@thatrecipe.us: Mix rice with chicken and make a unique dinner #cooking #Recipe #EasyRecipe #quickrecipes #rice #chicken #vegetables #cook #dinner #fyp

That Recipe US
That Recipe US
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 24 March 2024 20:43:33 GMT
62203
788
10
99

Music

Download

Comments

jeanettebilly8
Jeanette Youngblood :
That’s a lot of cooking oil 🤦🏼‍♀️
2024-03-28 19:00:39
2
user75215349559
Mum Liz :
2025-06-16 12:00:40
0
brandongibbons621
Brandon Gibbons621 :
🔥🔥🔥
2024-03-25 16:26:47
0
derickhoheb
derick 1976 :
still to wet for me
2024-03-24 23:26:11
2
neliswa.mangxola
Neliswa Mangxola :
I don’t like it wet , I cook them separately so that it can be dry the way I like it
2024-03-25 12:11:19
0
bendanon.gina
Queen Gina :
😭😭😭not for my country 🇸🇷🇸🇷🇸🇷🇸🇷
2024-03-30 00:56:40
0
To see more videos from user @thatrecipe.us, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Renungan Bagi Jiwa yang Ingin Selamat Kita hidup di sebuah masa yang pernah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ—masa di mana fitnah menyelimuti kehidupan seperti malam yang gelap gulita. Dalam kegelapan itu, tak semua yang bersinar adalah cahaya, dan tak semua yang redup berarti salah. Hati menjadi lelah menimbang, dan akal tak selalu jernih membaca arah. Di zaman ini, seseorang dapat berubah dalam sekejap: pagi ia seorang mukmin, sore ia menjadi hamba dunia; sore ia berpegang pada tauhid, pagi telah menjual prinsipnya demi kenyamanan sesaat. Sebuah realitas yang Nabi ﷺ gambarkan dengan sangat tajam: > “Bersegeralah kalian beramal sebelum datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang di pagi hari beriman, sore harinya kafir; atau sore beriman, pagi harinya kafir. Ia menjual agamanya demi secuil dunia.” (HR. Muslim No. 118) Renungkan. Jika para sahabat yang begitu kokoh saja diperingatkan, apatah lagi kita—yang ilmunya tipis, lingkungannya rapuh, dan hidupnya terpapar segala godaan dari setiap arah? 🕯️ Ketika Kebenaran Tak Lagi Populer Kebenaran hari ini tak lagi memikat. Ia terasa asing, bahkan memuakkan bagi sebagian orang. Siapa pun yang mencoba menjaga prinsip agama, dianggap ketinggalan zaman. Yang bersikap jujur, dibilang bodoh. Yang menjauhi dosa, dibilang fanatik. Islam yang murni menjadi minoritas dalam umatnya sendiri. Rasulullah ﷺ telah bersabda: > “Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana mulanya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim No. 145) Apakah kita siap menjadi asing di tengah manusia, demi menjadi mulia di sisi Allah? 🧭 Saat Hati Bingung Mencari Kompas Di zaman fitnah, yang paling terancam bukanlah tubuh, melainkan hati. Ia mudah terguncang, mudah luluh oleh arus dunia, dan mudah tertipu oleh kemasan retorika tanpa substansi. Banyak yang rajin ibadah, tapi kehilangan arah. Banyak yang bicara agama, tapi tak punya akar. Kita harus bertanya pada diri sendiri: > Apakah aku masih memegang agama ini karena cinta kepada Allah, atau hanya karena kebiasaan sosial? Apakah keyakinanku berasal dari ilmu, atau hanya dari ikut-ikutan? Apakah aku mencari ridha Allah atau hanya validasi manusia? 🌧️ Berada di Tengah Umat yang Berpecah Kita menyaksikan umat ini terpecah dalam banyak kelompok, saling menghujat, saling mencela, dan masing-masing merasa paling benar. Padahal Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa perpecahan adalah bagian dari fitnah akhir zaman. Dalam situasi ini, menjaga lisan lebih sulit daripada menjaga harta. Menahan diri untuk tidak berkomentar terkadang lebih berat daripada ikut bicara. Maka, diam dengan ilmu lebih baik daripada berbicara tanpa hikmah. 💡 Kunci Keselamatan: Ilmu, Doa, dan Keteguhan Di tengah zaman fitnah, keselamatan bukan pada banyaknya ibadah semata, tapi pada kesadaran ruhani yang bersumber dari ilmu. Tidak cukup hanya baik, kita harus benar. Tidak cukup hanya tahu, kita harus faham. Dan tidak cukup hanya bergerak, kita harus menuju arah yang lurus. Sebab itu Rasulullah ﷺ sering berdoa: > “Yā Muqallibal-qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.” (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. Tirmidzi No. 2140) Doa ini bukan sekadar lafaz, tetapi jeritan jiwa yang sadar bahwa dirinya tak mampu bertahan tanpa penjagaan dari Allah. 👳: Diam atau Selamat, Pilihannya Ada pada Kita Zaman fitnah bukan saatnya menjadi heroik di panggung manusia, tapi menjadi kuat dalam keheningan, teguh dalam ibadah yang tersembunyi, dan lurus dalam keimanan yang tak banyak diketahui orang. Sungguh, Allah tidak melihat siapa yang paling keras suaranya, tapi siapa yang paling jujur niatnya. Semoga kita termasuk dalam golongan “ghuraba”—mereka yang tetap istiqamah ketika orang-orang tergelincir, dan tetap berjalan lurus ketika dunia kehilangan arah. #dakwah_islam #narasiislamic #renunganislam #fitnahahirzaman#fyyyyyyyyyyyyyyyy
Renungan Bagi Jiwa yang Ingin Selamat Kita hidup di sebuah masa yang pernah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ—masa di mana fitnah menyelimuti kehidupan seperti malam yang gelap gulita. Dalam kegelapan itu, tak semua yang bersinar adalah cahaya, dan tak semua yang redup berarti salah. Hati menjadi lelah menimbang, dan akal tak selalu jernih membaca arah. Di zaman ini, seseorang dapat berubah dalam sekejap: pagi ia seorang mukmin, sore ia menjadi hamba dunia; sore ia berpegang pada tauhid, pagi telah menjual prinsipnya demi kenyamanan sesaat. Sebuah realitas yang Nabi ﷺ gambarkan dengan sangat tajam: > “Bersegeralah kalian beramal sebelum datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang di pagi hari beriman, sore harinya kafir; atau sore beriman, pagi harinya kafir. Ia menjual agamanya demi secuil dunia.” (HR. Muslim No. 118) Renungkan. Jika para sahabat yang begitu kokoh saja diperingatkan, apatah lagi kita—yang ilmunya tipis, lingkungannya rapuh, dan hidupnya terpapar segala godaan dari setiap arah? 🕯️ Ketika Kebenaran Tak Lagi Populer Kebenaran hari ini tak lagi memikat. Ia terasa asing, bahkan memuakkan bagi sebagian orang. Siapa pun yang mencoba menjaga prinsip agama, dianggap ketinggalan zaman. Yang bersikap jujur, dibilang bodoh. Yang menjauhi dosa, dibilang fanatik. Islam yang murni menjadi minoritas dalam umatnya sendiri. Rasulullah ﷺ telah bersabda: > “Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana mulanya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim No. 145) Apakah kita siap menjadi asing di tengah manusia, demi menjadi mulia di sisi Allah? 🧭 Saat Hati Bingung Mencari Kompas Di zaman fitnah, yang paling terancam bukanlah tubuh, melainkan hati. Ia mudah terguncang, mudah luluh oleh arus dunia, dan mudah tertipu oleh kemasan retorika tanpa substansi. Banyak yang rajin ibadah, tapi kehilangan arah. Banyak yang bicara agama, tapi tak punya akar. Kita harus bertanya pada diri sendiri: > Apakah aku masih memegang agama ini karena cinta kepada Allah, atau hanya karena kebiasaan sosial? Apakah keyakinanku berasal dari ilmu, atau hanya dari ikut-ikutan? Apakah aku mencari ridha Allah atau hanya validasi manusia? 🌧️ Berada di Tengah Umat yang Berpecah Kita menyaksikan umat ini terpecah dalam banyak kelompok, saling menghujat, saling mencela, dan masing-masing merasa paling benar. Padahal Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa perpecahan adalah bagian dari fitnah akhir zaman. Dalam situasi ini, menjaga lisan lebih sulit daripada menjaga harta. Menahan diri untuk tidak berkomentar terkadang lebih berat daripada ikut bicara. Maka, diam dengan ilmu lebih baik daripada berbicara tanpa hikmah. 💡 Kunci Keselamatan: Ilmu, Doa, dan Keteguhan Di tengah zaman fitnah, keselamatan bukan pada banyaknya ibadah semata, tapi pada kesadaran ruhani yang bersumber dari ilmu. Tidak cukup hanya baik, kita harus benar. Tidak cukup hanya tahu, kita harus faham. Dan tidak cukup hanya bergerak, kita harus menuju arah yang lurus. Sebab itu Rasulullah ﷺ sering berdoa: > “Yā Muqallibal-qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.” (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. Tirmidzi No. 2140) Doa ini bukan sekadar lafaz, tetapi jeritan jiwa yang sadar bahwa dirinya tak mampu bertahan tanpa penjagaan dari Allah. 👳: Diam atau Selamat, Pilihannya Ada pada Kita Zaman fitnah bukan saatnya menjadi heroik di panggung manusia, tapi menjadi kuat dalam keheningan, teguh dalam ibadah yang tersembunyi, dan lurus dalam keimanan yang tak banyak diketahui orang. Sungguh, Allah tidak melihat siapa yang paling keras suaranya, tapi siapa yang paling jujur niatnya. Semoga kita termasuk dalam golongan “ghuraba”—mereka yang tetap istiqamah ketika orang-orang tergelincir, dan tetap berjalan lurus ketika dunia kehilangan arah. #dakwah_islam #narasiislamic #renunganislam #fitnahahirzaman#fyyyyyyyyyyyyyyyy

About