@mba_yenni:

YeLlow❗
YeLlow❗
Open In TikTok:
Region: ID
Tuesday 19 November 2024 13:20:46 GMT
250036
12937
55
1642

Music

Download

Comments

jeonhayra1
jeonhayra1 :
hari2 isine ngantok 😂
2024-11-19 21:16:44
7
menikpurwodadi98
MENIK98 🇮🇩 :
nde moto roh bantal nganggur ae eman eman gagean leh q nuroni 😂
2024-11-23 08:28:05
1
l_kn10
L 🥰 :
mlebu kamar mesti ngantuk 😅
2024-11-20 07:05:11
6
putriajja_3
putriajja :
semangat ngantuk'an😂
2024-11-19 14:45:51
1
dellaindah00
dellaindah00 :
di sambi mbek leyeh² wae lah
2024-11-27 10:10:04
0
yhuky
Ayu Rahayu :
melek moto mangan. kwareg en turu nehh. sopo neh nk ra aku 😂😂
2024-11-22 14:12:21
0
shanbika
Shanbika :
stiap hari aki ngntuk
2024-11-30 03:51:08
0
ladybirdleoo
MIU MARKETT :
yo ngantok yo kebelet ngiseng
2024-12-01 13:35:44
0
d_wdri
Rinduuwwii🌺 :
eh lucu banget bikin seyum deh geh
2024-11-20 12:41:55
0
meysa9578
meysa :
wes tk gae santai ae dunia seng rewel ki😅
2024-11-21 05:22:21
0
dianyulianti347
dianyulianti347 :
tapi masio ngunu,aku tetep g iso turu nyenyak
2024-11-19 19:44:48
0
shejessy18
SheJessy18 :
ada ga yg ga ada tulisannnya
2024-11-27 01:38:26
0
yeyenaja33
"Yeyenaja✨ :
yen GK krjo , ISO" sedino peng 3 turune , menyala motoku😂😂🥱
2024-11-28 07:59:53
0
silenshumadee
Silen Shumadee :
aku terlalu slomow untuk dunia yang sat set ini
2024-11-20 00:38:37
0
endangtitikistian
MAMA LEMON 🍋 :
😂mknya aku kerjanya dirmh SJ BESTie..BS TDR, leyeh''..pokoke mntan...
2024-11-20 02:42:08
0
eliza32704
💚🤲PUTRI🤲🙏🤲MOJOPAHIT 🤲💚 :
bangun Dede 🥰
2024-12-05 10:24:47
0
lhieztya
Lia listyani :
@Tiyahndyani1717
2024-11-20 12:42:24
0
niswa228
Niswa :
@naii
2024-11-30 05:01:30
1
y.yuliana93
Lylia88 :
🤣
2025-02-02 18:12:44
0
susilohadihadi3
silomendt :
👍😁😁😁
2024-12-16 14:50:10
0
lilis.ellyas
lilis ellyas :
🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣👍👍👍
2024-12-14 04:55:54
0
erinakarinfauzii
erinakarinfauzii :
😂😂😂
2024-12-11 07:28:41
0
erinakarinfauzii
erinakarinfauzii :
🥰🥰🥰
2024-12-11 07:28:43
0
erinakarinfauzii
erinakarinfauzii :
🔥🔥🔥
2024-12-11 07:28:38
0
To see more videos from user @mba_yenni, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

BENARKAH JODOH ITU CERMINAN DIRI? Menikah adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup manusia. Pasangan hidup bukan sekadar teman di atas pelaminan, melainkan seseorang yang akan menemani kita dalam suka dan duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kelapangan maupun kesempitan. Oleh karena itu, memilih jodoh bukan perkara sepele, karena pasangan kita akan sangat memengaruhi arah hidup, ketenangan batin, bahkan masa depan anak-anak dan keturunan kita. Jika seseorang dipertemukan dengan pasangan yang baik, taat kepada Allah, penuh kasih sayang, dan bertanggung jawab, maka rumah tangganya cenderung berjalan dalam kedamaian dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika ia terikat dengan pasangan yang buruk, jauh dari agama, dan berakhlak buruk, maka hidup akan terasa sempit. Untuk mendapatkan pasangan yang baik, tentu diri kita harus baik pula. Sebab jodoh seringkali cerminan kualitas diri kita. Allah berfirman: الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji. Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik.” (QS. An-Nuur: 26) Ayat ini menjadi harapan dan pegangan bahwa kebaikan seseorang merupakan sebab dipertemukannya dia dengan pasangan yang juga baik. Mengapa demikian? Secara naluri, orang baik akan mencari yang baik pula. Seorang pemuda yang rajin menghadiri majelis ilmu tentu akan mencari perempuan yang menghargai ilmu. Sebaliknya, laki-laki yang terbiasa dengan gaya hidup dan pergaulan bebas, akan cenderung mencari pasangan yang serupa. Namun timbul pertanyaan: Apakah ayat di atas bermakna bahwa setiap orang baik pasti selalu mendapatkan pasangan yang baik? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘alaihimassalam yang memiliki istri yang durhaka? Atau Asiyah, istri Firaun, wanita ahli surga yang bersuamikan manusia paling bengis? Belum lagi realita hari ini, tidak sedikit menampilkan orang shalih dan shalihah yang diuji dengan pasangan yang tidak sejalan dalam keimanan, akhlak, atau prinsip hidup. Lalu bagaimana memahami semua ini? Para ulama menjelaskan bahwa ayat di atas adalah sebuah kaidah umum yaitu hukum asal yang berlaku secara mayoritas. Bahwa orang-orang baik akan dipertemukan dengan sesama yang baik, dan sebaliknya. Tetapi bisa saja terjadi pengecualian pada sebagian keadaan, karena setiap kaidah itu ada pengecualian. Meski demikian, pengecualian itu tidak akan meruntuhkan kaidah yang ada sebab jumlah pengecualiannya yang sangat sedikit. Az-Zajjaji berkata dalam kitabnya, وقد ذكرنا أن الشيء يكون له أصل يلزمه، ونحو يطرد فيه، ثم يعترض لبعضه علة تخرجه عن جمهور بابه، فلا يكون ذلك ناقصا للباب كما مثلنا فيما تقدم. وذلك موجود في سائر العلوم، حتى في علوم الديانات كما يقال بالاطلاق الصلاة واجبة على البالغين من الرجال والنساء، ثم نجد منهم من تلحقه علة تسقط عنه فرضها “Telah kami sebutkan bahwa setiap bab itu memiliki hukum asal dan pola yang berlaku padanya. Kemudian ada sebagian kecil kasus yang menyelisihi hukum asal tersebut, namun hal itu tidak mencederai hukum umum tersebut, sebagaimana telah kami contohkan sebelumnya. Hal ini berlaku dalam semua cabang ilmu, termasuk ilmu agama. Misalnya: shalat itu wajib bagi laki-laki dan perempuan yang sudah baligh, namun kenyataannya ada kondisi tertentu yang menggugurkan kewajiban tersebut.” (Al-Idhah fii ‘Ilalin Nahwi, hal 72-73) Tentu kita tidak akan mengatakan bahwa “shalat kadang wajib dan kadang tidak”, hanya karena ada beberapa orang yang dikecualikan!? Jika kita tidak memegang kaidah asalnya maka kita akan kesulitan menetapkan hukum di setiap pembahasan, karena setiap kaidah memiliki pengecualian. Dengan demikian, jika seorang yang shalih bertemu dengan pasangan yang tidak sepadan dalam kebaikan, itu bukan berarti Allah menyalahi janji-Nya. Bisa jadi itu adalah ujian untuk meninggikan derajatnya, melatih kesabaran, atau membuka
BENARKAH JODOH ITU CERMINAN DIRI? Menikah adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup manusia. Pasangan hidup bukan sekadar teman di atas pelaminan, melainkan seseorang yang akan menemani kita dalam suka dan duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kelapangan maupun kesempitan. Oleh karena itu, memilih jodoh bukan perkara sepele, karena pasangan kita akan sangat memengaruhi arah hidup, ketenangan batin, bahkan masa depan anak-anak dan keturunan kita. Jika seseorang dipertemukan dengan pasangan yang baik, taat kepada Allah, penuh kasih sayang, dan bertanggung jawab, maka rumah tangganya cenderung berjalan dalam kedamaian dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika ia terikat dengan pasangan yang buruk, jauh dari agama, dan berakhlak buruk, maka hidup akan terasa sempit. Untuk mendapatkan pasangan yang baik, tentu diri kita harus baik pula. Sebab jodoh seringkali cerminan kualitas diri kita. Allah berfirman: الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji. Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik.” (QS. An-Nuur: 26) Ayat ini menjadi harapan dan pegangan bahwa kebaikan seseorang merupakan sebab dipertemukannya dia dengan pasangan yang juga baik. Mengapa demikian? Secara naluri, orang baik akan mencari yang baik pula. Seorang pemuda yang rajin menghadiri majelis ilmu tentu akan mencari perempuan yang menghargai ilmu. Sebaliknya, laki-laki yang terbiasa dengan gaya hidup dan pergaulan bebas, akan cenderung mencari pasangan yang serupa. Namun timbul pertanyaan: Apakah ayat di atas bermakna bahwa setiap orang baik pasti selalu mendapatkan pasangan yang baik? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘alaihimassalam yang memiliki istri yang durhaka? Atau Asiyah, istri Firaun, wanita ahli surga yang bersuamikan manusia paling bengis? Belum lagi realita hari ini, tidak sedikit menampilkan orang shalih dan shalihah yang diuji dengan pasangan yang tidak sejalan dalam keimanan, akhlak, atau prinsip hidup. Lalu bagaimana memahami semua ini? Para ulama menjelaskan bahwa ayat di atas adalah sebuah kaidah umum yaitu hukum asal yang berlaku secara mayoritas. Bahwa orang-orang baik akan dipertemukan dengan sesama yang baik, dan sebaliknya. Tetapi bisa saja terjadi pengecualian pada sebagian keadaan, karena setiap kaidah itu ada pengecualian. Meski demikian, pengecualian itu tidak akan meruntuhkan kaidah yang ada sebab jumlah pengecualiannya yang sangat sedikit. Az-Zajjaji berkata dalam kitabnya, وقد ذكرنا أن الشيء يكون له أصل يلزمه، ونحو يطرد فيه، ثم يعترض لبعضه علة تخرجه عن جمهور بابه، فلا يكون ذلك ناقصا للباب كما مثلنا فيما تقدم. وذلك موجود في سائر العلوم، حتى في علوم الديانات كما يقال بالاطلاق الصلاة واجبة على البالغين من الرجال والنساء، ثم نجد منهم من تلحقه علة تسقط عنه فرضها “Telah kami sebutkan bahwa setiap bab itu memiliki hukum asal dan pola yang berlaku padanya. Kemudian ada sebagian kecil kasus yang menyelisihi hukum asal tersebut, namun hal itu tidak mencederai hukum umum tersebut, sebagaimana telah kami contohkan sebelumnya. Hal ini berlaku dalam semua cabang ilmu, termasuk ilmu agama. Misalnya: shalat itu wajib bagi laki-laki dan perempuan yang sudah baligh, namun kenyataannya ada kondisi tertentu yang menggugurkan kewajiban tersebut.” (Al-Idhah fii ‘Ilalin Nahwi, hal 72-73) Tentu kita tidak akan mengatakan bahwa “shalat kadang wajib dan kadang tidak”, hanya karena ada beberapa orang yang dikecualikan!? Jika kita tidak memegang kaidah asalnya maka kita akan kesulitan menetapkan hukum di setiap pembahasan, karena setiap kaidah memiliki pengecualian. Dengan demikian, jika seorang yang shalih bertemu dengan pasangan yang tidak sepadan dalam kebaikan, itu bukan berarti Allah menyalahi janji-Nya. Bisa jadi itu adalah ujian untuk meninggikan derajatnya, melatih kesabaran, atau membuka

About