@nuriaadeeandress: menorquita🥹

nu
nu
Open In TikTok:
Region: ES
Tuesday 16 July 2024 20:39:06 GMT
33221
870
18
39

Music

Download

Comments

lau_garciiaaa
lauu :
dios mio😍😍😍😍
2024-07-17 08:37:22
1
satineebleuu
Satine Bleu :
que guapissimaaaa
2024-07-18 10:44:15
1
rocioexposito_
rocío :
guapissima❤️
2024-07-17 06:26:25
1
rocioexposito_
rocío :
que bé et senta menorquitaaa
2024-07-17 06:26:21
1
maariafortees
mery :
nuuuuri ❤️❤️❤️
2024-07-17 06:17:15
1
juditpellise_
judiit :
guapaaaaaa
2024-07-17 02:35:55
1
noaaromerooo
Noaaa :
😍
2024-07-17 02:29:40
1
paulagonzz_
paulita :
Estic flipant molt amb tu
2024-07-17 01:14:33
1
mikeeepuigg
mike :
preciosa❤️
2024-07-16 22:55:23
1
user210429326259
NOR :
HEAVY
2024-07-16 22:36:31
1
alexiaaplanes
Lexi :
Guapaaaw
2024-07-16 22:33:53
1
aranlloverass
aranlloverass :
guapaa
2024-07-16 21:57:26
1
martaagraciaaa
MARTA GRACIA :
Guapi
2024-07-16 21:30:59
1
deliiamartin
DELIA MARTIN :
😍😍😍😍
2024-07-16 20:42:53
1
deliiamartin
DELIA MARTIN :
QUE HEAVY
2024-07-16 20:42:51
1
user635052528262
lescure :
😍😍
2024-07-16 20:41:42
1
sebpetronni
sebpetronni :
Guapísima!!
2024-07-18 00:08:01
0
paulagonzz_
paulita :
Ets taaaan guapa🫠
2024-07-17 01:14:47
1
To see more videos from user @nuriaadeeandress, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Belakangan ini ramai tren di media sosial soal “10 ribu di tangan istri yang tepat.” Banyak yang menanggapinya dengan kagum, sebagian dengan candaan, dan tak sedikit yang merasa tersindir. Padahal kalau kita lihat lebih dalam, tren ini bukan cuma soal uang, tapi soal makna tanggung jawab, empati, dan realitas hidup dalam rumah tangga. Dari sisi agama, sebenarnya tren ini bisa dimaknai positif kalau konteksnya benar. Islam mengajarkan qana’ah rasa cukup dan syukur atas rezeki yang ada serta amanah, tanggung jawab untuk mengelola dengan bijak. Istri yang mampu mengatur dengan hemat tentu punya nilai kebaikan. Tapi, kalau tren ini dijadikan pembenaran bagi suami untuk memberi terlalu sedikit padahal mampu lebih, maka itu bisa termasuk dzalim. Karena agama juga menegaskan bahwa nafkah harus sesuai kemampuan dan kelayakan, bukan untuk menguji atau menekan. Dari sudut pandang istri, tren ini bisa jadi dua hal: bentuk apresiasi atas ketangguhan perempuan, atau justru tekanan sosial yang membuat istri merasa gagal kalau tak mampu sehemat konten di TikTok. Padahal, tidak semua situasi sama. Setiap rumah tangga punya beban, harga kebutuhan berbeda, dan kondisi ekonomi masing-masing. Menganggap “istri yang tepat” adalah yang bisa bertahan dengan Rp10.000 itu tidak adil karena ukuran ketepatan bukan dari seberapa irit, tapi seberapa tulus dan sabar ia berjuang bersama pasangannya. Dari sisi suami, tren ini juga bisa jadi cermin. Suami bukan sekadar pemberi uang, tapi pemimpin yang adil, pelindung, dan penanggung jawab keluarga. Kalau Rp10.000 itu hasil dari kerja keras sungguh-sungguh, maka itu tetap berkah. Tapi kalau uang sekecil itu diberikan dengan sengaja untuk “menguji” atau “membuktikan istri yang tepat,” maka itu bukan kepemimpinan itu bentuk kurang empati. Pemimpin sejati bukan yang menguji istrinya, tapi yang berjuang bersamanya. Dan kalau suami sudah berusaha keras tapi hasilnya belum terlihat, kita tidak berhak menyalahkan. Karena dalam hidup, hasil tidak selalu datang secepat usaha. Yang penting adalah niat, kerja keras, dan kejujuran. Kalau istri bisa memahami, dan suami tetap berusaha, itu bukan kegagalan itu bentuk perjuangan yang mulia. Tapi di luar semua itu, tren seperti ini sebenarnya kurang layak dijadikan hiburan di media sosial. Bukan karena bahas uang kecil itu salah, tapi karena sering kali konteksnya melenceng. Tren ini kadang membuat kita tanpa sadar meromantisasi kekurangan, seolah hidup pas-pasan adalah hal yang lucu atau keren. Padahal, buat sebagian orang, itu kenyataan pahit yang dijalani setiap hari. Dan menilai dari luar tanpa tahu cerita di dalamnya bisa jadi bentuk ketidakpekaan. Karena pada akhirnya, kita tidak tahu kondisi seseorang. Kita nggak tahu apakah Rp10.000 itu hasil dari kerja keras yang melelahkan, sisa dari rezeki yang pas-pasan, atau mungkin doa yang belum terkabul. Maka sebelum menilai, lebih baik belajar memahami. Semua ini bukan untuk menyalahkan siapa pun, tapi untuk edukasi supaya kita lebih bijak, lebih peka, dan lebih menghargai perjuangan orang lain. Dan semoga dari semua ini kita diingatkan untuk terus berusaha lebih keras. Bukan untuk membuktikan diri di mata orang lain, tapi demi keluarga yang kita cintai. Berjuang dengan cara yang halal, jujur, dan penuh kasih, agar besok bisa memberi lebih baik dari hari ini. Karena hidup bukan soal seberapa kecil uang yang kita punya, tapi seberapa besar niat kita untuk memperjuangkannya. #istri #suami #fyp #foryou
Belakangan ini ramai tren di media sosial soal “10 ribu di tangan istri yang tepat.” Banyak yang menanggapinya dengan kagum, sebagian dengan candaan, dan tak sedikit yang merasa tersindir. Padahal kalau kita lihat lebih dalam, tren ini bukan cuma soal uang, tapi soal makna tanggung jawab, empati, dan realitas hidup dalam rumah tangga. Dari sisi agama, sebenarnya tren ini bisa dimaknai positif kalau konteksnya benar. Islam mengajarkan qana’ah rasa cukup dan syukur atas rezeki yang ada serta amanah, tanggung jawab untuk mengelola dengan bijak. Istri yang mampu mengatur dengan hemat tentu punya nilai kebaikan. Tapi, kalau tren ini dijadikan pembenaran bagi suami untuk memberi terlalu sedikit padahal mampu lebih, maka itu bisa termasuk dzalim. Karena agama juga menegaskan bahwa nafkah harus sesuai kemampuan dan kelayakan, bukan untuk menguji atau menekan. Dari sudut pandang istri, tren ini bisa jadi dua hal: bentuk apresiasi atas ketangguhan perempuan, atau justru tekanan sosial yang membuat istri merasa gagal kalau tak mampu sehemat konten di TikTok. Padahal, tidak semua situasi sama. Setiap rumah tangga punya beban, harga kebutuhan berbeda, dan kondisi ekonomi masing-masing. Menganggap “istri yang tepat” adalah yang bisa bertahan dengan Rp10.000 itu tidak adil karena ukuran ketepatan bukan dari seberapa irit, tapi seberapa tulus dan sabar ia berjuang bersama pasangannya. Dari sisi suami, tren ini juga bisa jadi cermin. Suami bukan sekadar pemberi uang, tapi pemimpin yang adil, pelindung, dan penanggung jawab keluarga. Kalau Rp10.000 itu hasil dari kerja keras sungguh-sungguh, maka itu tetap berkah. Tapi kalau uang sekecil itu diberikan dengan sengaja untuk “menguji” atau “membuktikan istri yang tepat,” maka itu bukan kepemimpinan itu bentuk kurang empati. Pemimpin sejati bukan yang menguji istrinya, tapi yang berjuang bersamanya. Dan kalau suami sudah berusaha keras tapi hasilnya belum terlihat, kita tidak berhak menyalahkan. Karena dalam hidup, hasil tidak selalu datang secepat usaha. Yang penting adalah niat, kerja keras, dan kejujuran. Kalau istri bisa memahami, dan suami tetap berusaha, itu bukan kegagalan itu bentuk perjuangan yang mulia. Tapi di luar semua itu, tren seperti ini sebenarnya kurang layak dijadikan hiburan di media sosial. Bukan karena bahas uang kecil itu salah, tapi karena sering kali konteksnya melenceng. Tren ini kadang membuat kita tanpa sadar meromantisasi kekurangan, seolah hidup pas-pasan adalah hal yang lucu atau keren. Padahal, buat sebagian orang, itu kenyataan pahit yang dijalani setiap hari. Dan menilai dari luar tanpa tahu cerita di dalamnya bisa jadi bentuk ketidakpekaan. Karena pada akhirnya, kita tidak tahu kondisi seseorang. Kita nggak tahu apakah Rp10.000 itu hasil dari kerja keras yang melelahkan, sisa dari rezeki yang pas-pasan, atau mungkin doa yang belum terkabul. Maka sebelum menilai, lebih baik belajar memahami. Semua ini bukan untuk menyalahkan siapa pun, tapi untuk edukasi supaya kita lebih bijak, lebih peka, dan lebih menghargai perjuangan orang lain. Dan semoga dari semua ini kita diingatkan untuk terus berusaha lebih keras. Bukan untuk membuktikan diri di mata orang lain, tapi demi keluarga yang kita cintai. Berjuang dengan cara yang halal, jujur, dan penuh kasih, agar besok bisa memberi lebih baik dari hari ini. Karena hidup bukan soal seberapa kecil uang yang kita punya, tapi seberapa besar niat kita untuk memperjuangkannya. #istri #suami #fyp #foryou

About