POV : lima tahun menikah yn dan heeseung belum juga dikaruniai keturunan, semua hal sudah mereka coba, dari periksa kesana kemari, dengan biaya yang bisa dibilang tidak kecil, yn merasa sangat bersalah karna belum bisa memberikan heeseung anak. tapi, heeseung tidak pernah mempermasalahkan itu, mungkin memang belum di kasih kepercayaan oleh tuhan. sampai hari ini kabar baik datang, yn dinyatakan positif hamil, dan kandungan nya menginjak dua minggu, heeseung kelewat senang, dia bahkan menangis haru, penantian yang lama akhirnya membuahi hasil, tapi, kabar baik itu seolah berubah menjadi kabar buruk, yn, dinyatakan terkena kanker hati stadion lanjut, dan parah nya itu bisa membahayakan yn yang sedang mengandung. dokter bilang harus pilih salah satunya. mereka, heeseung dan yn duduk saling diam di dalam kamar, hening, sampai suara heeseung yang lebih dulu terdengar "gak ada pilihan lain yn, kita aborsi." mata yn melebar sempurna mendengar ucapan heeseung, yn merasa seperti di tusuk beribu ribu jarum "heeseung.." lirih yn, mata nya sudah tidak bisa lagi menahan air mata. heeseung sama hal nya, matanya merah, dia berdiri mendekati lemari tempat menyimpan dokumen penting "kita kerumah sakit sekarang, janin nya baru dua minggu, masih bisa untuk aborsi" yn mendekat dan memeluk tubuh heeseung dari belakang "heeseung aku mohon, jangan, ini anak kamu, darah daging kamu" suara yn terdengar gemetar, air mata lolos di pipi heeseung heeseung membalikkan badan dan menangkap kedua pipi sang istri "kamu denger dokter bilang kan sayang, aku gamau kehilangan kamu" yn menggeleng keras "nggak heeseung, aku baik baik aja, aku sehat, dokter yang salah" heeseung tetap nekad, dia tidak punya cara lain, rasa takut kehilangan yn membuat heeseung terpaksa melakukan cara ini, walaupun heeseung sendiri tau kalau ini salah. _ di mobil, yn terus terusan menangis sembari memohon agar heeseung memutar balikan mobil nya kerumah "heeseung aku mohon, jangan seperti ini" isak tangis yn semakin kencang, kedua tangan nya mengusap perut nya yang masih rata, heeseung tidak menggubris, tetap pada pendiriannya. walaupun hati nya ikut teriris melihat yn menangis. sampai di rumah sakit, heeseung langsung memilih dokter terbaik, yn di pindahkan ke ruang tindakan, tapi, aborsi tidak bisa dilakukan jika sang ibu yang mengandung tidak bisa menyetujui, heeseung marah, heeseung berusaha membujuk yn "sayang denger, aku gak mempermasalahkan soal anak, kita bisa adopsi anak" yn menggeleng kuat, heeseung meraih pipi yn dan dikecup bibir yn "gak ada cara lain sayang, aku takut kamu kenapa napa" heeseung terus terusan membujuk sampai mereka adu argumen, tapi hasilnya tidak jadi. mereka berakhir pulang ke rumah. dan disepanjang jalan, heeseung diam, matanya merah, dia ingin sekali menangis, namun di tahan agar air mata sialan itu tidak muncul di depan yn. _ sudah beberapa hari ini heeseung selalu diam, tidak banyak ngomong, tapi, walaupun seperti itu, heeseung tetap perhatian, selalu mengutamakan yn, selalu memberi pelukan hangat, jika dipagi hari, heeseung selalu menyiapkan coklat panas untuk yn. walau heeseung diam, tapi dia menunjukkan rasa sayang nya seperti sekarang, yn tengah duduk melonjor di ranjang, heeseung baru saja pulang dari kantor nya, mata mereka bertemu, yn tersenyum kala heeseung mendekat dan duduk di samping nya, dalam diam heeseung meraih kaki yn dan mulai memijat perlahan. senyuman terukir di bibir yn "kamu gak makan? aku masak makanan kesukaan kamu" heeseung tersenyum lalu menggeleng sebagai jawaban, dapat yn liat wajah heeseung menunjukkan kekhawatiran dan lelah? yn tau perasaan heeseung bagaimana sekarang. sampai yn terkejut karna hidung nya kembali mengeluarkan darah, heeseung lebih dulu melihat heeseung mendekat berusaha mengusap darah yang mengalir di hidung yn "gak apa apa heeseung" "udah dari kapan?" katanya, lirih penuh luka. "udah dari kapan kamu mimisan yn?" lanjutan di komentar >>>> #heeseung #enhypen - @imsftdee