@styledbykemya: Decided to add some baby hairs to this look, what do y’all think? 👀 Both are cute, but no baby hairs ate! 🔥(oh and ignore the lashhh 😭 ) Hair from : @[email protected] Inches 13x6 Lace Front Wig 99j Color Only $179 #h#hairinfluencer9#99jwigh#hotstarhairb#babyhairw#wigstylingf#frontalwig

Itskemyaduh
Itskemyaduh
Open In TikTok:
Region: US
Friday 13 December 2024 05:45:53 GMT
15958
819
37
12

Music

Download

Comments

xoxxo.ty
tyd0ll :
do you recommend that lace spray just for doing edges or melting too?
2024-12-14 21:35:37
1
_mikyla._
Mk🎀. :
this is so cuteee😍😍
2024-12-23 11:28:55
0
sterlyperfecthairwig3
sterlyhairwig :
Hi collab?🥰
2024-12-13 09:34:49
0
doneebymii
Mimimarie :
Love red on you😍😍😍
2024-12-14 20:49:26
1
teiamichelle
Teia Michelle :
😢😢😢
2025-05-12 21:25:08
0
dushessfashion
Dushess Fashion :
Fantastic post! 👏😊 Thanks for being an amazing customer! 🎁👌DM us now
2025-03-14 20:08:38
0
peter._.fx
PETER._.FX :
HIGH REGARD! Gone through your profile, your feeds are positive 💯,I got a business proposal for you. HMU for more Info 💵💸
2025-03-13 12:33:20
0
hotstarhair.com
Hotstarhair.com :
😍😍😍😍😍thanks for sharing hotstarhair.com 99j colored 13x6 Lace human hair wig, 30"=$179 (Code:XM10)
2024-12-14 01:56:04
1
kaitlyncooney_art01
Kaitlyn Cooney :
Hey can I make use of your picture as mural art, am currently on a project and you will be paid for it and also get a piece of the artwork once is done? if yes kindly Dm for more info
2025-03-14 00:15:46
0
.danny_ben
Benjamin :
HMU I got some for you, no bs💯
2025-03-07 23:56:20
0
wigsmodel8
Asad Zone :
PRETTY GIRL ❤️👌! Can we send you some lovely Human Hair Wigs, Clothes, Jewelry, Sunglasses, bikinis, Nakeless and other stuff from our website FOR FREE🆓 MESSAGE US 📩
2025-02-20 18:17:47
0
alfredkhalipha
alfredkhalipha :
Hey Apologies for dropping this here but it feels too great to visit your timeline, I enjoyed what you shared here on Tiktok I got a business proposal for you. Hit me up,Let’s stack 💯💸🎉
2025-02-10 15:14:41
0
To see more videos from user @styledbykemya, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

#POV Part 2 | Hari-hari berikutnya berjalan seperti permainan rahasia antara kalian berdua. Bukan yang diatur, bukan pula yang direncanakan—tapi entah kenapa, setiap kali kamu keluar apartemen, dia selalu ada di sana. Kadang di lift, dengan rambut masih sedikit basah setelah mandi pagi. Kadang di minimarket bawah gedung, beli air mineral dengan lengan kemejanya yang menggulung. Kadang juga di parkiran, duduk di kap mobil memainkan ponselnya, tapi matanya selalu sempat menangkap keberadaanmu. Dan setiap kali itu terjadi, tanpa pernah absen, satu kalimat keluar dari mulutnya—tenang, santai, tapi jelas punya efek berbahaya untuk detak jantungmu. “Belum pengin lihat olive tree-nya?” Nada suaranya ringan, seperti bercanda. Tapi tatapannya? Tidak sesederhana itu. Kamu biasanya hanya bisa membalas dengan ekspresi galak yang tidak meyakinkan. Kadang mengerling dan membalas, “Mimpi aja, Pak Tetangga.” Kadang juga langsung buang muka sambil pura-pura main ponsel, berharap dia nggak sadar betapa panasnya wajahmu waktu itu. Tapi dia selalu tahu. Selalu. Seungcheol seperti punya radar aneh yang bisa mendeteksi kapan kamu mulai gugup, kapan kamu berusaha menutupi senyum, dan kapan kamu nyaris kelepasan mengucapkan hal yang seharusnya tidak keluar. Dan malam itu… radar itu kembali bekerja dengan sempurna. Kamu baru selesai mandi waktu seluruh lampu di apartemenmu mati. Gelap total. Tanpa peringatan. Tanpa lampu darurat. Kamu berdiri di tengah ruang tamu, hanya berbekal senter dari ponsel, dan rasa frustrasi yang mulai naik ke ubun-ubun. “Ya Tuhan… kenapa harus sekarang sih?” gerutumu. Setelah menunggu beberapa menit dan listrik tak kunjung nyala, kamu akhirnya pasrah. Satu-satunya pilihan masuk akal adalah mengetuk pintu sebelah. Pintu itu terbuka setelah dua kali ketukan. Dan di sanalah dia berdiri. Choi Seungcheol, dengan rambut berantakan seperti baru bangun tidur, hoodie abu setengah terbuka, dan celana training longgar yang entah kenapa malah membuat kamu semakin gugup. Lampu dari unitnya memantulkan cahaya hangat ke wajahnya, menonjolkan garis rahangnya yang kuat, dan tatapan mata yang... ya, terlalu tenang untuk situasi seperti ini. “Lagi apes banget, ya?” suaranya rendah, terdengar seperti gumaman tapi tetap membuat udara di antara kalian terasa berubah. Kamu berusaha tidak menatapnya terlalu lama. “Listrikku mati,” jawabmu pelan, hampir seperti anak kecil yang ketahuan minta bantuan tengah malam. Dia mengangguk pelan. “Masuk aja dulu. Saya punya lilin, tapi di ruang kerja.” Kamu ragu sejenak karena, well, ini sudah jam setengah sebelas malam dan kamu masuk ke unit pria yang belum lama kamu kenal. Tapi akhirnya kamu mengangguk juga, karena gelap di apartemenmu jelas bukan pilihan yang lebih baik. Begitu kamu melangkah masuk, aroma sabun dan kayu samar-samar tercium dari dalam ruangan. Interior apartemennya minimalis tapi hangat, buku-buku disusun rapi di rak, beberapa sketsa desain tergantung di dinding, dan ada meja kerja besar di pojok. Dia berjalan di depan, mencari lilin di salah satu rak. Dan di saat itulah kamu melihatnya. Bagian belakang hoodie-nya melorot sedikit, memperlihatkan sisi punggungnya yang terbuka. Garis-garis hitam kehijauan membentuk ranting dan daun yang halus, menjalar indah dari bahu hingga punggung atasnya. Tato itu terlihat hidup di bawah cahaya lampu—bukan sekadar gambar, tapi karya seni yang terukir di kulitnya. Kamu terpaku. Dan sayangnya, dia sadar. Seungcheol menoleh sedikit, senyum pelan terbit di wajahnya—senyum yang nggak terlalu lebar, tapi cukup untuk bikin jantungmu goyah. “Tuh kan,” katanya lembut, suaranya serak tapi menenangkan. “Nggak seseram yang kamu bayangin, kan?” Kamu tersentak, buru-buru menegakkan badan, hampir menjatuhkan lilin yang dia kasih barusan. “A-aku nggak liat!” Dia tertawa kecil, napasnya masih terdengar berat. “Kamu berdiri sepuluh detik penuh, kedip cuma dua kali. Kamu yakin nggak liatin?” (lanjutannya di komen yaa) #scoups #seventeen #alternativeuniverse #fypシ゚
#POV Part 2 | Hari-hari berikutnya berjalan seperti permainan rahasia antara kalian berdua. Bukan yang diatur, bukan pula yang direncanakan—tapi entah kenapa, setiap kali kamu keluar apartemen, dia selalu ada di sana. Kadang di lift, dengan rambut masih sedikit basah setelah mandi pagi. Kadang di minimarket bawah gedung, beli air mineral dengan lengan kemejanya yang menggulung. Kadang juga di parkiran, duduk di kap mobil memainkan ponselnya, tapi matanya selalu sempat menangkap keberadaanmu. Dan setiap kali itu terjadi, tanpa pernah absen, satu kalimat keluar dari mulutnya—tenang, santai, tapi jelas punya efek berbahaya untuk detak jantungmu. “Belum pengin lihat olive tree-nya?” Nada suaranya ringan, seperti bercanda. Tapi tatapannya? Tidak sesederhana itu. Kamu biasanya hanya bisa membalas dengan ekspresi galak yang tidak meyakinkan. Kadang mengerling dan membalas, “Mimpi aja, Pak Tetangga.” Kadang juga langsung buang muka sambil pura-pura main ponsel, berharap dia nggak sadar betapa panasnya wajahmu waktu itu. Tapi dia selalu tahu. Selalu. Seungcheol seperti punya radar aneh yang bisa mendeteksi kapan kamu mulai gugup, kapan kamu berusaha menutupi senyum, dan kapan kamu nyaris kelepasan mengucapkan hal yang seharusnya tidak keluar. Dan malam itu… radar itu kembali bekerja dengan sempurna. Kamu baru selesai mandi waktu seluruh lampu di apartemenmu mati. Gelap total. Tanpa peringatan. Tanpa lampu darurat. Kamu berdiri di tengah ruang tamu, hanya berbekal senter dari ponsel, dan rasa frustrasi yang mulai naik ke ubun-ubun. “Ya Tuhan… kenapa harus sekarang sih?” gerutumu. Setelah menunggu beberapa menit dan listrik tak kunjung nyala, kamu akhirnya pasrah. Satu-satunya pilihan masuk akal adalah mengetuk pintu sebelah. Pintu itu terbuka setelah dua kali ketukan. Dan di sanalah dia berdiri. Choi Seungcheol, dengan rambut berantakan seperti baru bangun tidur, hoodie abu setengah terbuka, dan celana training longgar yang entah kenapa malah membuat kamu semakin gugup. Lampu dari unitnya memantulkan cahaya hangat ke wajahnya, menonjolkan garis rahangnya yang kuat, dan tatapan mata yang... ya, terlalu tenang untuk situasi seperti ini. “Lagi apes banget, ya?” suaranya rendah, terdengar seperti gumaman tapi tetap membuat udara di antara kalian terasa berubah. Kamu berusaha tidak menatapnya terlalu lama. “Listrikku mati,” jawabmu pelan, hampir seperti anak kecil yang ketahuan minta bantuan tengah malam. Dia mengangguk pelan. “Masuk aja dulu. Saya punya lilin, tapi di ruang kerja.” Kamu ragu sejenak karena, well, ini sudah jam setengah sebelas malam dan kamu masuk ke unit pria yang belum lama kamu kenal. Tapi akhirnya kamu mengangguk juga, karena gelap di apartemenmu jelas bukan pilihan yang lebih baik. Begitu kamu melangkah masuk, aroma sabun dan kayu samar-samar tercium dari dalam ruangan. Interior apartemennya minimalis tapi hangat, buku-buku disusun rapi di rak, beberapa sketsa desain tergantung di dinding, dan ada meja kerja besar di pojok. Dia berjalan di depan, mencari lilin di salah satu rak. Dan di saat itulah kamu melihatnya. Bagian belakang hoodie-nya melorot sedikit, memperlihatkan sisi punggungnya yang terbuka. Garis-garis hitam kehijauan membentuk ranting dan daun yang halus, menjalar indah dari bahu hingga punggung atasnya. Tato itu terlihat hidup di bawah cahaya lampu—bukan sekadar gambar, tapi karya seni yang terukir di kulitnya. Kamu terpaku. Dan sayangnya, dia sadar. Seungcheol menoleh sedikit, senyum pelan terbit di wajahnya—senyum yang nggak terlalu lebar, tapi cukup untuk bikin jantungmu goyah. “Tuh kan,” katanya lembut, suaranya serak tapi menenangkan. “Nggak seseram yang kamu bayangin, kan?” Kamu tersentak, buru-buru menegakkan badan, hampir menjatuhkan lilin yang dia kasih barusan. “A-aku nggak liat!” Dia tertawa kecil, napasnya masih terdengar berat. “Kamu berdiri sepuluh detik penuh, kedip cuma dua kali. Kamu yakin nggak liatin?” (lanjutannya di komen yaa) #scoups #seventeen #alternativeuniverse #fypシ゚

About