@big_sydney: @Pretty♥️ 🔐 Lucinda 🌎🥹💓 @9th November @Rëäł Pãÿ Bãčk @Esther Smith

Big_Sydney🦅💕
Big_Sydney🦅💕
Open In TikTok:
Region: GH
Thursday 02 October 2025 16:08:29 GMT
4211
392
19
423

Music

Download

Comments

nanaafiapretty03
Nana 💎Afia 🔗Pretty 🌹 :
Lol 🤣🤣🤣
2025-10-03 09:54:09
3
lhizy1
Lizzy🥺💕 :
Mommy's boi😂😂
2025-10-04 05:50:54
2
youruglycrush0
HENRY :
Cuz you’ll learn to bath twice a day 😩
2025-10-03 01:56:20
3
golderlartey15
Dera🌹Golder🩸 :
Tell them oo 😂😂😂😂
2025-10-02 18:46:38
2
beauty.blinks80
beauty blinks :
mummy's boy🥰
2025-10-02 16:24:11
2
amoakowaa419
🎀 𝐸𝒻𝒾𝒶 𝒫𝓇𝑒𝓉𝓉𝓎 🎀 :
🤣🤣🤣
2025-10-02 16:55:26
1
gallyklaylay1
Ugly girl 💔🥺🥺 :
🥰🥰🥰
2025-10-21 11:51:12
1
user2462610842133
Omega ❤️🥰🔫🔥🔥 :
🙏🙏🙏
2025-10-02 18:07:39
1
To see more videos from user @big_sydney, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ia tak Lg sibuk membandingkan, tak haus pujian, dn tak lg mengukur nilai hidup dgn ukuran org lain. Ia tenang, krna yg dicarinya bkn pengakuan, tapi kesempatan utk memberi. Gus Baha pernah berkata, “Org itu kalau mentalnya memberi, berarti selesai dgn dirinya. Tapi klu tdk bermental memberi, pasti tamak. Dn tamak itu mesti menghakimi org lain.”  Memberi bkn hanya soal harta. Ada org yg tak punya apa-apa tapi tetap mampu memberi senyum, waktu, perhatian, bahkan doa. Karena memberi sejatinya bukan urusan isi dompet, tapi urusan isi hati. Hati yg lapang akn selalu punya ruang utk berbagi, sedangkan hati yg sempit akn merasa kekurangan bahkan di tengah kelimpahan. Mental memberi adalah tanda seseorg telah berdamai dgn dirinya sendiri. Ia tak merasa perlu menonjol, tak perlu lebih unggul dr siapa pun, karena tahu bahwa setiap org punya bagian rezeki dn jalan hidup masing-masing. Org seperti ini tidak sibuk menghitung berapa yg keluar dari tangannya, sebab yg ia cari bkn balasan dari manusia, tapi ketenangan yg lahir dr ridha Allah. Tapi sebaliknya, org yg tdk bermental memberi, mudah sekali merasa terancam. Ia melihat keberhasilan org lain sebagai ancaman, bkn inspirasi. Ia mengira bhwa kebahagiaan org lain akn mengurangi miliknya. Dr situlah lahir rasa tamak ingin punya semuanya, tapi tak mau kehilangan apa pun. Tamak itu membuat hati menjdi sempit, dn dari hati yg sempit, lahir kebiasaan menghakimi. Saat seseorg tak mampu memberi, ia sering menutupi kekosongan itu dgn mencari kesalahan org lain. Ia merasa lebih tenang ketika bisa menunjuk kelemahan org lain, seolah dgn begitu ia tampak lbh benar. Padahal, menghakimi org lain tdk pernah membuat hati kita lbh baik, justru memperlihatkan bahwa kita blum selesai dgn diri sendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Kamu sekali-kali tdk sampai kpd kebajikan yg sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yg kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92) Ayat ini mengajarkan bhw kebaikan sejati lahir ketika kita mampu melepaskan sesuatu yg kita cintai, entah harta, waktu, atau ego. Krna memberi itu bkn kehilangan, melainkan cara Allah memperluas hati. Dn org yg terbiasa memberi, hidupnya slu ringan. Ia tak menyimpan dendam, tak byk menuntut, karena yg ia miliki sdh cukup utk membuatnya bahagia. Pernahkah kita perhatikan, org yg suka menolong biasanya wajahnya lbh teduh? Itu bkn karena hidupnya tanpa masalah, tapi karena dlm memberi, mereka menemukan makna hidup. Sdgkan mereka yg terus merasa kurang, meski berlimpah harta, wajahnya sering tampak gelisah. Sebab tamak tdk pernah kenyang, seperti api yg tak pernah puas dgn bhn bakarnya. Gus Baha sering menekankan bhw org yg sdh selesai dgn dirinya tidak sibuk menilai org lain. Ia sibuk memperbaiki yg dlm dirinya, bkn mencari salah di luar dirinya. Karena ia tahu, setiap org sdg berjuang dgn luka dn ujiannya masing-masing. Maka daripada menambah luka, ia memilih memberi ruang, memberi doa, memberi maaf. Memberi bukan hanya tindakan sosial, tapi jg latihan spiritual. Ketika kita memberi, kita sdg menundukkan ego yg slu ingin mengambil. Kita sdg belajar percaya bhw rezeki bkn hasil dr hitungan manusia, tapi kemurahan Allah yg tak pernah berhenti. Maka, jika hari ini kita merasa gelisah, mungkin bkn krna hidup kita kurang, tapi karena hati kita blm terbiasa memberi. Jika hari ini kita mudah marah melihat org lain bahagia, mungkin krna kita blm selesai berdamai dgn diri sendiri. Dn jika kita merasa dunia ini sempit, barangkali yg sebenarnya sempit adalah cara kita memandang hidup. Cobalah memberi, bkn krn ingin dilihat baik, tapi krna ingin merasa cukup. Berbagilah, bkn karena ingin dipuji, tapi krna ingin hatimu ringan. Dn belajarlah ikhlas. bkn krna ingin dikenal dermawan, tapi krna ingin dikenal Allah sebgi hamba yg lapang hati. Sebab org yg memberi tdk pernah miskin, ia hanya sdg menitipkan sebagian kebahagiaannya kepada org lain. Dan org yg menahan diri utk tdk tamak, sesungguhnya sdg membuka jln agar rezeki datang dgn cara yg lebih lembut.
Ia tak Lg sibuk membandingkan, tak haus pujian, dn tak lg mengukur nilai hidup dgn ukuran org lain. Ia tenang, krna yg dicarinya bkn pengakuan, tapi kesempatan utk memberi. Gus Baha pernah berkata, “Org itu kalau mentalnya memberi, berarti selesai dgn dirinya. Tapi klu tdk bermental memberi, pasti tamak. Dn tamak itu mesti menghakimi org lain.” Memberi bkn hanya soal harta. Ada org yg tak punya apa-apa tapi tetap mampu memberi senyum, waktu, perhatian, bahkan doa. Karena memberi sejatinya bukan urusan isi dompet, tapi urusan isi hati. Hati yg lapang akn selalu punya ruang utk berbagi, sedangkan hati yg sempit akn merasa kekurangan bahkan di tengah kelimpahan. Mental memberi adalah tanda seseorg telah berdamai dgn dirinya sendiri. Ia tak merasa perlu menonjol, tak perlu lebih unggul dr siapa pun, karena tahu bahwa setiap org punya bagian rezeki dn jalan hidup masing-masing. Org seperti ini tidak sibuk menghitung berapa yg keluar dari tangannya, sebab yg ia cari bkn balasan dari manusia, tapi ketenangan yg lahir dr ridha Allah. Tapi sebaliknya, org yg tdk bermental memberi, mudah sekali merasa terancam. Ia melihat keberhasilan org lain sebagai ancaman, bkn inspirasi. Ia mengira bhwa kebahagiaan org lain akn mengurangi miliknya. Dr situlah lahir rasa tamak ingin punya semuanya, tapi tak mau kehilangan apa pun. Tamak itu membuat hati menjdi sempit, dn dari hati yg sempit, lahir kebiasaan menghakimi. Saat seseorg tak mampu memberi, ia sering menutupi kekosongan itu dgn mencari kesalahan org lain. Ia merasa lebih tenang ketika bisa menunjuk kelemahan org lain, seolah dgn begitu ia tampak lbh benar. Padahal, menghakimi org lain tdk pernah membuat hati kita lbh baik, justru memperlihatkan bahwa kita blum selesai dgn diri sendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Kamu sekali-kali tdk sampai kpd kebajikan yg sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yg kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92) Ayat ini mengajarkan bhw kebaikan sejati lahir ketika kita mampu melepaskan sesuatu yg kita cintai, entah harta, waktu, atau ego. Krna memberi itu bkn kehilangan, melainkan cara Allah memperluas hati. Dn org yg terbiasa memberi, hidupnya slu ringan. Ia tak menyimpan dendam, tak byk menuntut, karena yg ia miliki sdh cukup utk membuatnya bahagia. Pernahkah kita perhatikan, org yg suka menolong biasanya wajahnya lbh teduh? Itu bkn karena hidupnya tanpa masalah, tapi karena dlm memberi, mereka menemukan makna hidup. Sdgkan mereka yg terus merasa kurang, meski berlimpah harta, wajahnya sering tampak gelisah. Sebab tamak tdk pernah kenyang, seperti api yg tak pernah puas dgn bhn bakarnya. Gus Baha sering menekankan bhw org yg sdh selesai dgn dirinya tidak sibuk menilai org lain. Ia sibuk memperbaiki yg dlm dirinya, bkn mencari salah di luar dirinya. Karena ia tahu, setiap org sdg berjuang dgn luka dn ujiannya masing-masing. Maka daripada menambah luka, ia memilih memberi ruang, memberi doa, memberi maaf. Memberi bukan hanya tindakan sosial, tapi jg latihan spiritual. Ketika kita memberi, kita sdg menundukkan ego yg slu ingin mengambil. Kita sdg belajar percaya bhw rezeki bkn hasil dr hitungan manusia, tapi kemurahan Allah yg tak pernah berhenti. Maka, jika hari ini kita merasa gelisah, mungkin bkn krna hidup kita kurang, tapi karena hati kita blm terbiasa memberi. Jika hari ini kita mudah marah melihat org lain bahagia, mungkin krna kita blm selesai berdamai dgn diri sendiri. Dn jika kita merasa dunia ini sempit, barangkali yg sebenarnya sempit adalah cara kita memandang hidup. Cobalah memberi, bkn krn ingin dilihat baik, tapi krna ingin merasa cukup. Berbagilah, bkn karena ingin dipuji, tapi krna ingin hatimu ringan. Dn belajarlah ikhlas. bkn krna ingin dikenal dermawan, tapi krna ingin dikenal Allah sebgi hamba yg lapang hati. Sebab org yg memberi tdk pernah miskin, ia hanya sdg menitipkan sebagian kebahagiaannya kepada org lain. Dan org yg menahan diri utk tdk tamak, sesungguhnya sdg membuka jln agar rezeki datang dgn cara yg lebih lembut.

About