@remo0o022: رحلتنا لمصر 🇪🇬🇪🇬#سياحه_سفر #سياحه_في_القاهره #مصر #خواتي#الاجازه

reemo0o022
reemo0o022
Open In TikTok:
Region: SA
Tuesday 30 November 2021 09:00:09 GMT
2301
31
0
3

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @remo0o022, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Dalam perspektif tasawuf, kerinduan pada Tuhan sering kali dimaknai sebagai bentuk keterpautan batin yang mendalam antara makhluk dan Sang Pencipta. Ibn Arabi, dalam Tarjuman al-Asywaq, menyampaikan bahwa hati manusia mampu menampung seluruh bentuk manifestasi Ilahi—baik yang hadir dalam simbol-simbol agama formal maupun dalam bentuk cinta yang tak terikat pada satu bentuk ibadah tertentu. Baginya, cinta adalah agama dan keimanan itu sendiri. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kerinduan kepada Tuhan dapat melampaui batas-batas sektarian, menjelma menjadi pengalaman eksistensial yang universal. Penyair sufi lain, Hafidz asy-Syirazi, melukiskan kerinduan tersebut dengan cara yang berbeda namun serupa dalam kedalaman makna. Ia menggambarkan hidup tanpa Tuhan dan tanpa anggur-Nya sebagai kehidupan yang layu, terombang-ambing oleh derita, dan hampa makna. Melalui ungkapan-ungkapan puitisnya, Hafidz menegaskan bahwa kerinduan kepada Tuhan bukan sekadar keinginan untuk mendekat, tetapi juga bentuk ketergantungan eksistensial yang menyeluruh. Bahkan, dalam keterbatasan manusia yang hanya bisa menggenggam “angin”, kerinduan itu tetap menjadi poros utama keberadaan. Secara konseptual, kedua tokoh tersebut memperlihatkan bahwa kerinduan kepada Tuhan bukanlah bentuk kelemahan, tetapi justru cerminan dari pencarian manusia akan makna tertinggi dalam hidupnya. Baik dalam bentuk cinta seperti yang diuraikan Ibn Arabi, maupun dalam bentuk kegelisahan spiritual sebagaimana dalam puisi Hafidz. Dalam kerangka ini, rindu kepada Tuhan dapat dipahami sebagai bentuk ilham ilahiah yang menuntun manusia kembali kepada asalnya: Tuhan itu sendiri. Rujukan: — Arabi, Muhyiddin Ibnu. Diwan Tarjuman al-Asywaq. Beirut: Dar al-Ma‘arif, 2005. — Arabi, Muhyiddin Ibnu. Al-Durrah al-Baidha’. Tahqiq oleh Dr. M. Zainahum M. Azb. Kairo: Maktabah Madbuli, 1993. Sumber video: Masjid Jenderal Sudirman. “Ngaji Filsafat 425: Hafidz asy-Syirazi – Cinta Ilahiah.” Dr. Fahruddin Faiz, 30 Mei 2024. https://youtu.be/JdKmi1QcpSU?si=XMuH8wOWflLhZNTo Selamat malam. Salam hangat @rumiisme ☕ _____________________ #rumiisme #tasawuf #fahruddinfaiz #sufi #ngajifilsafat #filsafat #tasawwuf #fahrudinfaiz
Dalam perspektif tasawuf, kerinduan pada Tuhan sering kali dimaknai sebagai bentuk keterpautan batin yang mendalam antara makhluk dan Sang Pencipta. Ibn Arabi, dalam Tarjuman al-Asywaq, menyampaikan bahwa hati manusia mampu menampung seluruh bentuk manifestasi Ilahi—baik yang hadir dalam simbol-simbol agama formal maupun dalam bentuk cinta yang tak terikat pada satu bentuk ibadah tertentu. Baginya, cinta adalah agama dan keimanan itu sendiri. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kerinduan kepada Tuhan dapat melampaui batas-batas sektarian, menjelma menjadi pengalaman eksistensial yang universal. Penyair sufi lain, Hafidz asy-Syirazi, melukiskan kerinduan tersebut dengan cara yang berbeda namun serupa dalam kedalaman makna. Ia menggambarkan hidup tanpa Tuhan dan tanpa anggur-Nya sebagai kehidupan yang layu, terombang-ambing oleh derita, dan hampa makna. Melalui ungkapan-ungkapan puitisnya, Hafidz menegaskan bahwa kerinduan kepada Tuhan bukan sekadar keinginan untuk mendekat, tetapi juga bentuk ketergantungan eksistensial yang menyeluruh. Bahkan, dalam keterbatasan manusia yang hanya bisa menggenggam “angin”, kerinduan itu tetap menjadi poros utama keberadaan. Secara konseptual, kedua tokoh tersebut memperlihatkan bahwa kerinduan kepada Tuhan bukanlah bentuk kelemahan, tetapi justru cerminan dari pencarian manusia akan makna tertinggi dalam hidupnya. Baik dalam bentuk cinta seperti yang diuraikan Ibn Arabi, maupun dalam bentuk kegelisahan spiritual sebagaimana dalam puisi Hafidz. Dalam kerangka ini, rindu kepada Tuhan dapat dipahami sebagai bentuk ilham ilahiah yang menuntun manusia kembali kepada asalnya: Tuhan itu sendiri. Rujukan: — Arabi, Muhyiddin Ibnu. Diwan Tarjuman al-Asywaq. Beirut: Dar al-Ma‘arif, 2005. — Arabi, Muhyiddin Ibnu. Al-Durrah al-Baidha’. Tahqiq oleh Dr. M. Zainahum M. Azb. Kairo: Maktabah Madbuli, 1993. Sumber video: Masjid Jenderal Sudirman. “Ngaji Filsafat 425: Hafidz asy-Syirazi – Cinta Ilahiah.” Dr. Fahruddin Faiz, 30 Mei 2024. https://youtu.be/JdKmi1QcpSU?si=XMuH8wOWflLhZNTo Selamat malam. Salam hangat @rumiisme ☕ _____________________ #rumiisme #tasawuf #fahruddinfaiz #sufi #ngajifilsafat #filsafat #tasawwuf #fahrudinfaiz

About