Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
How To Use
Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
Detail
@wefomb_: I will win #motivationalvideo #discipline #motivational #successmindset #motivation #dailymotivation #successtips #quotes #wefomb #successgoals
Wefomb™
Open In TikTok:
Region: MA
Thursday 18 September 2025 11:05:01 GMT
395
10
0
0
Music
Download
No Watermark .mp4 (
0.09MB
)
No Watermark(HD) .mp4 (
0.09MB
)
Watermark .mp4 (
0MB
)
Music .mp3
Comments
There are no more comments for this video.
To see more videos from user @wefomb_, please go to the Tikwm homepage.
Other Videos
🌳케플러_김다연(Kep1er_DAYEON)”TIPI-TAP”#kep1er #dayeon #kpop #fyp
It's time to save Heath! Gusto ko pa mapanood ang CapHeath😭 #pbbcollab2point0 #nomination #heath
Coco #coco #diademuertos #halloween2025 #fyp
shes such a great friend #edit #edits #taylor #taylorjewel #thesummeriturnedpretty #thesummeriturnedprettyedit #jeremiahfisher
KILALA Part 3. Ketika Cinta Menantang Takdir Kilala Sejak ramalan kilala itu, Ina La Mudi menjadi sosok yang berbeda. Perempuan itu kini menjaga anaknya seolah dunia sedang menunggu untuk merebutnya. Sejak itu pula, rumah La Mudi menjelma penjara sunyi. Setiap kali ia menatap dinding bambu kamarnya, wajah Wa Mali selalu muncul dalam benaknya. Entah senyumnya, suaranya, bahkan cara ia menyebut namanya dengan lembut. Wa Mali tetap teguh di dalam hati dan pikirannya. Ingin sekali ia pergi menemui kekasihnya, namun dengan keras Ina-nya tidak mengizinkan keluar, apalagi mendekati rumah keluarga Wa Mali. “Jangan coba-coba bertemu dia lagi, Nak. Aku tidak ingin roh jahat mengambilmu sebelum waktumu,” ucap Ina di suatu sore dengan mata penuh kekhawatiran. La Mudi hanya terdiam. Tapi dalam hatinya, kerinduan bergolak seperti ombak yang menabrak batu. Ia mencoba melawan perasaan itu dengan doa, namun setiap malam justru semakin tersiksa oleh rindu yang membara. Sementara itu, di rumah panggung kecil, Wa Mali duduk di depan jendela kamarnya, menatap langit malam yang penuh bintang. Tangannya menggenggam kalung pemberian La Mudi, satu-satunya kenangan yang masih ia simpan diam-diam. “Apakah kau juga merindukanku, La Mudi?” bisiknya pelan, hampir tak terdengar. Air matanya menetes, jatuh ke lantai kayu yang dingin. Malam itu, La Mudi tak sanggup lagi menahan diri. Ia menunggu ibunya tertidur, lalu diam-diam keluar rumah, melewati jalan setapak yang diterangi cahaya bulan. Langkahnya cepat namun penuh hati-hati. Desir angin malam terasa seperti suara panggilan dari masa lalu yang menuntunnya ke pohon Ketapang, tempat segala kisah mereka dimulai. Di sana, Wa Mali sudah lebih dulu datang. Seolah hatinya tahu, malam ini seseorang yang ia rindukan akan datang juga. Ketika pandangan mereka bertemu, waktu seolah berhenti. Tanpa banyak kata, La Mudi meraih tangan Wa Mali dan menggenggamnya erat. “Sayang… aku tidak tahan lagi. Aku mencoba melupakanmu, tapi setiap hari rasanya seperti mati pelan-pelan.” Wa Mali menatapnya dengan mata basah. “Dan aku juga begitu, Mudi. Setiap malam aku berdoa agar kilala itu salah… agar cinta kita tidak dihancurkan oleh ketakutan.” Mereka duduk di bawah pohon Ketapang, berbagi kisah rindu dan luka. Bulan menggantung tinggi di langit Kalumanda, menjadi saksi cinta yang masih berjuang di antara restu dan kutukan. Namun kebahagiaan itu hanya sesaat. Langkah cepat terdengar dari arah jalan setapak. Suara yang tak asing bagi La Mudi. “Ina…” gumamnya dengan wajah pucat. Dari kegelapan, Ina La Mudi muncul dengan mata marah dan tubuh gemetar. Tanpa banyak bicara, ia menarik tangan anaknya dengan kasar. “Kau ingin mati, La Mudi?! Kau ingin kutukan itu benar-benar terjadi?!” suara ibunya bergetar di antara amarah dan ketakutan. Wa Mali menunduk, air matanya mengalir deras. Ia ingin menjelaskan, ingin memohon agar cinta mereka dimengerti, namun lidahnya kelu, karena ia tahu, bagi Ina La Mudi, cinta mereka bukan lagi kasih suci, melainkan ancaman bagi hidup anaknya. La Mudi menoleh ke arah Wa Mali yang masih duduk di bawah pohon Ketapang. Dengan suara sendu ia berkata : “Mali… maafkan aku. Aku harus pulang sekarang. Pulanglah engkau, jangan duduk sendiri di sini. Pandanglah purnama malam ini lewat jendela kamarmu. Ina La Mudi segera menyeret anaknya pulang, meninggalkan Wa Mali sendirian di bawah cahaya rembulan. Di kejauhan, suara jangkrik bersahut-sahutan, dan angin malam kembali berembus pelan, membawa pergi sisa-sisa harapan yang belum sempat tumbuh sempurna. Malam itu, Kalumanda kembali sunyi. Tapi di dalam diamnya, cinta dua insan itu masih bergetar : terluka, namun belum mati. . . . ~A #KilalaButon #butonpride🏝🔥 #butonpride🏝🔥fypシviral #fyp #buton #kilala #fypシ゚viral #CeritaKalumanda
About
Robot
Legal
Privacy Policy