@yittesooker: #fyp #foryou #idk #ballet

evelyn
evelyn
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 28 September 2025 21:08:24 GMT
4336
475
6
5

Music

Download

Comments

atsllri
chlo :
I see 743
2025-09-29 01:19:52
7
soph44244
Soph 𓆩✧𓆪 :
Ts is tuff gng 🙏🙏
2025-09-29 00:08:33
1
e.palacio
elorapalacio :
I know that’s right 😍
2025-09-29 00:14:36
5
trashleyhehe
Ashley 소희 :
That’s one long goose👩🏼‍🦲😮🫢
2025-10-03 04:21:40
1
To see more videos from user @yittesooker, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Bagaimana Cara Bangkit dari Luka Pengkhianatan di Usia 40-an? Dikhianati di usia 40 itu rasanya dua kali lipat sakitnya... bukan cuma hati yang hancur, tapi juga rasa percaya diri ikut runtuh Di usia 40-an, hidup kita biasanya sudah lebih stabil. Kita sudah melewati banyak fase: jatuh, bangkit, membangun keluarga, merawat anak, berusaha mandiri. Tapi justru di fase ini, saat kita merasa sudah cukup matang, rasa kecewa dan pengkhianatan bisa datang tanpa diduga. Dan yang bikin berat, luka itu terasa lebih dalam karena kita merasa sudah tidak punya banyak waktu untuk mengulang dari awal. Pengkhianatan bisa datang dari siapa saja—teman, pasangan, keluarga, bahkan rekan bisnis. Rasanya seperti ditampar: bagaimana mungkin orang yang kita percaya justru tega menusuk dari belakang? Wajar kalau di awal yang muncul hanya marah, kecewa, bahkan rasa ingin menyerah.  Tapi di balik rasa sakit itu, ada ruang untuk bangkit. Justru di usia 40-an, kita punya kelebihan yang jarang dimiliki saat muda: pengalaman, ketenangan berpikir, dan kekuatan untuk memilah mana yang pantas kita perjuangkan. 1. Akui dulu rasa sakitnya Jangan buru-buru bilang, “Ah, saya kuat kok.” Kuat bukan berarti tidak merasakan apa-apa. Justru dengan mengakui bahwa kita kecewa, kita memberi ruang bagi hati untuk pulih. Menangis, marah, atau diam sebentar bukan kelemahan—itu proses alami penyembuhan. 2. Belajar menarik batas baru Usia 40 bukan waktunya lagi membiarkan orang lain seenaknya melukai kita. Pengkhianatan bisa jadi alarm untuk lebih tegas dalam menjaga diri. Bukan berarti menutup hati selamanya, tapi belajar bahwa tidak semua orang layak mendapat tempat yang sama dalam hidup kita. 3. Ambil hikmah tanpa mengurangi harga diri Pengkhianatan sering membuat kita merasa bodoh. Tapi jangan salahkan diri sendiri. Ingat: memberi kepercayaan itu tanda hati yang tulus, bukan kelemahan. Yang salah bukan memberi percaya, tapi orang yang menyia-nyiakannya. Jadi, jangan biarkan luka itu mengurangi rasa percaya diri kita. 4. Gunakan energi kecewa sebagai bahan bakar Banyak orang yang justru menemukan kekuatan baru setelah dikhianati. Entah dengan fokus ke kesehatan, pekerjaan, atau passion lama yang terlupakan. Rasa kecewa bisa jadi bensin untuk bergerak maju, kalau kita alihkan dengan bijak. 5. Bangun kembali lingkaran dukungan Usia 40-an adalah momen tepat untuk memilah siapa saja yang benar-benar tulus mendukung. Jangan ragu mempersimpit lingkaran pertemanan demi kesehatan hati. Lebih baik sedikit tapi tulus, daripada ramai tapi penuh racun.  memang tidak mudah. Tapi ingat, kita bukan lagi anak 20-an yang masih bingung arah hidup. Kita sudah cukup dewasa untuk menata ulang langkah, cukup bijak untuk tidak terjebak di lubang yang sama, dan cukup kuat untuk membangun kehidupan yang lebih sehat—meski dengan lingkaran yang lebih kecil. Pengkhianatan bisa melukai, tapi tidak harus menghancurkan. Justru bisa jadi pintu masuk untuk menemukan versi diri yang lebih tegas, lebih bijak, dan lebih damai. #motivasi  ✍ Eryk Kurniawan
Bagaimana Cara Bangkit dari Luka Pengkhianatan di Usia 40-an? Dikhianati di usia 40 itu rasanya dua kali lipat sakitnya... bukan cuma hati yang hancur, tapi juga rasa percaya diri ikut runtuh Di usia 40-an, hidup kita biasanya sudah lebih stabil. Kita sudah melewati banyak fase: jatuh, bangkit, membangun keluarga, merawat anak, berusaha mandiri. Tapi justru di fase ini, saat kita merasa sudah cukup matang, rasa kecewa dan pengkhianatan bisa datang tanpa diduga. Dan yang bikin berat, luka itu terasa lebih dalam karena kita merasa sudah tidak punya banyak waktu untuk mengulang dari awal. Pengkhianatan bisa datang dari siapa saja—teman, pasangan, keluarga, bahkan rekan bisnis. Rasanya seperti ditampar: bagaimana mungkin orang yang kita percaya justru tega menusuk dari belakang? Wajar kalau di awal yang muncul hanya marah, kecewa, bahkan rasa ingin menyerah. Tapi di balik rasa sakit itu, ada ruang untuk bangkit. Justru di usia 40-an, kita punya kelebihan yang jarang dimiliki saat muda: pengalaman, ketenangan berpikir, dan kekuatan untuk memilah mana yang pantas kita perjuangkan. 1. Akui dulu rasa sakitnya Jangan buru-buru bilang, “Ah, saya kuat kok.” Kuat bukan berarti tidak merasakan apa-apa. Justru dengan mengakui bahwa kita kecewa, kita memberi ruang bagi hati untuk pulih. Menangis, marah, atau diam sebentar bukan kelemahan—itu proses alami penyembuhan. 2. Belajar menarik batas baru Usia 40 bukan waktunya lagi membiarkan orang lain seenaknya melukai kita. Pengkhianatan bisa jadi alarm untuk lebih tegas dalam menjaga diri. Bukan berarti menutup hati selamanya, tapi belajar bahwa tidak semua orang layak mendapat tempat yang sama dalam hidup kita. 3. Ambil hikmah tanpa mengurangi harga diri Pengkhianatan sering membuat kita merasa bodoh. Tapi jangan salahkan diri sendiri. Ingat: memberi kepercayaan itu tanda hati yang tulus, bukan kelemahan. Yang salah bukan memberi percaya, tapi orang yang menyia-nyiakannya. Jadi, jangan biarkan luka itu mengurangi rasa percaya diri kita. 4. Gunakan energi kecewa sebagai bahan bakar Banyak orang yang justru menemukan kekuatan baru setelah dikhianati. Entah dengan fokus ke kesehatan, pekerjaan, atau passion lama yang terlupakan. Rasa kecewa bisa jadi bensin untuk bergerak maju, kalau kita alihkan dengan bijak. 5. Bangun kembali lingkaran dukungan Usia 40-an adalah momen tepat untuk memilah siapa saja yang benar-benar tulus mendukung. Jangan ragu mempersimpit lingkaran pertemanan demi kesehatan hati. Lebih baik sedikit tapi tulus, daripada ramai tapi penuh racun. memang tidak mudah. Tapi ingat, kita bukan lagi anak 20-an yang masih bingung arah hidup. Kita sudah cukup dewasa untuk menata ulang langkah, cukup bijak untuk tidak terjebak di lubang yang sama, dan cukup kuat untuk membangun kehidupan yang lebih sehat—meski dengan lingkaran yang lebih kecil. Pengkhianatan bisa melukai, tapi tidak harus menghancurkan. Justru bisa jadi pintu masuk untuk menemukan versi diri yang lebih tegas, lebih bijak, dan lebih damai. #motivasi ✍ Eryk Kurniawan

About