@ella.netzer8: #travel #traveling

Ella.netzer
Ella.netzer
Open In TikTok:
Region: IL
Sunday 15 December 2024 19:28:17 GMT
135024
1435
12
62

Music

Download

Comments

or_politi
אור פוליטי :
יש שם מסיבות שוות??
2024-12-15 21:59:04
2
sabanww
Saban :
איזה שווה היא
2024-12-15 19:53:27
2
maya_zamir
Maya :
וואו
2024-12-16 07:45:09
0
dt78.com
dt78 :
💋💋💋💋💋
2025-02-05 07:09:30
0
usertdq0yg6u6x
usertdq0yg6u6x :
🎄
2024-12-24 12:11:08
0
usertdq0yg6u6x
usertdq0yg6u6x :
🎁
2024-12-24 12:11:07
0
usertdq0yg6u6x
usertdq0yg6u6x :
🎅🏻
2024-12-24 12:11:09
0
bezalel10
bezalel10 :
😁😁😁
2024-12-18 11:30:49
0
shadzidan
Shad :
😁
2024-12-18 08:45:06
0
nils1233214
N.I :
😍😍😍
2024-12-16 14:28:37
0
danielasheroff
daniel.asherof :
😁😁😁
2024-12-16 08:31:13
0
To see more videos from user @ella.netzer8, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pov: Kamu dan Sunghoon telah bersahabat sejak SMP. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu segalanya tentangmu—dari makanan favorit sampai mimpi paling rahasiamu. Dan entah sejak kapan, perasaanmu tumbuh. Bukan sekadar nyaman. Tapi cinta. Dalam diam. Sayangnya, cinta itu tak pernah menemukan rumah. Sunghoon telah lama menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Cia. Mereka pasangan yang nyaris sempurna. Cia baik, sopan, dan manis. Terlalu baik, sampai kamu tak bisa membencinya meski kamu ingin. Hubungan mereka langgeng, penuh tawa, dan kebersamaan yang membuat hatimu perlahan melepuh. Kamu pernah mencoba memberi tanda. Merubah gaya berpakaian, lebih sering mengirim pesan, mencoba memulai obrolan kecil lebih dulu. Tapi Sunghoon tetap melihatmu sama: sahabat. Teman dekat. Tidak lebih. Terkadang kalian bertiga pergi bersama—nonton film, jalan-jalan, makan malam. Kamu selalu duduk di sebelah mereka, memaksakan senyum saat Sunghoon menyuapi Cia atau menggenggam tangannya. Di dalam, kamu remuk. Hari itu kalian pergi ke pameran makanan di luar kota. Sunghoon menunggu di mobil, sementara kamu dan Cia berjalan berdua membeli makanan karena antrean di dalam terlalu panjang. “Sunghoon suka yang pedas, kan?” tanya Cia sambil tertawa kecil. Kamu mengangguk, berpura-pura bahagia saat melihat wajah cerahnya saat berbicara tentang pria yang kamu cintai dalam diam. Saat hendak menyebrang kembali ke mobil, kamu melihat Cia hampir melangkah tanpa menoleh. Sebuah motor melaju kencang dari sisi kanan. “Cia! Awas!” Tanpa pikir panjang, kamu menarik tubuhnya. Kalian berdua jatuh menghantam aspal. Lututmu tergores parah, siku berdarah. Tapi kamu masih sadar. Kamu menoleh, memastikan Cia baik-baik saja. Sunghoon keluar dari mobil. Panik. Tapi dia langsung berlari ke arah Cia. “Cia! Kamu nggak apa-apa?!” Dia membantu gadis itu berdiri, mengelus kepala dan tangannya, memeriksa luka di lengannya. Lalu memeluknya. Di hadapanmu. Padahal kamu hanya duduk tak jauh dari mereka, memegangi luka yang mulai berdarah deras. Tapi dia tidak menoleh. Tak satu pun kalimat
Pov: Kamu dan Sunghoon telah bersahabat sejak SMP. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu segalanya tentangmu—dari makanan favorit sampai mimpi paling rahasiamu. Dan entah sejak kapan, perasaanmu tumbuh. Bukan sekadar nyaman. Tapi cinta. Dalam diam. Sayangnya, cinta itu tak pernah menemukan rumah. Sunghoon telah lama menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Cia. Mereka pasangan yang nyaris sempurna. Cia baik, sopan, dan manis. Terlalu baik, sampai kamu tak bisa membencinya meski kamu ingin. Hubungan mereka langgeng, penuh tawa, dan kebersamaan yang membuat hatimu perlahan melepuh. Kamu pernah mencoba memberi tanda. Merubah gaya berpakaian, lebih sering mengirim pesan, mencoba memulai obrolan kecil lebih dulu. Tapi Sunghoon tetap melihatmu sama: sahabat. Teman dekat. Tidak lebih. Terkadang kalian bertiga pergi bersama—nonton film, jalan-jalan, makan malam. Kamu selalu duduk di sebelah mereka, memaksakan senyum saat Sunghoon menyuapi Cia atau menggenggam tangannya. Di dalam, kamu remuk. Hari itu kalian pergi ke pameran makanan di luar kota. Sunghoon menunggu di mobil, sementara kamu dan Cia berjalan berdua membeli makanan karena antrean di dalam terlalu panjang. “Sunghoon suka yang pedas, kan?” tanya Cia sambil tertawa kecil. Kamu mengangguk, berpura-pura bahagia saat melihat wajah cerahnya saat berbicara tentang pria yang kamu cintai dalam diam. Saat hendak menyebrang kembali ke mobil, kamu melihat Cia hampir melangkah tanpa menoleh. Sebuah motor melaju kencang dari sisi kanan. “Cia! Awas!” Tanpa pikir panjang, kamu menarik tubuhnya. Kalian berdua jatuh menghantam aspal. Lututmu tergores parah, siku berdarah. Tapi kamu masih sadar. Kamu menoleh, memastikan Cia baik-baik saja. Sunghoon keluar dari mobil. Panik. Tapi dia langsung berlari ke arah Cia. “Cia! Kamu nggak apa-apa?!” Dia membantu gadis itu berdiri, mengelus kepala dan tangannya, memeriksa luka di lengannya. Lalu memeluknya. Di hadapanmu. Padahal kamu hanya duduk tak jauh dari mereka, memegangi luka yang mulai berdarah deras. Tapi dia tidak menoleh. Tak satu pun kalimat "kamu nggak apa-apa?" terlontar darinya untukmu. Kamu diam. Menunduk. Menggigit bibir agar tidak menangis di tempat umum. Sampai di rumah, kamu mengunci kamar. Dengan tangan gemetar, kamu membersihkan luka sendiri. Air mata jatuh satu-satu, bercampur dengan perih dari alkohol dan betadine. “Kenapa aku nggak pernah cukup?” bisikmu lirih. “Kenapa bukan aku…?” Besoknya, kamu datang ke kantor lebih awal. Lebih untuk menghindari Sunghoon, yang pasti akan bersikap seperti tak ada yang terjadi. Kamu tidak bisa berpura-pura hari ini. Tapi saat kamu hendak menuju pantry, langkahmu terhenti. Sunghoon berdiri di lorong. Kamu spontan membalikkan badan dan berjalan cepat ke arah lain. “Y/N!” panggilnya. Kamu mempercepat langkah. Tapi dia mengikuti. “Y/N, tunggu. Kenapa cara jalan kamu aneh?” “Aku baik-baik aja, Sunghoon,” jawabmu ketus. “Tapi... kamu pincang. Kamu kenapa?” Dia menatapmu lekat. Kamu menghindari matanya. “Sunghoon, tolong jangan repot-repot. Aku nggak papa.” Namun dia tetap bersikeras, dan akhirnya kamu menyerah. Kalian berada di atap kantor. Tempat yang biasa kalian jadikan tempat kabur dari pekerjaan. Tapi hari ini berbeda. Sunghoon berlutut di depanmu, membuka perban darurat yang asal-asalan kamu pasang. “Ini parah, Y/N. Kenapa kamu nggak bilang kemarin?” Kamu hanya diam. Gigi menggertak menahan air mata yang lagi-lagi hendak jatuh. Tapi begitu dia mulai membersihkan luka itu dengan lembut, dadamu sesak. “Kamu bahkan nggak lihat aku kemarin…” lirihmu. Sunghoon terdiam. Tangannya berhenti bergerak. “Kamu lari ke Cia. Padahal aku yang luka parah. Aku yang nyelametin dia. Tapi kamu... nggak... lihat aku... sama sekali.” Katamu dengan senyum yang memilukan. Sunghoon terdiam. Kamu menatapnya, mata sudah berair. “Kamu... gak sekali pun noleh ke arah aku. Kayak aku gak ada di sana. Dan tahu gak? Itu yang paling sakit.” ( Lanjut di komentar ) #pov #enhypen #sunghoon #foryou #fypage #foryoupage #fyp

About