@nemeriamekisa16: ~My love for you~ | Sayo Minakami | 🌹🫲☺️ #myloveforyou #foryou #sayominakami #mahoushoujoniakogarete #anime #edit #fyp #fyppppppppppppppppppppppp

🍫ℝ𝕖𝕝𝕝𝕒 𝕔𝕙𝕒𝕟🍫
🍫ℝ𝕖𝕝𝕝𝕒 𝕔𝕙𝕒𝕟🍫
Open In TikTok:
Region: LA
Wednesday 18 December 2024 06:11:12 GMT
1185
103
5
10

Music

Download

Comments

que_regrese_toh
toh :
omg Sayo 😻
2025-10-05 01:49:04
1
utena_mi_amor
Utena mi dueña💜😍 :
Es hermosa 💙🗣️🗣️🗣️🗣️🗣️
2024-12-18 11:22:11
1
yoyota192
Yosa Sayo :
Sayo is here!
2024-12-18 06:30:25
1
user4202299397392
ไม่ มี :
🌼
2024-12-30 16:56:48
1
To see more videos from user @nemeriamekisa16, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pada Xiao Yan nyaris mati melawan Hun Tiandi, tubuhnya terhempas ke tanah, berlumuran darah, napasnya hampir terputus. Emperor Flame yang selama ini jadi tamengnya meredup, seolah lilin kecil yang akan padam. Hun Tiandi berdiri angkuh di angkasa, dikelilingi pusaran Origin Qi benua yang telah ia rampas, matanya penuh kesombongan. “Xiao Yan, perjuanganmu berakhir di sini. Dunia ini akan tunduk di bawah Hun Clan!” Sekutunya menjerit putus asa. Semua orang yakin, sekali lagi Hun Tiandi menurunkan tangan, maka Xiao Yan—dan seluruh benua—akan hancur. Namun di detik kritis itu, sesuatu di tubuh Xiao Yan berdenyut. Api yang hampir padam itu bergetar… lalu meledak. Dengan suara serak bercampur darah, Xiao Yan mengangkat wajahnya ke langit, suaranya bergema: “Semua Api Surgawi… aku perintahkan kalian, datanglah padaku!” Seolah mendengar panggilan tuannya, Api Surgawi yang tersembunyi di tubuhnya dan di seluruh benua bergetar serentak. Api Putih yang dingin, Api Biru yang membelah langit, Api Ungu yang membakar udara, hingga Api Kegelapan yang merintih—semuanya bergejolak, melesat masuk ke tubuh Xiao Yan. Setiap api berlutut pada perintahnya, menyatu tanpa perlawanan, seperti prajurit yang kembali pada tuannya. Kobaran itu melahap tubuh Xiao Yan, membakar luka-luka, merajut ulang daging dan tulangnya. Emperor Flame tidak lagi sekadar nyala, melainkan inti baru yang lahir dari dua puluh tiga Api Surgawi yang tunduk sepenuhnya pada pemiliknya. Langit bergetar hebat. Awan hitam yang menutup cakrawala terbelah, cahaya agung menerobos turun, guntur surgawi meraung bagai genderang dewa. Fenomena yang mustahil itu muncul—tanda kelahiran Dou Di. Tubuh Xiao Yan yang hancur kini bangkit kembali. Luka-lukanya lenyap, auranya melonjak menembus batas, api menyelubunginya seperti matahari kedua yang membakar dunia. Hun Tiandi terdiam, wajahnya yang penuh kesombongan berubah pucat. Kedua matanya gemetar, suaranya parau penuh penyesalan:
“Aku… membayar mahal untuk ini… ribuan tahun ku habiskan… tapi akhirnya—semua sia-sia.” Wajahnya semakin pucat, tatapannya kosong. Ia sadar bahwa jalan yang ditempuhnya dengan pengorbanan tak terhitung kini runtuh, direbut Xiao Yan dalam sekejap. Xiao Yan menatapnya dengan dingin. Suaranya berat, bergema menembus langit yang bergetar:
“Hun Tiandi… ini akhir darimu. Dan awal baru bagi dunia.” Dan pada saat ranah Dou Di benar-benar terbuka baginya, momentum dahsyat pun tercipta. Lautan bergolak hebat, mendidih menjadi lahar yang menakutkan. Gunung-gunung runtuh, langit dipenuhi warna-warni cahaya yang menari bagai aurora neraka dan surga sekaligus. Aura Xiao Yan melonjak pada tingkat yang tak dapat dibayangkan, begitu kuat hingga seluruh dunia bergetar. Sekejap, semua orang di benua—baik kawan maupun lawan—tidak kuasa berdiri. Mereka tersungkur bersujud, tertekan oleh momentum yang dipancarkannya. Guru tua yang dulu pernah menuntunnya hanya bisa berdiri di kejauhan, matanya berkaca-kaca. Air matanya jatuh, namun senyum bangga menghiasi wajahnya. Dengan suara bergetar ia berbisik,
“Bocah kecil… kau tak pernah mengecewakanku.” Padahal ia berada sangat jauh dari pusat pertempuran, namun momentum yang dipancarkan Xiao Yan tetap menghantamnya dengan dahsyat. Tidak hanya itu—di seluruh penjuru benua, semua klan, sekte, dan keluarga besar yang menyaksikan fenomena langit itu ikut bersujud serentak, karena aura Xiao Yan yang telah menembus Dou Di begitu menekan jiwa. Transformasi itu menjadikan dirinya sosok yang tidak lagi bisa dipahami, keagungan yang hanya bisa disaksikan dari kejauhan. dari tengah lautan api surgawi yang menyelimuti tubuhnya, suara Xiao Yan menggema, merambat ke seluruh benua:
“Hun Tiandi… apakah kau sudah siap mati?” Suara itu begitu berat, mengguncang hati setiap orang yang mendengarnya. Hun Tiandi mendongak, tubuhnya gemetar—untuk pertama kalinya ia merasakan ketakutan yang nyata. Dan saat itulah dunia menyaksikan pertarungan tingkat langit Dou Di melawan Dou Di ! Ditulis DWdonghua… #battlethroughtheheavens #xiaoyan #fyp
Pada Xiao Yan nyaris mati melawan Hun Tiandi, tubuhnya terhempas ke tanah, berlumuran darah, napasnya hampir terputus. Emperor Flame yang selama ini jadi tamengnya meredup, seolah lilin kecil yang akan padam. Hun Tiandi berdiri angkuh di angkasa, dikelilingi pusaran Origin Qi benua yang telah ia rampas, matanya penuh kesombongan. “Xiao Yan, perjuanganmu berakhir di sini. Dunia ini akan tunduk di bawah Hun Clan!” Sekutunya menjerit putus asa. Semua orang yakin, sekali lagi Hun Tiandi menurunkan tangan, maka Xiao Yan—dan seluruh benua—akan hancur. Namun di detik kritis itu, sesuatu di tubuh Xiao Yan berdenyut. Api yang hampir padam itu bergetar… lalu meledak. Dengan suara serak bercampur darah, Xiao Yan mengangkat wajahnya ke langit, suaranya bergema: “Semua Api Surgawi… aku perintahkan kalian, datanglah padaku!” Seolah mendengar panggilan tuannya, Api Surgawi yang tersembunyi di tubuhnya dan di seluruh benua bergetar serentak. Api Putih yang dingin, Api Biru yang membelah langit, Api Ungu yang membakar udara, hingga Api Kegelapan yang merintih—semuanya bergejolak, melesat masuk ke tubuh Xiao Yan. Setiap api berlutut pada perintahnya, menyatu tanpa perlawanan, seperti prajurit yang kembali pada tuannya. Kobaran itu melahap tubuh Xiao Yan, membakar luka-luka, merajut ulang daging dan tulangnya. Emperor Flame tidak lagi sekadar nyala, melainkan inti baru yang lahir dari dua puluh tiga Api Surgawi yang tunduk sepenuhnya pada pemiliknya. Langit bergetar hebat. Awan hitam yang menutup cakrawala terbelah, cahaya agung menerobos turun, guntur surgawi meraung bagai genderang dewa. Fenomena yang mustahil itu muncul—tanda kelahiran Dou Di. Tubuh Xiao Yan yang hancur kini bangkit kembali. Luka-lukanya lenyap, auranya melonjak menembus batas, api menyelubunginya seperti matahari kedua yang membakar dunia. Hun Tiandi terdiam, wajahnya yang penuh kesombongan berubah pucat. Kedua matanya gemetar, suaranya parau penuh penyesalan:
“Aku… membayar mahal untuk ini… ribuan tahun ku habiskan… tapi akhirnya—semua sia-sia.” Wajahnya semakin pucat, tatapannya kosong. Ia sadar bahwa jalan yang ditempuhnya dengan pengorbanan tak terhitung kini runtuh, direbut Xiao Yan dalam sekejap. Xiao Yan menatapnya dengan dingin. Suaranya berat, bergema menembus langit yang bergetar:
“Hun Tiandi… ini akhir darimu. Dan awal baru bagi dunia.” Dan pada saat ranah Dou Di benar-benar terbuka baginya, momentum dahsyat pun tercipta. Lautan bergolak hebat, mendidih menjadi lahar yang menakutkan. Gunung-gunung runtuh, langit dipenuhi warna-warni cahaya yang menari bagai aurora neraka dan surga sekaligus. Aura Xiao Yan melonjak pada tingkat yang tak dapat dibayangkan, begitu kuat hingga seluruh dunia bergetar. Sekejap, semua orang di benua—baik kawan maupun lawan—tidak kuasa berdiri. Mereka tersungkur bersujud, tertekan oleh momentum yang dipancarkannya. Guru tua yang dulu pernah menuntunnya hanya bisa berdiri di kejauhan, matanya berkaca-kaca. Air matanya jatuh, namun senyum bangga menghiasi wajahnya. Dengan suara bergetar ia berbisik,
“Bocah kecil… kau tak pernah mengecewakanku.” Padahal ia berada sangat jauh dari pusat pertempuran, namun momentum yang dipancarkan Xiao Yan tetap menghantamnya dengan dahsyat. Tidak hanya itu—di seluruh penjuru benua, semua klan, sekte, dan keluarga besar yang menyaksikan fenomena langit itu ikut bersujud serentak, karena aura Xiao Yan yang telah menembus Dou Di begitu menekan jiwa. Transformasi itu menjadikan dirinya sosok yang tidak lagi bisa dipahami, keagungan yang hanya bisa disaksikan dari kejauhan. dari tengah lautan api surgawi yang menyelimuti tubuhnya, suara Xiao Yan menggema, merambat ke seluruh benua:
“Hun Tiandi… apakah kau sudah siap mati?” Suara itu begitu berat, mengguncang hati setiap orang yang mendengarnya. Hun Tiandi mendongak, tubuhnya gemetar—untuk pertama kalinya ia merasakan ketakutan yang nyata. Dan saat itulah dunia menyaksikan pertarungan tingkat langit Dou Di melawan Dou Di ! Ditulis DWdonghua… #battlethroughtheheavens #xiaoyan #fyp

About