@unhas_show10: #nailart

Unhas_Show
Unhas_Show
Open In TikTok:
Region: BR
Friday 28 June 2024 01:11:19 GMT
16323
506
1
37

Music

Download

Comments

user2jnckecm3q
Mała Mi :
❤️❤️❤️
2024-06-28 09:36:39
0
To see more videos from user @unhas_show10, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

“Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut.” Di Sparta, hidup bukan tentang panjangnya umur. Hidup adalah tentang bagaimana kau menjalaninya — dengan kehormatan, keberanian, dan tanpa rasa takut. Dari kecil, seorang Spartan sudah tahu: takdirnya adalah menjadi perisai bagi negerinya. --- ⚔️ Masa Kecil yang Tidak Manusiawi Begitu lahir, bayi laki-laki Spartan langsung dinilai oleh para tetua. Kalau tubuhnya lemah atau cacat — ia dibuang ke jurang Taygetus. Karena Sparta tak butuh jumlah — Sparta butuh kekuatan. Yang lolos dari seleksi alam itu akan masuk ke agoge — sebuah sistem pelatihan brutal dari usia 7 tahun. Mereka belajar bertarung, bertahan tanpa makanan, tidur di tanah dingin, dan menahan rasa sakit tanpa mengeluh. Menangis adalah aib. Takut adalah musuh. Hanya satu tujuan: menjadi prajurit sempurna. --- 🩸 Darah, Disiplin, dan Kehormatan Setiap hari, mereka diuji: > “Seberapa jauh kau bisa menahan rasa sakit sebelum menyerah?” “Seberapa keras kau bisa berdiri ketika dunia ingin menjatuhkanmu?” Mereka diajarkan untuk tidak mengenal “mundur”. Bagi Spartan, kemenangan bukan pilihan — itu kewajiban. Dan kalau harus mati, maka mati dengan pedang di tangan dan kepala tegak. Karena bagi mereka, lebih baik mati berdiri dalam kehormatan, daripada hidup berlutut dalam rasa takut. --- 🛡️ Filosofi Perisai: Melindungi Barisan Setiap prajurit Spartan punya satu simbol sakral — perisainya. Kalau tombak dan pedang bisa diganti, perisai tidak. Karena perisai bukan cuma buat dirinya, tapi buat melindungi seluruh barisan di sampingnya. Seorang ibu Sparta bahkan akan berkata saat anaknya berangkat perang: > “Kembalilah dengan perisaimu, atau di atasnya.” Artinya — pulang dengan kemenangan, atau mati dengan kehormatan. --- 🔥 Pertempuran Termopilai: Saat 300 Melawan Dunia Tahun 480 SM, Raja Leonidas dan 300 Spartan berdiri menghadapi ribuan pasukan Persia di Thermopylae. Mereka tahu, mereka gak akan pulang. Tapi mereka juga tahu — kematian mereka akan menginspirasi Yunani untuk melawan. Selama tiga hari, mereka menahan gelombang serangan tanpa mundur sejengkal pun. Dan ketika mereka akhirnya gugur, mereka meninggalkan jejak abadi — bahwa jiwa seorang Spartan tidak bisa dikalahkan, bahkan oleh ribuan pasukan. --- 🏛️ Warisan Jiwa Spartan Hingga kini, jati diri Spartan masih hidup dalam satu kalimat abadi: > “Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut.” Itu bukan sekadar kata — tapi cara hidup. Berani menghadapi ketakutan. Tidak tunduk pada tekanan. Tidak menyerah meski dunia menekan dari segala arah. Spartan bukan tentang perang — tapi tentang keberanian menjadi yang terakhir berdiri ketika semua orang sudah jatuh." width="135" height="240">
"PENJELASAN👉" 🛡️ JATI DIRI PRAJURIT SPARTAN > “Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut.” Di Sparta, hidup bukan tentang panjangnya umur. Hidup adalah tentang bagaimana kau menjalaninya — dengan kehormatan, keberanian, dan tanpa rasa takut. Dari kecil, seorang Spartan sudah tahu: takdirnya adalah menjadi perisai bagi negerinya. --- ⚔️ Masa Kecil yang Tidak Manusiawi Begitu lahir, bayi laki-laki Spartan langsung dinilai oleh para tetua. Kalau tubuhnya lemah atau cacat — ia dibuang ke jurang Taygetus. Karena Sparta tak butuh jumlah — Sparta butuh kekuatan. Yang lolos dari seleksi alam itu akan masuk ke agoge — sebuah sistem pelatihan brutal dari usia 7 tahun. Mereka belajar bertarung, bertahan tanpa makanan, tidur di tanah dingin, dan menahan rasa sakit tanpa mengeluh. Menangis adalah aib. Takut adalah musuh. Hanya satu tujuan: menjadi prajurit sempurna. --- 🩸 Darah, Disiplin, dan Kehormatan Setiap hari, mereka diuji: > “Seberapa jauh kau bisa menahan rasa sakit sebelum menyerah?” “Seberapa keras kau bisa berdiri ketika dunia ingin menjatuhkanmu?” Mereka diajarkan untuk tidak mengenal “mundur”. Bagi Spartan, kemenangan bukan pilihan — itu kewajiban. Dan kalau harus mati, maka mati dengan pedang di tangan dan kepala tegak. Karena bagi mereka, lebih baik mati berdiri dalam kehormatan, daripada hidup berlutut dalam rasa takut. --- 🛡️ Filosofi Perisai: Melindungi Barisan Setiap prajurit Spartan punya satu simbol sakral — perisainya. Kalau tombak dan pedang bisa diganti, perisai tidak. Karena perisai bukan cuma buat dirinya, tapi buat melindungi seluruh barisan di sampingnya. Seorang ibu Sparta bahkan akan berkata saat anaknya berangkat perang: > “Kembalilah dengan perisaimu, atau di atasnya.” Artinya — pulang dengan kemenangan, atau mati dengan kehormatan. --- 🔥 Pertempuran Termopilai: Saat 300 Melawan Dunia Tahun 480 SM, Raja Leonidas dan 300 Spartan berdiri menghadapi ribuan pasukan Persia di Thermopylae. Mereka tahu, mereka gak akan pulang. Tapi mereka juga tahu — kematian mereka akan menginspirasi Yunani untuk melawan. Selama tiga hari, mereka menahan gelombang serangan tanpa mundur sejengkal pun. Dan ketika mereka akhirnya gugur, mereka meninggalkan jejak abadi — bahwa jiwa seorang Spartan tidak bisa dikalahkan, bahkan oleh ribuan pasukan. --- 🏛️ Warisan Jiwa Spartan Hingga kini, jati diri Spartan masih hidup dalam satu kalimat abadi: > “Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut.” Itu bukan sekadar kata — tapi cara hidup. Berani menghadapi ketakutan. Tidak tunduk pada tekanan. Tidak menyerah meski dunia menekan dari segala arah. Spartan bukan tentang perang — tapi tentang keberanian menjadi yang terakhir berdiri ketika semua orang sudah jatuh.

About