasuk ajaran tentang Islam. “Buat kamu semua aku usahakan, (Y/N).” Kepalamu menggeleng pelan. “Ayahku masih belum rida. Kamu nggak perlu memaksakan diri, Sunghoon. Lagian keluargaku menganggap tabu turis sepertimu,” balasmu tegas, tetap menjaga kehormatan. Kalimat yang terlontar dari bibirmu tampaknya membuat Sunghoon tak pupus begitu saja. “Kalau gitu tunggu aku dua bulan,” pungkasnya. Sesuai janjinya, Sunghoon datang menghadap ayahmu untuk kesekian kalinya. Kali ini berbeda. Jika sebelumnya ia membawa tubuh yang kosong akan kebodohan, sekarang dia datang membawa iman. Sunghoon memeluk agama Islam setelah berhasil mengucap syahadat di depan ayahmu, bersama dengan imam setempat yang mengesahkan. Ayahmu melihat cinta yang besar pada putrinya. “Sunghoon, mualaf itu masih rapuh. Perkuat imanmu kepada Allah dulu, baru temui aku. Saat itu juga aku akan memberi restu.” ——— Dengan restu yang didapat setelah melewati berbagai rintangan, kerja keras, hingga pengorbanan, Sunghoon diizinkan untuk menikahimu. Di halaman rumahmu, kain kaftan putih dengan brokat mewah yang dihias bordir emas menjuntai elegan, menandakan kamu bintang utama. Sedangkan Sunghoon memakai pakaian tradisional Arab, sesuai dengan adat. Janji suci saling diucapkan dari lisan dua pasangan. Pernikahan berlandaskan paham Islam yang khidmat, mengikat cinta dari dua belahan dunia yang berbeda. Pandangan kalian bertukar, perasaan lega menghunus jiwa, membuat Sunghoon tak henti senyum sepanjang acara. “Masya Allah, cantiknya istriku,” ujar Sunghoon saat kamu meraih tangan kanannya di ubun-ubun. Sunghoon lantas mendoakan kebaikan untukmu selaku istrinya. Ini merupakan sentuhan pertama kalian. Sunghoon memelukmu saat pintu kamar tertutup rapat. Pelukannya semakin erat, mengisyaratkan bahwa cinta halal ini begitu indah. Bibirnya menuju keningmu, mengecup lembut sebelum turun ke pipi. “Jatuh cinta itu indah, ya sayang. Selain menemukanmu yang udah jadi duniaku, aku juga menemukan Allah sebagai Tuhanku,” ucap Sunghoon penuh syukur. Kamu tersenyum penuh penghargaan. “Insyaallah, suamiku.” #pov #sunghoon #fyp

About