@iamrobinp: Replying to @S H Δ U Π

Robin Pieters |
Robin Pieters |
Open In TikTok:
Region: ZA
Friday 20 October 2023 07:49:28 GMT
76172
4464
79
15

Music

Download

Comments

lornapillay2
Lorna :
they sing with heart❤️
2023-10-20 09:13:00
0
queenester777
👑 Queen Ester 👑 🇿🇦✌️ :
Robin you are such a Good Rolmodel and Mentor for young people in SA🇿🇦❤️especially our Colored young people ❤️🇿🇦you should have a PRODUCTION COMP❤
2023-10-20 19:34:41
1
mr_greyfahiem
fahiem 😏🤙 :
well dne my guy ...ONWARDS & UPWARDS ...THIS IS UR JOURNEY ...GOD BLESS ALL THE BEST ...😇🤲🌍👑2024 AINT READY 😜
2023-10-20 09:21:17
3
i_dont_envy
justbelekka :
wow 👌🏽 you guys sound amazing 👏🏼
2023-10-20 15:36:31
0
nickynw
Nicky :
Bless you Robin 🥰🙌
2023-10-20 08:38:01
3
meezy602
meezy602 :
Very well said..gratitude is soooo powerful..it actually plays a big role how u show up for work!!💯❤️
2023-10-20 07:58:39
0
zanadiacornelius9
Zanadia Cornelius922 :
Yessssss lord.. Pragtig julle 🥰🥰
2023-10-20 08:42:05
1
skiebo1
🇿🇦🏉SKIEBO@9🇿🇦🏉 :
Nederigheid🤗🇿🇦🏉
2023-10-20 09:16:17
1
._.ceejay._._
💜CeeJay💜 :
This is why you are going to sky rocket Robin. Your heart is so pure and so genuine. May God bless you always ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2023-10-21 01:25:07
0
_mandy007
Mandy :
WoW Robin, ur words speaks mountains. May u nd the crew be blessed nd keep on blessing. Yoh ma di mense kn sing 🙌🙌🙌🙌
2023-10-20 10:20:56
7
quintonjohnson57
Quinton Johnson 🫶🏻 :
Wow die bro steel jou hart net om video's te kyk dit lat voel n men's 2000% om jou dag te begind AL wat mense net moet se is dankie dankie dankie
2023-10-20 11:00:07
1
nataciabirdykermi
Ms Birdy :
miss die pinkster😇😇😇
2023-10-20 08:18:50
0
ayandastandu
NgamShiShi :
I was skeptical when this account started out and I have found joy and enlightenment whenever I watch you guys #Aura is important!
2023-10-20 09:04:15
2
veldtie0123
veldtie01 :
wow amazing voices🥰
2023-10-20 16:55:59
0
denisekat83
Denise :
Yalls character shines through yalls singing 🙏
2023-10-20 07:59:04
0
tournesol94
Tournesol 🌻 :
I love how genuine you are, give them their flowers! Nothing more beautiful than feeling appreciated and your efforts being seen, motivates even more.
2023-10-20 08:02:21
19
thea.lexanders
PJP&Rafiqah :
Please may we request the choir to do "Roep sy naam"
2023-10-20 08:40:53
0
m_meg2
Megan :
I'm not crying 🥺🥺🥺
2023-10-20 09:53:51
0
shereena404
Shereen :
You are so awesome Robin.
2023-10-20 20:07:25
0
amandaj_76
AmandaJ :
Absolute beautiful talent
2023-10-20 10:33:30
0
tiffanytiffynero
tiffanytiffynero :
May God bless you guys further in the industry❤️❤️❤️talented people you are
2023-10-20 14:07:29
0
avril_albetti
Avril Albetti :
Hou op ek gan huil🥰
2023-10-20 13:20:15
0
charde_b14
chardebouwers92 :
Beautiful mahn
2023-10-20 16:31:32
0
ezrakamish50
EzraKamish :
so Blessed ☺️
2023-10-20 18:27:05
0
blackthunder373
user4396251929732 :
WHAT A SPEECH ROBIN, AFFIRMATION AND APPRECIATION DOES WONDERS TO THE SOUL,MAY GOD CONTINUE TO USE U GUYS AS HIS INSTRUMENTS TO SPREAD LOVE!!👊🏾🔥❤️
2023-10-20 17:30:05
0
To see more videos from user @iamrobinp, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Kamu dan Jay. Dua nama yang tidak pernah sengaja disandingkan, tapi selalu muncul bersamaan—di grafik nilai, di pengumuman lomba, di belakang buku absen. Pesaing yang terlalu mirip untuk saling benci, terlalu jauh untuk jadi dekat. Kalian tidak akrab. Tapi saling tahu. Jay tahu kamu mencatat dengan tinta biru dan garis bawah abu-abu. Kamu tahu Jay membaca dengan tangan kiri menyangga pelipis. Dan kalian berdua tahu, hanya ada satu kursi untuk program pertukaran pelajar ke Seoul. ——— Kamu berdiri di depan papan itu, menatap satu nama di paling atas. Namamu. Bold. Tegas. Final. Jay tiba beberapa detik kemudian. Ia membaca sebentar. Menarik napas.  Kemudian berkata tanpa menoleh “Selamat.” Tidak lebih. Tidak kurang. Kamu menoleh, menunggu sesuatu. Penjelasan, mungkin. Sedikit kejengkelan. Tapi yang kamu dapat hanya kalimat ini, lirih tapi rapi “Kalau yang dapat bukan gue, ya memang seharusnya lo.”  ——— Beberapa hari kemudian, kalian sama-sama mendapat tugas dari guru untuk mengumpulkan data ulangan. Kamu dan Jay duduk bersebelahan. Sama-sama sibuk, tapi kamu tahu dia sadar kamu di situ. Jay ngetik sebentar, terus nyeletuk “Gue baca berita… ternyata orang yang habis menang besar, suka ngerasa kosong.” Kamu lirik dia, nahan ketawa. “Itu kode?” Dia ngedik pelan, santai banget “Bisa jadi. Bisa juga cuma observasi. Lo yang milih.” Kamu balik ngetik, berusaha menghiraukannya. Tapi 20 detik kemudian dia lanjut “Gue masih kesel sih. Tapi mostly kesel ke diri sendiri.” “Kenapa?” tanya kamu. “Karena dari semua kemungkinan yang gue pikirin—gue gak pernah mikir kalau ternyata gue lebih takut lo pergi, daripada gue kalah.” Kamu diam. Lalu jawab pelan, “Lo kebanyakan baca puisi ya?” Jay senyum tipis. “Enggak. Gue kebanyakan liatin lo, kayaknya.” ——— Malam sebelum keberangkatan, koper kamu masih terbuka setengah. Isinya random, bahkan masih banyak barang penting yang belum kamu masukkan. Tapi atensimu pindah ke handphone saat notifikasi masuk. Nama pengirimnya: Jay. Jay: “Lo udah ngecek suhu di Seoul? Jangan sampe mati gaya cuma gara-gara jaket lo ketipisan.” Kamu geleng pelan, lalu balas “Gue pikir lo bakal ngucapin ‘semangat’ kayak orang normal.” “Gue nggak pernah daftar jadi orang normal.”  Setelah jeda beberapa menit, notifikasi lain masuk. “Lo tau nggak? dari semua yang gue pelajari selama proses seleksi kemarin, yang paling susah itu bukan bikin esai atau nyiapin wawancara,” kamu masih terdiam membaca pesan itu, membiarkan Jay melanjutkan apa yang ingin disampaikannya. “Yang paling susah itu nerima kenyataan kalau lo beneran pergi. Bukan karena gue gak rela, tapi karena gue baru sadar… selama ini, gue selalu ngikutin lo, tanpa sadar.” tambahnya Kamu gak langsung balas. Karena kamu juga, agak sesak bacanya. Kamu tarik napas, lalu ngetik, “Gue pergi bukan buat ninggalin, Jay.” “Gue tahu. Tapi ada bagian dari gue yang pengen lo temuin di tempat baru. Supaya nanti pas lo balik, lo gak sekadar pulang, lo ngerti kenapa harus balik ke gue.” ——— Di Bandara, Jay muncul. Lagi-lagi tanpa aba-aba. Kamu bahkan belum sempat narik koper keluar dari mobil, dia udah berdiri di samping kamu. “Gue cuma mau pastiin, lo gak lupa satu hal.” Kamu ngangkat alis. “Apa?” Dia nyodorin buku kecil. Abu-abu. Kosong. Tapi kamu tahu, pasti ada sesuatu di dalamnya. “Buat nyatet hal-hal penting. Tapi bukan tentang sekolah, kampus, atau deadline.” “Buat nyatet hal-hal yang bikin lo pengen pulang.” Kamu buka halaman pertama. Tulisannya: “Kalau lo ngerasa sendirian, buka halaman terakhir.” Kamu langsung buka. Dan di sana, dengan tulisan tangan yang nggak serapi biasanya: ‘Gue gak bisa ikut lo ke sana. Tapi kalau lo balik dan gue masih di sini, itu bukan kebetulan.’ ‘Itu karena gue nunggu.’ Kamu menutup bukunya pelan. “Lo yakin gue bakal balik?” Jay senyum, tajam tapi tenang. Lanjut di comsect— #pov #jay #parkjongseong #enhypen #fypシ
POV: Kamu dan Jay. Dua nama yang tidak pernah sengaja disandingkan, tapi selalu muncul bersamaan—di grafik nilai, di pengumuman lomba, di belakang buku absen. Pesaing yang terlalu mirip untuk saling benci, terlalu jauh untuk jadi dekat. Kalian tidak akrab. Tapi saling tahu. Jay tahu kamu mencatat dengan tinta biru dan garis bawah abu-abu. Kamu tahu Jay membaca dengan tangan kiri menyangga pelipis. Dan kalian berdua tahu, hanya ada satu kursi untuk program pertukaran pelajar ke Seoul. ——— Kamu berdiri di depan papan itu, menatap satu nama di paling atas. Namamu. Bold. Tegas. Final. Jay tiba beberapa detik kemudian. Ia membaca sebentar. Menarik napas. Kemudian berkata tanpa menoleh “Selamat.” Tidak lebih. Tidak kurang. Kamu menoleh, menunggu sesuatu. Penjelasan, mungkin. Sedikit kejengkelan. Tapi yang kamu dapat hanya kalimat ini, lirih tapi rapi “Kalau yang dapat bukan gue, ya memang seharusnya lo.” ——— Beberapa hari kemudian, kalian sama-sama mendapat tugas dari guru untuk mengumpulkan data ulangan. Kamu dan Jay duduk bersebelahan. Sama-sama sibuk, tapi kamu tahu dia sadar kamu di situ. Jay ngetik sebentar, terus nyeletuk “Gue baca berita… ternyata orang yang habis menang besar, suka ngerasa kosong.” Kamu lirik dia, nahan ketawa. “Itu kode?” Dia ngedik pelan, santai banget “Bisa jadi. Bisa juga cuma observasi. Lo yang milih.” Kamu balik ngetik, berusaha menghiraukannya. Tapi 20 detik kemudian dia lanjut “Gue masih kesel sih. Tapi mostly kesel ke diri sendiri.” “Kenapa?” tanya kamu. “Karena dari semua kemungkinan yang gue pikirin—gue gak pernah mikir kalau ternyata gue lebih takut lo pergi, daripada gue kalah.” Kamu diam. Lalu jawab pelan, “Lo kebanyakan baca puisi ya?” Jay senyum tipis. “Enggak. Gue kebanyakan liatin lo, kayaknya.” ——— Malam sebelum keberangkatan, koper kamu masih terbuka setengah. Isinya random, bahkan masih banyak barang penting yang belum kamu masukkan. Tapi atensimu pindah ke handphone saat notifikasi masuk. Nama pengirimnya: Jay. Jay: “Lo udah ngecek suhu di Seoul? Jangan sampe mati gaya cuma gara-gara jaket lo ketipisan.” Kamu geleng pelan, lalu balas “Gue pikir lo bakal ngucapin ‘semangat’ kayak orang normal.” “Gue nggak pernah daftar jadi orang normal.” Setelah jeda beberapa menit, notifikasi lain masuk. “Lo tau nggak? dari semua yang gue pelajari selama proses seleksi kemarin, yang paling susah itu bukan bikin esai atau nyiapin wawancara,” kamu masih terdiam membaca pesan itu, membiarkan Jay melanjutkan apa yang ingin disampaikannya. “Yang paling susah itu nerima kenyataan kalau lo beneran pergi. Bukan karena gue gak rela, tapi karena gue baru sadar… selama ini, gue selalu ngikutin lo, tanpa sadar.” tambahnya Kamu gak langsung balas. Karena kamu juga, agak sesak bacanya. Kamu tarik napas, lalu ngetik, “Gue pergi bukan buat ninggalin, Jay.” “Gue tahu. Tapi ada bagian dari gue yang pengen lo temuin di tempat baru. Supaya nanti pas lo balik, lo gak sekadar pulang, lo ngerti kenapa harus balik ke gue.” ——— Di Bandara, Jay muncul. Lagi-lagi tanpa aba-aba. Kamu bahkan belum sempat narik koper keluar dari mobil, dia udah berdiri di samping kamu. “Gue cuma mau pastiin, lo gak lupa satu hal.” Kamu ngangkat alis. “Apa?” Dia nyodorin buku kecil. Abu-abu. Kosong. Tapi kamu tahu, pasti ada sesuatu di dalamnya. “Buat nyatet hal-hal penting. Tapi bukan tentang sekolah, kampus, atau deadline.” “Buat nyatet hal-hal yang bikin lo pengen pulang.” Kamu buka halaman pertama. Tulisannya: “Kalau lo ngerasa sendirian, buka halaman terakhir.” Kamu langsung buka. Dan di sana, dengan tulisan tangan yang nggak serapi biasanya: ‘Gue gak bisa ikut lo ke sana. Tapi kalau lo balik dan gue masih di sini, itu bukan kebetulan.’ ‘Itu karena gue nunggu.’ Kamu menutup bukunya pelan. “Lo yakin gue bakal balik?” Jay senyum, tajam tapi tenang. Lanjut di comsect— #pov #jay #parkjongseong #enhypen #fypシ

About