@klabet.mr: Check out PHILIPS Solar Light BUY 1 TAKE 1 LED 1000W Outdoor Solar Sensor Flood Lamp Waterproof Street Lamp#tiktokshorts #trendy #trending #tiktokvideo #trendy #tiktok

K|LaBeT Mr
K|LaBeT Mr
Open In TikTok:
Region: PH
Thursday 07 November 2024 13:12:27 GMT
16817
40
10
139

Music

Download

Comments

thirdacctrishia
thirdacctrishia :
hm
2025-10-10 06:11:59
0
user6881972885345
user6881972885345 :
berape harganya
2025-11-10 03:56:03
0
budi.harsono18
Budi harsono :
yg 1000 watt harga berapa om?..
2025-01-14 04:13:40
0
hari.yanto869
Hari Yanto :
aku pilih yang benar2 merek philip
2025-04-21 15:26:10
0
yayang_218
Julia cutie :
3000 wats po
2025-05-16 01:54:56
0
katyaroxas.shop
katyaroxas.shop :
asan po Ang yellow basket
2025-05-24 02:40:47
0
klabet.mr
K|LaBeT Mr :
❗Link is on my Bio❗
2024-11-07 13:13:20
0
To see more videos from user @klabet.mr, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Slank memasuki periode yang dikenal sebagai Formasi 13 pada tahun 1989, ketika Kaka resmi bergabung sebagai vokalis. Bersama Bimbim di drum, Pay di gitar, Bongky di bass, dan Indra di keyboard, formasi ini dianggap sebagai susunan paling ikonik dalam sejarah Slank. Di masa inilah band asal Gang Potlot itu meledak dengan energi liar, sikap apa adanya, dan musik yang menjadi suara generasi muda Indonesia. Album perdana mereka, Suit-Suit… He-He (Gadis Sexy), dirilis pada 30 November 1990 melalui label Proyek Q/Virgo Ramayana Music. Album ini berisi sepuluh lagu, di antaranya “Suit-Suit… He-He (Gadis Sexy)”, “Maafkan”, “Memang”, “Apatis Blues”, hingga “Ladies Night di Ebony”. Lagu “Maafkan” dan “Memang” menjadi hits yang memperkenalkan Slank secara luas ke publik. Musik di album ini terdengar garang, nakal, tapi juga jujur—berbeda dari tren pop dominan kala itu. Dengan lirik yang lugas, penuh sindiran, dan gaya rock n’ roll yang segar, Slank berhasil menghadirkan warna baru di blantika musik Indonesia. Indra tak hanya mengisi keyboard, tapi juga terlibat dalam produksi teknis, sementara desain logo band dibuat oleh Boedi Soesatio, menambah identitas visual yang kuat. Formasi ini kemudian melahirkan album-album penting lain seperti Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi Biru (1994), dan Minoritas (1996). Karya-karya tersebut meneguhkan Slank sebagai simbol perlawanan dan kebebasan anak muda. Meski demikian, perjalanan formasi ini tidak lepas dari konflik internal dan masalah pribadi, termasuk kecanduan narkoba, yang pada akhirnya memicu perpecahan di pertengahan 1990-an. Meski bubar, Formasi 13 tetap dikenang sebagai masa emas Slank, ketika musik dan pesan mereka paling murni, berani, dan berpengaruh. Hingga kini, kabar tentang reuni formasi ini selalu disambut antusias oleh para Slanker sebagai nostalgia akan era legendaris tersebut. #slank #band #musikindonesia
Slank memasuki periode yang dikenal sebagai Formasi 13 pada tahun 1989, ketika Kaka resmi bergabung sebagai vokalis. Bersama Bimbim di drum, Pay di gitar, Bongky di bass, dan Indra di keyboard, formasi ini dianggap sebagai susunan paling ikonik dalam sejarah Slank. Di masa inilah band asal Gang Potlot itu meledak dengan energi liar, sikap apa adanya, dan musik yang menjadi suara generasi muda Indonesia. Album perdana mereka, Suit-Suit… He-He (Gadis Sexy), dirilis pada 30 November 1990 melalui label Proyek Q/Virgo Ramayana Music. Album ini berisi sepuluh lagu, di antaranya “Suit-Suit… He-He (Gadis Sexy)”, “Maafkan”, “Memang”, “Apatis Blues”, hingga “Ladies Night di Ebony”. Lagu “Maafkan” dan “Memang” menjadi hits yang memperkenalkan Slank secara luas ke publik. Musik di album ini terdengar garang, nakal, tapi juga jujur—berbeda dari tren pop dominan kala itu. Dengan lirik yang lugas, penuh sindiran, dan gaya rock n’ roll yang segar, Slank berhasil menghadirkan warna baru di blantika musik Indonesia. Indra tak hanya mengisi keyboard, tapi juga terlibat dalam produksi teknis, sementara desain logo band dibuat oleh Boedi Soesatio, menambah identitas visual yang kuat. Formasi ini kemudian melahirkan album-album penting lain seperti Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi Biru (1994), dan Minoritas (1996). Karya-karya tersebut meneguhkan Slank sebagai simbol perlawanan dan kebebasan anak muda. Meski demikian, perjalanan formasi ini tidak lepas dari konflik internal dan masalah pribadi, termasuk kecanduan narkoba, yang pada akhirnya memicu perpecahan di pertengahan 1990-an. Meski bubar, Formasi 13 tetap dikenang sebagai masa emas Slank, ketika musik dan pesan mereka paling murni, berani, dan berpengaruh. Hingga kini, kabar tentang reuni formasi ini selalu disambut antusias oleh para Slanker sebagai nostalgia akan era legendaris tersebut. #slank #band #musikindonesia

About