@savinggracepod: We love it 💕💕 #fyp #foryoupage #podcast #savinggrace #demisims #comedy #GKBarry #chloesimms #LoveIsland #meganbartonhanson #storytime

Saving Grace
Saving Grace
Open In TikTok:
Region: GB
Wednesday 22 February 2023 21:35:08 GMT
1631597
83194
109
1128

Music

Download

Comments

jlgxxxx
JG :
The steam punk goggles threw me off fr
2023-02-22 22:41:59
4309
nicknames86432
User102938475 :
Why is sre wearing those goggles 💀 😂
2023-02-23 15:08:55
1642
jasistiktoking
✨jas✨ :
megan barton hanson??
2023-02-22 22:15:33
619
tonethepone
user9028727541186 :
Why is she wearing them things you wear at the opticians when having an eye test?
2023-02-23 16:39:11
247
333llis_
ellis :
Megan is so smooth
2023-02-23 09:29:15
68
riariax
Ria 🫧 :
Saving grace podcast at 6, flying training at 7 😂
2023-02-23 12:31:31
117
beckywatson_1
Bec 🖤 :
Love your podcasts!! 🤭
2023-02-22 21:47:18
27
tom_b1235
tom_b1235 :
What’s wrong with the sound
2023-02-25 23:09:55
0
tonijmcg
ToniJ88 :
What a Fab - colab ❤️💯👌🏼
2023-02-22 22:05:18
18
octoberqueenoffical
octoberqueenoffical :
What is on her head??? Asking for a friend
2023-02-26 18:17:53
1
kadsellis
Kads🫥 :
OMG MY WIFE🥰🥰🥰
2023-02-23 11:36:04
1
investingtipsforwoman
Gigi | Its Never Too Late✨ :
Sounds more like she’s seen an opportunity to get their show.
2023-02-24 19:38:13
2
chlom.b
C.B :
Interview at 3. Rave at 3:45
2023-02-24 19:28:01
3
caseydeakinxo
Casey Rose :
MY FAVVVV COUPLE 🥺
2023-02-25 13:26:37
0
dr.matcha6
dr matcha :
Megan will play around with her till it’s time for a new show
2023-03-08 22:07:39
14
maisiemarshalll
maisie :
Linking?😂😂 Sorry?
2023-02-24 16:48:13
0
justoutherelivingaj
SJA :
I must of been in a coma because i didnt even realise megan barton was with wez nelson 😂ive missed tons clearly.
2023-02-24 14:49:31
1
fuegopapi8
DojaPat :
Megan Joey Barton Hansen mmmm bop?
2023-02-23 00:25:41
3
aimeelh2
aimeelh2 :
@Chloe Perkins
2023-02-23 17:01:53
1
lauramcfrln
lauz🫶🏻 :
@Roisin MacMaster your fave
2023-02-23 09:55:54
1
gcsf181
GCSF :
@Syds x
2023-05-06 19:10:01
1
tanya_jones92
Tanya :
@Laura
2023-02-23 20:06:34
1
lillykiely
lillykiely :
@Alannahgormley what’s with the minion glasses
2023-02-23 17:09:47
1
pmi12345
PMI :
@abbie💕
2023-02-23 15:56:41
1
To see more videos from user @savinggracepod, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

(2.) “Killers Don’t Love, But We Did.” Langit mulai kehilangan bintangnya saat kalian meninggalkan gedung itu. Mobil hitam dengan kaca gelap sudah menunggu di pinggir gang. Heeseung membuka pintu untukmu lebih dulu, tak banyak bicara, tapi caranya memastikan kamu masuk dengan aman sudah cukup menjelaskan: dia tak akan membiarkanmu sendiri di medan ini, bahkan untuk satu langkah. Di dalam mobil, keheningan terasa berat, tapi bukan karena tegang—melainkan karena terlalu banyak yang tertahan di dada, terlalu banyak yang tidak bisa diucapkan dengan kata. Heeseung menyetir menuju safehouse tanpa suara. Kamu duduk di sampingnya, memandangi tangannya yang masih penuh noda darah kering. Lengan bajunya robek di bagian siku, dan kamu tahu itu bukan dari pertarungan—itu dari seberapa cepat dia bergerak hanya untuk memastikan kamu tak perlu menembak lebih dari sekali. “Aku bisa bantu,” katamu, memecah diam. “Nggak usah,” jawabnya cepat. Tapi kali ini, bukan dingin. Hanya... lelah. Kamu diam sebentar. “Aku bukan cuma pasangan tembakmu, Seung. Aku juga... tempat pulangmu.” Kata-kata itu membuatnya menoleh. Sekilas saja. Tapi sorot matanya berubah—seolah benteng dalam dirinya retak sedikit demi sedikit. Ia tak mengatakan apa pun, tapi kamu melihat cara tangannya mengepal kecil di pangkuan, seolah menahan sesuatu yang ingin dia ungkapkan... tapi belum bisa. Safehouse kalian berada di tengah kawasan kosong yang tak terjamah, tersembunyi di balik toko elektronik kosong yang tutup sejak pandemi. Begitu kalian sampai, Heeseung langsung masuk lebih dulu, melempar jaket ke sofa tua, lalu menghilang ke dapur untuk mengambil air. Kamu menyusul, membuka laci, mengambil kotak P3K, dan duduk di meja dapur kecil dengan lampu kuning yang redup. “Duduk,” katamu tanpa menoleh. Heeseung menurut. Diam. Tapi tubuhnya terasa lebih tenang sekarang. Kamu membersihkan lukanya pelan, penuh perhatian. Saat perban terakhir kamu rekatkan di pelipisnya, dia menatapmu. Lama. Dalam. “Aku nggak bisa berhenti mikir, kalau malam ini kamu kena,” ucapnya akhirnya. “Kamu juga bisa kena. Tapi kamu tetap turun.” “Kalau itu berarti kamu selamat, aku akan selalu turun.” Kalimat itu tak butuh penjelasan lebih. Di dunia mereka, cinta bukan janji panjang atau pelukan hangat—tapi siapa yang rela mati duluan untuk menyelamatkan yang lain. Heeseung bangkit, berjalan ke arah jendela dan membuka sedikit tirai hitamnya. Matanya mengamati jalan sepi di luar. Lalu, ia mengambil ponsel dari saku celana, membuka satu pesan terenkripsi yang baru saja masuk. Dahinya langsung mengerut. “Kita ditarik kembali ke markas,” katanya tanpa menoleh. Kamu yang masih di meja langsung menegakkan punggung. “Kenapa?” “Target tadi... bukan cuma pengedar biasa. Dia salah satu penyambung tangan dalam.” “Organisasi kita sendiri?” Heeseung menoleh pelan, dan kali ini kamu bisa melihat bahaya di matanya—bukan untuk musuh, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Lebih mengakar. “Mereka kirim kita untuk bunuh orang mereka sendiri. Dan kita nggak dikasih tahu.” Kamu berdiri. Napasmu menegang. Ada rasa dingin di tengkukmu, bukan karena udara malam—tapi karena kenyataan bahwa kalian tidak lagi tahu siapa yang bisa dipercaya. “Ada yang salah.” “Aku tahu,” ucap Heeseung. Suaranya kini tenang, tapi nadanya berubah. Lebih dalam. Lebih sadar. “Dan kalau mereka mulai bersihkan orang dalam, kita bisa ada di daftar berikutnya.” Kamu menatapnya. “Kita akan tetap jalan bareng, kan?” Heeseung mendekat. Ia menyentuh wajahmu pelan dengan punggung jarinya, lalu menarikmu ke dalam pelukan yang erat. Tak terburu-buru. Tak ragu. “Aku nggak akan ninggalin kamu,” bisiknya. “Bahkan kalau semua ini runtuh.” Kamu menutup mata. Untuk sesaat, semuanya diam. Dunia yang berantakan. Dosa-dosa yang tak bisa kalian hitung. Tapi dalam pelukan itu, kamu tahu satu hal: dia akan membawamu pulang... atau mati sambil mencoba. Next? #leeheeseung #heeseung #fyp
(2.) “Killers Don’t Love, But We Did.” Langit mulai kehilangan bintangnya saat kalian meninggalkan gedung itu. Mobil hitam dengan kaca gelap sudah menunggu di pinggir gang. Heeseung membuka pintu untukmu lebih dulu, tak banyak bicara, tapi caranya memastikan kamu masuk dengan aman sudah cukup menjelaskan: dia tak akan membiarkanmu sendiri di medan ini, bahkan untuk satu langkah. Di dalam mobil, keheningan terasa berat, tapi bukan karena tegang—melainkan karena terlalu banyak yang tertahan di dada, terlalu banyak yang tidak bisa diucapkan dengan kata. Heeseung menyetir menuju safehouse tanpa suara. Kamu duduk di sampingnya, memandangi tangannya yang masih penuh noda darah kering. Lengan bajunya robek di bagian siku, dan kamu tahu itu bukan dari pertarungan—itu dari seberapa cepat dia bergerak hanya untuk memastikan kamu tak perlu menembak lebih dari sekali. “Aku bisa bantu,” katamu, memecah diam. “Nggak usah,” jawabnya cepat. Tapi kali ini, bukan dingin. Hanya... lelah. Kamu diam sebentar. “Aku bukan cuma pasangan tembakmu, Seung. Aku juga... tempat pulangmu.” Kata-kata itu membuatnya menoleh. Sekilas saja. Tapi sorot matanya berubah—seolah benteng dalam dirinya retak sedikit demi sedikit. Ia tak mengatakan apa pun, tapi kamu melihat cara tangannya mengepal kecil di pangkuan, seolah menahan sesuatu yang ingin dia ungkapkan... tapi belum bisa. Safehouse kalian berada di tengah kawasan kosong yang tak terjamah, tersembunyi di balik toko elektronik kosong yang tutup sejak pandemi. Begitu kalian sampai, Heeseung langsung masuk lebih dulu, melempar jaket ke sofa tua, lalu menghilang ke dapur untuk mengambil air. Kamu menyusul, membuka laci, mengambil kotak P3K, dan duduk di meja dapur kecil dengan lampu kuning yang redup. “Duduk,” katamu tanpa menoleh. Heeseung menurut. Diam. Tapi tubuhnya terasa lebih tenang sekarang. Kamu membersihkan lukanya pelan, penuh perhatian. Saat perban terakhir kamu rekatkan di pelipisnya, dia menatapmu. Lama. Dalam. “Aku nggak bisa berhenti mikir, kalau malam ini kamu kena,” ucapnya akhirnya. “Kamu juga bisa kena. Tapi kamu tetap turun.” “Kalau itu berarti kamu selamat, aku akan selalu turun.” Kalimat itu tak butuh penjelasan lebih. Di dunia mereka, cinta bukan janji panjang atau pelukan hangat—tapi siapa yang rela mati duluan untuk menyelamatkan yang lain. Heeseung bangkit, berjalan ke arah jendela dan membuka sedikit tirai hitamnya. Matanya mengamati jalan sepi di luar. Lalu, ia mengambil ponsel dari saku celana, membuka satu pesan terenkripsi yang baru saja masuk. Dahinya langsung mengerut. “Kita ditarik kembali ke markas,” katanya tanpa menoleh. Kamu yang masih di meja langsung menegakkan punggung. “Kenapa?” “Target tadi... bukan cuma pengedar biasa. Dia salah satu penyambung tangan dalam.” “Organisasi kita sendiri?” Heeseung menoleh pelan, dan kali ini kamu bisa melihat bahaya di matanya—bukan untuk musuh, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Lebih mengakar. “Mereka kirim kita untuk bunuh orang mereka sendiri. Dan kita nggak dikasih tahu.” Kamu berdiri. Napasmu menegang. Ada rasa dingin di tengkukmu, bukan karena udara malam—tapi karena kenyataan bahwa kalian tidak lagi tahu siapa yang bisa dipercaya. “Ada yang salah.” “Aku tahu,” ucap Heeseung. Suaranya kini tenang, tapi nadanya berubah. Lebih dalam. Lebih sadar. “Dan kalau mereka mulai bersihkan orang dalam, kita bisa ada di daftar berikutnya.” Kamu menatapnya. “Kita akan tetap jalan bareng, kan?” Heeseung mendekat. Ia menyentuh wajahmu pelan dengan punggung jarinya, lalu menarikmu ke dalam pelukan yang erat. Tak terburu-buru. Tak ragu. “Aku nggak akan ninggalin kamu,” bisiknya. “Bahkan kalau semua ini runtuh.” Kamu menutup mata. Untuk sesaat, semuanya diam. Dunia yang berantakan. Dosa-dosa yang tak bisa kalian hitung. Tapi dalam pelukan itu, kamu tahu satu hal: dia akan membawamu pulang... atau mati sambil mencoba. Next? #leeheeseung #heeseung #fyp

About