@detetivebarros: Montei essa Mochila com GPS e ESCUTA? O que vocês acharam? Curtam, comente e compartiha👇🏽 #detetive #barros #particular #fy #viral #teste #fidelidade #f #fyp #detetiveparticular #conjugal #investigação #infidelidade #fyp #segueoplano #traição #spy #casamento #mochila #espia #fyp #viralizou #f #tamojunto #inteligencia

Detetive Sérgio Barros
Detetive Sérgio Barros
Open In TikTok:
Region: BR
Wednesday 08 November 2023 10:47:38 GMT
2905
62
5
5

Music

Download

Comments

fatima.cruz310
Fatima Cruz :
boa tarde quero saber qual o valor ?
2025-05-15 15:55:51
0
michaelfortes007
WhatsCell Manutenção/Smartphon :
top
2023-11-11 03:34:26
0
antonia.andrade27
Antonia Andrade :
top top 🥰🥰🥰🥰🥰
2024-01-05 17:55:53
0
mariachic.rvmodafemenina
Mariachicmodafemenina :
Valor da mochila kkkk
2024-07-25 01:43:53
0
queziafernandes41
queziafernandes41 :
vou comprar uma pra meu marido😂😂
2023-11-08 19:53:54
0
To see more videos from user @detetivebarros, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

[END] Jay tidak tinggal. Kamu juga tidak ikut dengannya. Kalian sepakat bahwa beberapa cinta memang tidak ditakdirkan untuk hidup di bawah atap yang sama. Tapi setiap liburan musim semi, Jay akan datang bersama anak itu. Mereka akan menginap dua malam di rumahmu. Anak itu akan tidur di tengah, dan kamu akan membacakan cerita sebelum tidur. Kadang, Jay menatapmu diam-diam dari balik cangkir teh. Dan kamu tau.. meski ia tidak mengatakannya, sebagian dari hatinya masih menyimpan sesuatu untukmu. Malam itu, Jay bersandar di sisi tempat tidur, tubuhnya menyatu dalam gelap yang lembut. Wajahnya tampak tenang, dan kamu sempat tersenyum melihat caranya menatap kalian berdua—seakan waktu bisa berhenti di momen itu selamanya. “Aku suka cerita yang kamu bacain,” ucapnya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. Kamu menoleh, membenarkan letak bantal di belakang punggungnya. “Dia juga suka. Katanya, itu cerita favorit papa.” Jay tersenyum kecil. Matanya mulai sayu. Kamu pikir dia hanya lelah. Sudah beberapa hari ini dia sulit tidur, katanya dadanya sesak. Tapi dia tidak mau ke rumah sakit, hanya bilang, “Aku pengen di rumah.. sama kalian.” “Terima kasih y/n,” kata Jay tiba-tiba. Kamu menatapnya, heran. “Buat apa Jay?” “Untuk tetap tinggal. Untuk memaafkanku. Untuk mencintaiku, walaupun aku datang dengan banyak luka dan kehilangan.” Kamu menggenggam tangannya. Tangan itu dingin. Lebih dingin dari biasanya. “Jay… kamu kenapa?” Jay tidak menjawab. Tapi matanya tetap padamu. Menatapmu dalam-dalam, seperti ingin mengukir wajahmu dalam benaknya satu kali lagi sebelum semuanya hilang. “Aku takut tidur..” kata Jay lirih, dan suara itu terdengar seperti rintih. “Kalau aku tidur, aku takut ga bisa bangun dan bilang, kalo aku mencintai kalian.” Air matamu jatuh saat itu juga. “Jay, jangan bicara begitu.” Dia menggenggam tanganmu lebih erat, lalu menundukkan kepala. “Ceritain sama aku cerita yang sama y/n, sekali lagi.” Dan kamu—dengan napas tercekat—membacakan cerita yang tadi sudah selesai kamu bacakan untuk anak kalian. Dengan suara bergetar, kamu ulang dari awal. Tentang putri kecil yang mencari cahaya. Tentang rumah yang akhirnya ia temukan dalam pelukan ayah dan ibunya. Ketika kamu selesai membaca kalimat terakhir, Jay tak menjawab. Dia masih bersandar, dengan wajah tenang.
[END] Jay tidak tinggal. Kamu juga tidak ikut dengannya. Kalian sepakat bahwa beberapa cinta memang tidak ditakdirkan untuk hidup di bawah atap yang sama. Tapi setiap liburan musim semi, Jay akan datang bersama anak itu. Mereka akan menginap dua malam di rumahmu. Anak itu akan tidur di tengah, dan kamu akan membacakan cerita sebelum tidur. Kadang, Jay menatapmu diam-diam dari balik cangkir teh. Dan kamu tau.. meski ia tidak mengatakannya, sebagian dari hatinya masih menyimpan sesuatu untukmu. Malam itu, Jay bersandar di sisi tempat tidur, tubuhnya menyatu dalam gelap yang lembut. Wajahnya tampak tenang, dan kamu sempat tersenyum melihat caranya menatap kalian berdua—seakan waktu bisa berhenti di momen itu selamanya. “Aku suka cerita yang kamu bacain,” ucapnya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. Kamu menoleh, membenarkan letak bantal di belakang punggungnya. “Dia juga suka. Katanya, itu cerita favorit papa.” Jay tersenyum kecil. Matanya mulai sayu. Kamu pikir dia hanya lelah. Sudah beberapa hari ini dia sulit tidur, katanya dadanya sesak. Tapi dia tidak mau ke rumah sakit, hanya bilang, “Aku pengen di rumah.. sama kalian.” “Terima kasih y/n,” kata Jay tiba-tiba. Kamu menatapnya, heran. “Buat apa Jay?” “Untuk tetap tinggal. Untuk memaafkanku. Untuk mencintaiku, walaupun aku datang dengan banyak luka dan kehilangan.” Kamu menggenggam tangannya. Tangan itu dingin. Lebih dingin dari biasanya. “Jay… kamu kenapa?” Jay tidak menjawab. Tapi matanya tetap padamu. Menatapmu dalam-dalam, seperti ingin mengukir wajahmu dalam benaknya satu kali lagi sebelum semuanya hilang. “Aku takut tidur..” kata Jay lirih, dan suara itu terdengar seperti rintih. “Kalau aku tidur, aku takut ga bisa bangun dan bilang, kalo aku mencintai kalian.” Air matamu jatuh saat itu juga. “Jay, jangan bicara begitu.” Dia menggenggam tanganmu lebih erat, lalu menundukkan kepala. “Ceritain sama aku cerita yang sama y/n, sekali lagi.” Dan kamu—dengan napas tercekat—membacakan cerita yang tadi sudah selesai kamu bacakan untuk anak kalian. Dengan suara bergetar, kamu ulang dari awal. Tentang putri kecil yang mencari cahaya. Tentang rumah yang akhirnya ia temukan dalam pelukan ayah dan ibunya. Ketika kamu selesai membaca kalimat terakhir, Jay tak menjawab. Dia masih bersandar, dengan wajah tenang. "Aku terlambat mencintai kamu, y/n.. maaf.. " ucapnya lirih. Tapi kini, dadanya tidak lagi naik turun. Tangannya tidak lagi menggenggam milikmu. Dan kamu tau. Dia pergi.. di ranjang yang sama. Dengan dongeng yang sama. Dengan kamu di sampingnya—dan anak kalian di antara kalian berdua. 🌼🌼🌼 Musim gugur datang lebih cepat tahun itu. Udara mulai dingin, dan langit selalu tampak muram bahkan saat matahari sedang tinggi. Kamu baru saja menjemur selimut ketika sebuah pesan masuk ke ponselmu. "Kami menemukan surat ini di kamar Jay. Kami rasa.. kamu harus membacanya." Kertas itu datang dalam amplop putih yang tak pernah kamu bayangkan akan kamu buka. Di dalamnya, tulisan tangan Jay yang selalu rapi, tapi kini terlihat sedikit gemetar di akhir barisnya. Kepada kamu, yang pernah kusewa rahimnya tapi tak pernah bisa kuhapus dari hatiku. Aku harap kau baik-baik saja. Aku harap anak itu tumbuh dengan tawa dan warna, tidak seperti hidupku yang penuh abu. Aera.. sudah menunggu lama di ujung dunia sana. Dan aku rasa, aku sudah terlalu lama membuatnya menunggu. Tapi kamu... kamu tetap menjadi rumah yang tak pernah bisa aku pulang sepenuhnya. Bukan karena aku tak mau, tapi karena aku tak berhak. Setelah kepergianmu, aku kehilangan cara mencintai dunia. Tapi Aera, dengan caranya yang lembut, tetap bertahan. Aku menghancurkan terlalu banyak, dan aku tak ingin kamu menjadi salah satunya. Aku minta maaf.. untuk segalanya. Untuk tidak menahanmu dulu. Untuk mencintaimu dengan separuh hati. Dan untuk mencarimu dengan cara yang membuatku kehilangan semua. 🌼🌼🌼 Lanjutan Scroll komen yap ↕️ Btw, gimana menurut kalian endingnya? 🤏 #pov #jayenhypen #fyp #jayedit #parkjongseong

About