@sa_editss2: on my own remains impeccable 🫠🤌🏻🖤 #seleneunderworld #seleneunderworldedit #selene #underworld #foryou #fy #foryoupage

𝐒𝐚.𝐞𝐝𝐢𝐭𝐬 😶‍🌫️
𝐒𝐚.𝐞𝐝𝐢𝐭𝐬 😶‍🌫️
Open In TikTok:
Region: BR
Friday 30 August 2024 00:44:46 GMT
261304
17566
78
500

Music

Download

Comments

baris_encu7373
Barış Encu :
movie name plase
2024-09-30 05:05:49
2
_vladosik_471
владос :
вдетсве мне очень нравился этот филь,названия:иной мир
2024-10-06 12:45:01
2
note1267
Note :
The perfect woman, make more edits please, they are amazing
2024-09-04 16:22:28
29
mlyrics8
~M LYRICS~ :
I just need a vampire girl like her to complete my life on earth.
2024-10-02 23:20:55
0
user9616634619029
tiny_bee :
song name please?
2024-11-23 07:48:05
0
lililoisa
Lili🖤💚 :
My Mother!❤️
2024-10-07 15:55:07
1
robertbrandonbennett1
Robert brandon bennett :
grrrrr
2024-10-06 05:19:41
0
mafer.lavado.yaya
Marie :
Love movie 😍
2024-10-05 23:31:54
0
sat_oru.ae
Satoru.ae :
Golden age of Fictional movies 😌
2024-10-06 06:54:24
20
hakuukl
Haku :
name???
2024-10-06 13:23:24
0
_o0_a
_o0_a :
perfect
2024-08-30 08:41:42
5
1sahoda
SHAHED :
Is theo James in the film?
2024-11-19 12:35:53
0
primeemin
primeemin 🔽🤡 :
best girl 🔥
2024-10-06 15:02:57
1
file_liyya
@_It_Girl_Liyya :
is it khelan from legend of the seeker they look alike
2024-10-06 02:33:29
2
henry.cavil.number1.fan
🪽 :
Movie name?
2024-10-06 17:18:43
0
o12450999
unknown :
crush de la infancia
2024-08-31 18:12:51
14
delta_b3
Delta_Zakuro :
Фильм тупой, но какая женщина 🥰
2024-11-24 09:25:25
1
metinuluda1
BENxAKIN :
film adı
2024-10-06 17:01:30
0
darthvader00001
🌌 Darth Vader🌌 :
🪦🧎🏻🌌
2024-08-30 21:19:40
1
user1122561378519
lua_marte :
imortal só ela❤
2024-09-03 17:51:54
6
To see more videos from user @sa_editss2, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV BAGIAN 4: Sudah seminggu sejak operasi, dan Jay perlahan mulai pulih. Tubuhnya memang masih lemah, tapi ada semangat yang berbeda di matanya. Ia merasa seperti diberi kesempatan kedua. Dan satu hal yang pasti: dia ingin melihat kamu. Hari itu, Jay datang ke rumahmu tanpa memberi kabar. Ares yang membukakan pintu. Wajahnya tampak kaget sekaligus lega. “Dia di dalam,” ucap Ares singkat. Jay melangkah masuk pelan. Detak jantungnya tak beraturan. Sudah terlalu lama sejak terakhir kali ia melihatmu, terlalu banyak kata yang tertahan. Dan saat kamu membuka pintu kamar… Matamu melebar. “Kak…?” Kamu berdiri terpaku. Lalu air matamu jatuh begitu saja. Tanpa bicara panjang, kamu langsung memeluknya. Erat. Seolah takut jika kamu melepas, ia akan hilang lagi. Jay balas memelukmu, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama… semuanya terasa benar. Namun tiba-tiba, kamu merintih pelan. Tubuhmu sedikit menegang. Jay langsung melepas pelukannya, panik. “Kamu kenapa?” Kamu buru-buru menggeleng, menahan sakit. “Nggak… nggak apa-apa. Cuma… tamu bulanan. Biasa aja kok…” Tapi wajah Jay masih khawatir. Sorot matanya memperhatikan gerakanmu yang sedikit menahan perut bagian bawah. Sebelum ia sempat bertanya lagi, suara tumit sepatu bergema dari lorong. Naya muncul. Matanya langsung tertuju ke kalian berdua—terutama ke pelukan yang baru saja terlepas. Ada perubahan di wajahnya. Dingin. Tidak seperti biasanya. “Kamu udah cukup kuat buat jalan-jalan, Jay?” tanyanya sambil tersenyum tipis. Jay mengangguk pelan. Tapi kamu bisa merasakan ketegangan yang muncul di udara. Dan kamu tahu, senyum Naya hari itu bukan senyum ramah. Tapi senyum peringatan. --- Beberapa hari kemudian, kamu jatuh pingsan di dapur. Tubuhmu tergeletak dengan wajah pucat, napas terengah, dan keringat dingin mengucur deras. Ares yang menemukanmu pertama kali. Ia langsung menggendongmu dan membawamu ke rumah sakit. Kamu dilarikan ke ruang gawat darurat, dan Ares menghubungi Jay secepatnya. Jay datang setengah berlari, wajahnya panik. Ia tak mengerti apa yang terjadi. “Dia kenapa? Kok bisa pingsan?” Dokter di IGD menjelaskan bahwa tubuhmu mengalami reaksi akut terhadap obat yang kamu konsumsi. Lebih buruk lagi... pemeriksaan lanjutan menunjukkan komplikasi fatal: kerusakan permanen pada sistem reproduksi. Kamu... tidak akan bisa punya anak. Jay tercekat. “Apa maksudnya?! Dia... dia baik-baik aja sebelum ini!” Dokter menunduk. “Kami cek riwayat obatnya. Ada reaksi kimia yang tidak cocok dengan kondisi pasca-donor. Seseorang memberinya obat yang salah.” Jay merasa kepalanya berputar. Ia memegang dinding, mencoba mencerna semua informasi itu. --- Langit sore mulai menggelap. Daun-daun bergerak pelan tertiup angin. Suara air mancur kecil di sudut taman rumah sakit jadi satu-satunya suara yang terdengar selain detak jantung Jay yang berdebar. Jay berdiri membelakangi bangku taman, tangannya terkepal di saku jaket. Tak lama, Naya datang menghampiri. Langkahnya pelan. Seperti tahu apa yang akan dibicarakan tak akan mudah. “Naya, kita perlu bicara,” kata Jay dengan nada dingin. Jay menatapnya, matanya tajam tapi juga penuh luka. “Kenapa kamu lakukan itu?” “Apa maksudmu?” Naya masih mencoba bertahan. Jay menghela napas, menahan gejolak emosinya. “Kamu tahu aku nggak akan pernah setuju kalau kamu pura-pura jadi pendonor. Dan kamu juga tahu, aku nggak pernah minta kamu sembunyiin semua ini.
POV BAGIAN 4: Sudah seminggu sejak operasi, dan Jay perlahan mulai pulih. Tubuhnya memang masih lemah, tapi ada semangat yang berbeda di matanya. Ia merasa seperti diberi kesempatan kedua. Dan satu hal yang pasti: dia ingin melihat kamu. Hari itu, Jay datang ke rumahmu tanpa memberi kabar. Ares yang membukakan pintu. Wajahnya tampak kaget sekaligus lega. “Dia di dalam,” ucap Ares singkat. Jay melangkah masuk pelan. Detak jantungnya tak beraturan. Sudah terlalu lama sejak terakhir kali ia melihatmu, terlalu banyak kata yang tertahan. Dan saat kamu membuka pintu kamar… Matamu melebar. “Kak…?” Kamu berdiri terpaku. Lalu air matamu jatuh begitu saja. Tanpa bicara panjang, kamu langsung memeluknya. Erat. Seolah takut jika kamu melepas, ia akan hilang lagi. Jay balas memelukmu, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama… semuanya terasa benar. Namun tiba-tiba, kamu merintih pelan. Tubuhmu sedikit menegang. Jay langsung melepas pelukannya, panik. “Kamu kenapa?” Kamu buru-buru menggeleng, menahan sakit. “Nggak… nggak apa-apa. Cuma… tamu bulanan. Biasa aja kok…” Tapi wajah Jay masih khawatir. Sorot matanya memperhatikan gerakanmu yang sedikit menahan perut bagian bawah. Sebelum ia sempat bertanya lagi, suara tumit sepatu bergema dari lorong. Naya muncul. Matanya langsung tertuju ke kalian berdua—terutama ke pelukan yang baru saja terlepas. Ada perubahan di wajahnya. Dingin. Tidak seperti biasanya. “Kamu udah cukup kuat buat jalan-jalan, Jay?” tanyanya sambil tersenyum tipis. Jay mengangguk pelan. Tapi kamu bisa merasakan ketegangan yang muncul di udara. Dan kamu tahu, senyum Naya hari itu bukan senyum ramah. Tapi senyum peringatan. --- Beberapa hari kemudian, kamu jatuh pingsan di dapur. Tubuhmu tergeletak dengan wajah pucat, napas terengah, dan keringat dingin mengucur deras. Ares yang menemukanmu pertama kali. Ia langsung menggendongmu dan membawamu ke rumah sakit. Kamu dilarikan ke ruang gawat darurat, dan Ares menghubungi Jay secepatnya. Jay datang setengah berlari, wajahnya panik. Ia tak mengerti apa yang terjadi. “Dia kenapa? Kok bisa pingsan?” Dokter di IGD menjelaskan bahwa tubuhmu mengalami reaksi akut terhadap obat yang kamu konsumsi. Lebih buruk lagi... pemeriksaan lanjutan menunjukkan komplikasi fatal: kerusakan permanen pada sistem reproduksi. Kamu... tidak akan bisa punya anak. Jay tercekat. “Apa maksudnya?! Dia... dia baik-baik aja sebelum ini!” Dokter menunduk. “Kami cek riwayat obatnya. Ada reaksi kimia yang tidak cocok dengan kondisi pasca-donor. Seseorang memberinya obat yang salah.” Jay merasa kepalanya berputar. Ia memegang dinding, mencoba mencerna semua informasi itu. --- Langit sore mulai menggelap. Daun-daun bergerak pelan tertiup angin. Suara air mancur kecil di sudut taman rumah sakit jadi satu-satunya suara yang terdengar selain detak jantung Jay yang berdebar. Jay berdiri membelakangi bangku taman, tangannya terkepal di saku jaket. Tak lama, Naya datang menghampiri. Langkahnya pelan. Seperti tahu apa yang akan dibicarakan tak akan mudah. “Naya, kita perlu bicara,” kata Jay dengan nada dingin. Jay menatapnya, matanya tajam tapi juga penuh luka. “Kenapa kamu lakukan itu?” “Apa maksudmu?” Naya masih mencoba bertahan. Jay menghela napas, menahan gejolak emosinya. “Kamu tahu aku nggak akan pernah setuju kalau kamu pura-pura jadi pendonor. Dan kamu juga tahu, aku nggak pernah minta kamu sembunyiin semua ini." Naya menunduk, tapi tetap membela diri. “Aku hanya nggak mau kamu terluka, Jay. Aku... aku cuma ingin melindungi kamu.” Jay menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. “Atau kamu cuma ingin aku tetap sama kamu? Supaya aku terus liat kamu yang selalu ada di sisi aku?” Naya terdiam. (lanjutan dikomen) #jay #enhypen #pov #povau

About