@jackbenyali: Buy K28 and enjoy a length of 1.7 meters #K28selfiestick #Selfiestick #Tripodstand #Handheldselfiestick

Biubiu selfie tool
Biubiu selfie tool
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 20 August 2025 12:11:58 GMT
1218
4
0
38

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @jackbenyali, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Dalam sebuah riwayat yang indah sekaligus menggugah, Rasulullah ﷺ mengingatkan kita tentang kondisi hati manusia ketika terlalu terpaut pada dunia. Beliau bersabda bahwa hati yang diresapi cinta dunia akan terperangkap dalam tiga hal: kesibukan yang tak pernah selesai, angan yang tak pernah sampai, dan kerakusan yang tak pernah merasa cukup. Sebuah kalimat yang pendek, namun isinya seperti cermin yang memantulkan wajah kehidupan kita hari ini. 1. Kesibukan yang Tidak Pernah Selesai Kita hidup dalam zaman yang serba cepat. Ponsel bergetar tanpa henti, target menumpuk, tuntutan datang dari segala arah. Kita bekerja keras, bahkan terkadang terlalu keras namun hati tetap merasa lelah. Inilah “syughul lā yanfakku ‘anā’uhu” (kesibukan yang letihnya tak pernah pergi). Seseorang yang hatinya terikat dunia akan selalu merasa ada yang belum selesai, belum cukup, belum puas. Padahal, Allah menjamin rezeki kita, bukan ambisi kita. Rezeki akan datang pada waktunya, sementara ambisi terus menguras tenaga. 2. Angan-Angan yang Tak Pernah Mencapai Ujungnya Rasulullah ﷺ menyebut: “wa amalin lā yablughu muntahāhu”. Keinginan manusia memang tidak pernah ada batasnya. Hari ini ingin rumah, besok ingin rumah yang lebih besar. Hari ini ingin kendaraan, besok ingin kendaraan yang lebih mewah. Hari ini ingin dipuji, besok ingin dipuja. Angan-angan itu tumbuh seperti akar pohon yang menjalar tak terarah semakin panjang semakin menjerat. Seseorang yang mengejar dunia, sebenarnya ia sedang mengejar bayangan. Semakin dikejar, semakin menjauh. Inilah sebabnya hati sulit merasa damai. Karena ia berjalan di jalan yang tak memiliki garis finish. 3. Kerakusan yang Tak Pernah Terpuaskan Apa pun yang kita dapatkan, rasanya selalu kurang. Padahal, sedikitnya dunia bukan yang membuat manusia tak bahagia tapi hilangnya rasa cukup. Rasulullah ﷺ menggambarkan: “wa hirshin lā yudriku ‘anāhu” (kerakusan yang tidak pernah memperoleh apa yang diinginkannya). Bukan karena dunia sulit dicapai, tapi karena manusia ingin terlalu banyak. Kerakusan membuat hidup terasa sempit. Sementara qana’ah membuat hidup terasa lapang, walau sederhana. Dunia yang Mengejar dan Dunia yang Dikejar Rasulullah ﷺ lalu memberikan perumpamaan yang sarat hikmah:  فَمَنْ طَلَبَ الْآخِرَةَ طَلَبَتْهُ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَوْفِيَ مِنْهَا رِزْقَهُ، وَمَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا طَلَبَتْهُ الْآخِرَةُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمَوْتُ فَيَأْخُذَهُ بَغْتَةً. “Siapa yang mengejar akhirat, dunia akan mengejarnya hingga ia memperoleh rezekinya. Dan siapa yang mengejar dunia, akhirat akan mengejarnya hingga kematian menjemputnya secara tiba-tiba.” Begitulah sifat dunia. Jika kita mengejar akhirat, dunia akan datang mengikuti. Tetapi jika kita mengejar dunia, maka dunia malah menjauh sementara kematian yang mendekat. Betapa sering kita menyaksikan orang yang mendahulukan Allah justru hidupnya dimudahkan. Rezeki mengalir tanpa ia harus menenggelamkan diri dalam kelelahan yang tak perlu. Karena ketika hati terarah kepada akhirat, Allah sendiri yang mengatur dunia untuknya. Sebaliknya, banyak yang terlalu sibuk mengejar dunia hingga lupa hak-hak Allah, namun ketika kematian datang, ia tidak diberi kesempatan untuk kembali. Renungan untuk Kita Semua Artikel ini bukan untuk menyalahkan siapa pun. Kita semua mencintai dunia pada kadar tertentu itu wajar. Kita butuh makan, pakaian, pekerjaan, kenyamanan. Namun masalahnya bukan pada “dunianya”, melainkan pada “cinta yang berlebihan”. Ketika dunia ada di tangan, itu nikmat. Ketika dunia masuk ke hati, itu bahaya. Maka mari bertanya pada diri sendiri: Untuk siapa semua kesibukan ini? Untuk apa semua ambisi yang kita tata? Apakah hati kita semakin dekat dengan Allah atau semakin jauh? Sungguh, hidup ini hanya sekejap. Dan dunia hanyalah tempat singgah, bukan tempat tinggal. Semoga Allah menjadikan hati kita ringan, tidak digenggam dunia, tetapi menggenggam akhirat. Semoga setiap langkah kita menuju ridha-Nya, dan dunia datang mengikuti, bukan kita yang menjadi pengikutnya.
Dalam sebuah riwayat yang indah sekaligus menggugah, Rasulullah ﷺ mengingatkan kita tentang kondisi hati manusia ketika terlalu terpaut pada dunia. Beliau bersabda bahwa hati yang diresapi cinta dunia akan terperangkap dalam tiga hal: kesibukan yang tak pernah selesai, angan yang tak pernah sampai, dan kerakusan yang tak pernah merasa cukup. Sebuah kalimat yang pendek, namun isinya seperti cermin yang memantulkan wajah kehidupan kita hari ini. 1. Kesibukan yang Tidak Pernah Selesai Kita hidup dalam zaman yang serba cepat. Ponsel bergetar tanpa henti, target menumpuk, tuntutan datang dari segala arah. Kita bekerja keras, bahkan terkadang terlalu keras namun hati tetap merasa lelah. Inilah “syughul lā yanfakku ‘anā’uhu” (kesibukan yang letihnya tak pernah pergi). Seseorang yang hatinya terikat dunia akan selalu merasa ada yang belum selesai, belum cukup, belum puas. Padahal, Allah menjamin rezeki kita, bukan ambisi kita. Rezeki akan datang pada waktunya, sementara ambisi terus menguras tenaga. 2. Angan-Angan yang Tak Pernah Mencapai Ujungnya Rasulullah ﷺ menyebut: “wa amalin lā yablughu muntahāhu”. Keinginan manusia memang tidak pernah ada batasnya. Hari ini ingin rumah, besok ingin rumah yang lebih besar. Hari ini ingin kendaraan, besok ingin kendaraan yang lebih mewah. Hari ini ingin dipuji, besok ingin dipuja. Angan-angan itu tumbuh seperti akar pohon yang menjalar tak terarah semakin panjang semakin menjerat. Seseorang yang mengejar dunia, sebenarnya ia sedang mengejar bayangan. Semakin dikejar, semakin menjauh. Inilah sebabnya hati sulit merasa damai. Karena ia berjalan di jalan yang tak memiliki garis finish. 3. Kerakusan yang Tak Pernah Terpuaskan Apa pun yang kita dapatkan, rasanya selalu kurang. Padahal, sedikitnya dunia bukan yang membuat manusia tak bahagia tapi hilangnya rasa cukup. Rasulullah ﷺ menggambarkan: “wa hirshin lā yudriku ‘anāhu” (kerakusan yang tidak pernah memperoleh apa yang diinginkannya). Bukan karena dunia sulit dicapai, tapi karena manusia ingin terlalu banyak. Kerakusan membuat hidup terasa sempit. Sementara qana’ah membuat hidup terasa lapang, walau sederhana. Dunia yang Mengejar dan Dunia yang Dikejar Rasulullah ﷺ lalu memberikan perumpamaan yang sarat hikmah: فَمَنْ طَلَبَ الْآخِرَةَ طَلَبَتْهُ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَوْفِيَ مِنْهَا رِزْقَهُ، وَمَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا طَلَبَتْهُ الْآخِرَةُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمَوْتُ فَيَأْخُذَهُ بَغْتَةً. “Siapa yang mengejar akhirat, dunia akan mengejarnya hingga ia memperoleh rezekinya. Dan siapa yang mengejar dunia, akhirat akan mengejarnya hingga kematian menjemputnya secara tiba-tiba.” Begitulah sifat dunia. Jika kita mengejar akhirat, dunia akan datang mengikuti. Tetapi jika kita mengejar dunia, maka dunia malah menjauh sementara kematian yang mendekat. Betapa sering kita menyaksikan orang yang mendahulukan Allah justru hidupnya dimudahkan. Rezeki mengalir tanpa ia harus menenggelamkan diri dalam kelelahan yang tak perlu. Karena ketika hati terarah kepada akhirat, Allah sendiri yang mengatur dunia untuknya. Sebaliknya, banyak yang terlalu sibuk mengejar dunia hingga lupa hak-hak Allah, namun ketika kematian datang, ia tidak diberi kesempatan untuk kembali. Renungan untuk Kita Semua Artikel ini bukan untuk menyalahkan siapa pun. Kita semua mencintai dunia pada kadar tertentu itu wajar. Kita butuh makan, pakaian, pekerjaan, kenyamanan. Namun masalahnya bukan pada “dunianya”, melainkan pada “cinta yang berlebihan”. Ketika dunia ada di tangan, itu nikmat. Ketika dunia masuk ke hati, itu bahaya. Maka mari bertanya pada diri sendiri: Untuk siapa semua kesibukan ini? Untuk apa semua ambisi yang kita tata? Apakah hati kita semakin dekat dengan Allah atau semakin jauh? Sungguh, hidup ini hanya sekejap. Dan dunia hanyalah tempat singgah, bukan tempat tinggal. Semoga Allah menjadikan hati kita ringan, tidak digenggam dunia, tetapi menggenggam akhirat. Semoga setiap langkah kita menuju ridha-Nya, dan dunia datang mengikuti, bukan kita yang menjadi pengikutnya.

About