Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
How To Use
Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
Detail
@chloetessmiller: @lulus 🌸🌼💓 #microinfluencer #tryonhaul #lulus #lovelulus #tryonhaul
chloe tess miller 💗
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 18 July 2021 02:02:33 GMT
812
33
2
1
Music
Download
No Watermark .mp4 (
3.4MB
)
No Watermark(HD) .mp4 (
3.4MB
)
Watermark .mp4 (
3.34MB
)
Music .mp3
Comments
Maya 💋 :
Cutest
2021-07-18 18:28:32
0
Lulus :
🥰💕🌸
2021-07-19 18:44:43
0
To see more videos from user @chloetessmiller, please go to the Tikwm homepage.
Other Videos
ISHOWSPEED NEXT LOCATION HES TOURING?! #greenscreen #ishowspeed
#bazakamutuba #viral_video_tiktok #viral_video @Dauda Kahutu Rarara @AISHA HUMAIRA RARARA @NASSIROU ADAMOU @YAHUZA NA ALHAJIN BOBO @nafisaaliyu405 @Kabir Ibrahim kkj @bbfati @Aley JayB @Ali Mohammad Bdr @Young Sheikh✔️ @Hannafi Rabilu Musa Ibro @Sultanjgn @Investorameer
مع محاولات في إيجاد لعبه تعجب القطط أخيراً لقيت هذي و افتكينا من كرات القصدير 🤣 #اكسبلور #اكسبلورexplore #قطط #cat #cat
Anyone else having issues being productive today when you don’t find the purpose in it?
¡ALERTA! El Congreso confiesa su incompetencia con un nuevo proyecto de ley: el pago de extorsión es deducible de impuestos ante la SUNAT. ¿Deducción = incentivo al crimen? Sí. Al reconocer el pago, el extorsionador subirá el precio del “cupo”. Si se aprueba esa ley sería un mensaje de rendición y obliga a la víctima a burocracia peligrosa. 🛑 Después preguntan indignados: "¿Por qué marchan?" ¿Estás de acuerdo con esta rendición legal? Dale like ❤️ y comenta. #perú #extorsión #marcha #IncompetenciaCongresal #politica
Oleh: Sangkot Di negeri yang konon demokratis, selama sepuluh tahun terakhir, kita menyaksikan tontonan paling memuakkan dalam sejarah republik, kedunguan dipuja, pencitraan disembah, dan kebenaran dikubur hidup-hidup. Rezim Jokowi bukan sekadar soal salah urus, tapi soal bagaimana kebodohan sistematis dilestarikan dan dijadikan alat untuk memperbudak nalar,Rakyat di belah cebong kampret. seperti kotak kotak seragam kampanye Ya, inilah republik yang dirusak bukan hanya oleh presudennya, tapi oleh para pemuja dungu yang menolak berpikir. Yang bertepuk tangan untuk kebohongan, memuja pembangunan hasil utang, dan menutup mata pada pembusukan institusi. Bagi mereka, Jokowi bukan presiden, tapi dewa. Kritik terhadapnya dianggap hujatan, padahal justru itulah hakikat demokrasi. Nalar Disingkirkan, Fanatisme Diarak “Kerja, kerja, kerja”, teriakan itu lebih cocok dipakai buruh pabrik ketimbang presiden yang tak bermoral. Tapi nyatanya, slogan kosong itu menjadi mantra pemuja Jokowi yang lebih suka suara sound system daripada isi kepala. Kita melihat bagaimana kebijakan ngawur dirayakan, janji palsu dimaklumi, dan kesalahan dianggap prestasi. Mereka tak butuh fakta. Mereka hanya butuh idola. Mereka tidak peduli pada ijazah palsu, konflik kepentingan, utang luar negeri yang meledak, atau Mega proyek mangkrak bernama IKN. Yang mereka pedulikan hanya satu: Jokowi harus selalu benar, bahkan jika dia dalang tragedi KM 50 sekalipun. Filsafat Mati di Tangan Pemuja Jika Plato hidup hari ini, ia akan menangis melihat rakyat lebih percaya televisi daripada akal sehat. Mereka hidup dalam gua bayang-bayang, puas melihat siluet pencitraan dan tak pernah bertanya apa yang sebenarnya terjadi di luar. Kierkegaard sudah mengingatkan: kebenaran itu membuat gelisah, sedangkan kebohongan memberi kenyamanan. Maka jangan heran jika para pemuja Jokowi hidup tenang. Mereka bukan sedang damai, mereka sedang mabuk propaganda. Nietzsche menyebut kebodohan dalam kekuasaan sebagai tragedi. Tapi kebodohan dalam rakyat? Itu kiamat peradaban. Dan kita sedang mengalaminya: rakyat yang memuja pemimpinnya hingga tak bisa membedakan pengkhianatan dan pengabdian. Kritikus Dikebiri, Penjilat Dipelihara Selama 10 tahun, suara kritis dilabeli pembenci, oposisi dicap radikal, dan wartawan dikriminalisasi. Padahal yang berbahaya bukan pengkritik, tapi penjilat. Bangsa ini tak akan jatuh karena orang waras yang bicara, tapi karena orang dungu yang bersorak. Kejahatan terbesar bukan dilakukan monster, tapi oleh manusia biasa yang patuh dan diam. Hannah Arendt. Pemuja Jokowi adalah manusia biasa itu, yang rela mematikan akal demi kenyamanan semu. Mereka tidak sadar bahwa setiap tepuk tangan mereka adalah paku di peti mati republik ini. Waras Itu Pahit, Tapi Mulia Mereka yang tetap berpikir, tetap bersuara, dan tetap melawan, dianggap gila. Tapi justru merekalah sisa-sisa manusia waras yang masih punya tulang punggung. Mereka tidak butuh jabatan, tidak haus proyek, tidak tunduk pada pencitraan. Dalam musim dingin brutal ini, aku menemukan musim panas dalam diriku yang tak bisa dikalahkan. Albert Camus. Dan itulah mereka, musuh dari kebodohan kolektif. Lentera di tengah gelapnya dekade rezim dan dungu massal. Mereka tahu, diam hari ini, berarti ikut mengubur masa depan. Penutup: Bangsa Ini Tak Butuh Pemuja, Tapi Penantang Kebodohan adalah alat kekuasaan. Dan pemuja adalah pelindungnya. Jika kita masih punya akal, mari lawan. Jika kita masih punya hati, mari bicara. Jika kita masih ingin republik ini selamat, jangan lagi beri ruang pada kedunguan yang dipoles menjadi kepemimpinan. Bangsa ini bukan hanya dijual secara sah, tapi juga dibungkam secara sistematis. Sangkot.
About
Robot
Legal
Privacy Policy