@callmebkbk: idk I think this is funny 🤷‍♂️ if Lana Del Rey sang the #fishsong

call me bk
call me bk
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 19 April 2023 02:34:24 GMT
1132
38
7
3

Music

Download

Comments

themerrycellist
The Merry Cellist :
😂😂😂😂 Bravo!
2023-04-19 02:54:38
1
cutaia_net
(cutaia) :
low-key 🔥
2023-04-19 22:04:38
2
joy612978
joy61297 :
Omg on point 🤣
2023-04-26 00:32:52
1
derian_121
Derian :
😁
2025-01-31 02:30:54
0
To see more videos from user @callmebkbk, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Part 2 KAU ISTRIKU, HANYA DI ATAS KERTAS Langit Dubai malam ini berwarna emas. Bukan karena senja, tapi karena pesta yang diselenggarakan dengan kemewahan. Di sebuah istana modern bertema Timur Tengah klasik yang berhiaskan lampu kristal dan bunga mawar putih, ribuan pasang mata menatap satu panggung kecil di tengah taman. Di sanalah kamu berdiri—berbalut gaun Chanel yang dijahit khusus untuknya. Gaun putihnya menjuntai sempurna, mengingatkan pada kisah putri negeri dongeng, hanya saja tanpa pangeran yang mencintainya. Sebab pria di sebelahnya bukan pangeran. Ia adalah raja. Raja yang kapan saja menikahi banyak putri dan memilah mana yang pantas menjadi seorang ratu. Lee Heeseung. CEO dingin yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, lengkap dengan tuxedo hitam dan sorot mata menusuk, seolah menyuruh semua tamu untuk tidak terlalu dekat dengan istrinya. Istrinya. Kata itu terasa asing, bahkan saat pastor menyebutkannya berkali-kali. “Do you, Lee Heeseung, take Y/N to be your lawfully wedded wife—” “—I do.” Nadanya datar. Tanpa keraguan, tanpa senyum.                                          Kamu menatap pria itu dalam diam, jantungnya berdebar tanpa irama. Lalu giliran namanya dipanggil, dan seluruh dunia terasa melambat. “Do you, Y/N, take Lee Heeseung as your lawfully wedded husband—” Tatapan pria itu tidak berpaling. Begitu tajam, begitu menuntut, seolah mengancam agar jangan pernah berpikir untuk mundur. Dan Y/N pun mengangguk. “I do.” Tepuk tangan. Musik lembut. Kamera para jurnalis mengabadikan ciuman di ujung upacara yang terasa hambar—bibirmu hanya menyentuh pipinya, dan ia bahkan tidak memejamkan mata.                                Malam itu, kamar di lantai atas vila pribadi Heeseung sunyi. Tak ada bulan madu. Tak ada champagne. Tak ada tawa. Kamu melepas anting berlian dari telinganya, berdiri di depan cermin dengan tubuh lelah dan hati yang hampa. Gaunnya masih sempurna, tapi wajahnya kini polos tanpa riasan. Pintu kamar terbuka. Heeseung masuk dengan kemeja putih yang dilonggarkan di bagian leher, jaket tux-nya sudah dilepas. “Sudah kubilang, kau tidur di kamar sebelah,” ucapnya pelan. “Aku tahu.” “Lalu, mengapa kau tetap di sini?” Kamu menatap bayangannya di cermin. “Karena aku ingin tahu, seberapa jauh batas dari pernikahan ini.” Heeseung tidak menjawab. Ia berdiri beberapa langkah di belakangnya, dan pantulan mereka tampak aneh—seperti dua orang asing yang hanya kebetulan memakai cincin yang sama. “Jangan berharap hal-hal yang tidak tertulis di kontrak,” katanya dingin. “Aku tidak berharap cinta darimu,” bisik Y/N, “tapi setidaknya… kau bisa bersikap seolah aku bukan benda yang baru saja kau beli.” Hening. Angin dari AC mengisi ruangan dengan kesenyapan yang menyesakkan. Dan untuk pertama kalinya, sorot mata Heeseung berubah. Ada sesuatu di balik tatapan tajam itu—rapuh, tapi tertutup begitu kuat oleh tembok bernama ego. “Aku tidak membelimu. Aku membeli media, citra yang bersih, dan kebebasan.” “Kau juga membeli aku,” balas Y/N, menatap langsung ke arahnya. Heeseung melangkah mendekat. Satu… dua… tiga langkah hingga mereka hanya berjarak napas. Tangan pria itu tidak menyentuhnya, tapi aura tubuhnya sudah cukup membuat darah Y/N mendidih. “Aku tidak akan menyakitimu,” gumamnya. “Tapi aku juga tidak akan mencintaimu.” Kalimat itu, meski dingin, terasa seperti perlindungan. Dan entah kenapa, Y/N justru merasa lebih aman dengan kejujuran itu… daripada dengan janji manis yang berakhir dusta. Versi au ada di my instagram : whattsflowerbe #alternativeuniverse #foryoupage #heeseung
Part 2 KAU ISTRIKU, HANYA DI ATAS KERTAS Langit Dubai malam ini berwarna emas. Bukan karena senja, tapi karena pesta yang diselenggarakan dengan kemewahan. Di sebuah istana modern bertema Timur Tengah klasik yang berhiaskan lampu kristal dan bunga mawar putih, ribuan pasang mata menatap satu panggung kecil di tengah taman. Di sanalah kamu berdiri—berbalut gaun Chanel yang dijahit khusus untuknya. Gaun putihnya menjuntai sempurna, mengingatkan pada kisah putri negeri dongeng, hanya saja tanpa pangeran yang mencintainya. Sebab pria di sebelahnya bukan pangeran. Ia adalah raja. Raja yang kapan saja menikahi banyak putri dan memilah mana yang pantas menjadi seorang ratu. Lee Heeseung. CEO dingin yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, lengkap dengan tuxedo hitam dan sorot mata menusuk, seolah menyuruh semua tamu untuk tidak terlalu dekat dengan istrinya. Istrinya. Kata itu terasa asing, bahkan saat pastor menyebutkannya berkali-kali. “Do you, Lee Heeseung, take Y/N to be your lawfully wedded wife—” “—I do.” Nadanya datar. Tanpa keraguan, tanpa senyum. Kamu menatap pria itu dalam diam, jantungnya berdebar tanpa irama. Lalu giliran namanya dipanggil, dan seluruh dunia terasa melambat. “Do you, Y/N, take Lee Heeseung as your lawfully wedded husband—” Tatapan pria itu tidak berpaling. Begitu tajam, begitu menuntut, seolah mengancam agar jangan pernah berpikir untuk mundur. Dan Y/N pun mengangguk. “I do.” Tepuk tangan. Musik lembut. Kamera para jurnalis mengabadikan ciuman di ujung upacara yang terasa hambar—bibirmu hanya menyentuh pipinya, dan ia bahkan tidak memejamkan mata. Malam itu, kamar di lantai atas vila pribadi Heeseung sunyi. Tak ada bulan madu. Tak ada champagne. Tak ada tawa. Kamu melepas anting berlian dari telinganya, berdiri di depan cermin dengan tubuh lelah dan hati yang hampa. Gaunnya masih sempurna, tapi wajahnya kini polos tanpa riasan. Pintu kamar terbuka. Heeseung masuk dengan kemeja putih yang dilonggarkan di bagian leher, jaket tux-nya sudah dilepas. “Sudah kubilang, kau tidur di kamar sebelah,” ucapnya pelan. “Aku tahu.” “Lalu, mengapa kau tetap di sini?” Kamu menatap bayangannya di cermin. “Karena aku ingin tahu, seberapa jauh batas dari pernikahan ini.” Heeseung tidak menjawab. Ia berdiri beberapa langkah di belakangnya, dan pantulan mereka tampak aneh—seperti dua orang asing yang hanya kebetulan memakai cincin yang sama. “Jangan berharap hal-hal yang tidak tertulis di kontrak,” katanya dingin. “Aku tidak berharap cinta darimu,” bisik Y/N, “tapi setidaknya… kau bisa bersikap seolah aku bukan benda yang baru saja kau beli.” Hening. Angin dari AC mengisi ruangan dengan kesenyapan yang menyesakkan. Dan untuk pertama kalinya, sorot mata Heeseung berubah. Ada sesuatu di balik tatapan tajam itu—rapuh, tapi tertutup begitu kuat oleh tembok bernama ego. “Aku tidak membelimu. Aku membeli media, citra yang bersih, dan kebebasan.” “Kau juga membeli aku,” balas Y/N, menatap langsung ke arahnya. Heeseung melangkah mendekat. Satu… dua… tiga langkah hingga mereka hanya berjarak napas. Tangan pria itu tidak menyentuhnya, tapi aura tubuhnya sudah cukup membuat darah Y/N mendidih. “Aku tidak akan menyakitimu,” gumamnya. “Tapi aku juga tidak akan mencintaimu.” Kalimat itu, meski dingin, terasa seperti perlindungan. Dan entah kenapa, Y/N justru merasa lebih aman dengan kejujuran itu… daripada dengan janji manis yang berakhir dusta. Versi au ada di my instagram : whattsflowerbe #alternativeuniverse #foryoupage #heeseung

About