@randomniknaks: This linen spray smells so good and freshens up a room in seconds! Not overpowering and doesn’t smell like chemicals. Highly recommend Brazilian summers or enchanted Rouge! #linenspray #mavwicks #spray #roomspray #scents #CapCut

RandomNikNaks | TTS
RandomNikNaks | TTS
Open In TikTok:
Region: US
Saturday 15 February 2025 23:18:12 GMT
562
20
17
8

Music

Download

Comments

shari_shares
𝓢𝓱𝓪𝓻𝓲 🌺 :
This stuff smells so Amazing!
2025-02-16 07:27:10
2
lizbeth_e_1
lizbeth_E_1 :
Great scent.
2025-02-16 23:31:20
1
yonkkmd
Yonk KMD :
hve a nice day🤗🤗
2025-02-16 05:03:07
1
sincerely.shannonmarie
Shannon 🌸 Tall🌷Plus🌻Beauty :
that has to smell amazing
2025-02-16 03:10:27
1
imranfinds
imranfinds :
Ok but obsessed with that couch tbh
2025-02-16 02:20:07
1
nicolesttspicks
Nicole :
This smells so good
2025-02-16 00:16:09
1
justamomenjoyinglife24
Heather :
Omg!! I have this same couch. Mavwick is the best btw
2025-02-15 23:37:09
1
justamomenjoyinglife24
Heather :
I
2025-02-15 23:36:51
0
judeah51
judeah51 :
the bottle looks classy.what matters is how it smells after your lassy been on couch😂😂..sure it does great💯🌹
2025-02-15 23:36:38
0
haleylynnangelo
haley :
I love everything @Mavwicks Fragrances LLC !!
2025-02-15 23:33:49
0
To see more videos from user @randomniknaks, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pernikahan bukan hanya tentang ijab kabul dan lembaran surat nikah. Ia adalah gerbang menuju kehidupan baru, yang jauh berbeda dari bayangan saat pacaran atau masa pendekatan. Menikah itu bukan soal seberapa sering kita saling mencintai, tapi seberapa kuat kita memilih tetap tinggal ketika cinta diuji oleh waktu, keadaan, dan perubahan. Banyak orang berpikir menikah itu mudah. Tinggal bersama, punya anak, lalu bahagia. Tapi kenyataannya, pernikahan menguras tenaga, pikiran, emosi, dan jiwa. Ia menuntut kita untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Bahkan seringkali kita harus mengalah bukan karena kalah, tapi demi menjaga rumah tangga tetap utuh. Bagi suami yang benar-benar siap, pernikahan bukan tempat menuntut istri tunduk. Ia tahu bahwa pernikahan adalah amanah besar. Ia belajar bersikap adil, bukan hanya dalam materi, tapi juga perhatian, waktu, dan rasa hormat. Ia tidak menempatkan diri di atas istri, melainkan berdiri sejajar, saling menopang, memahami, dan melengkapi. Istri pun yang sadar bahwa pernikahan bukan ajang membuktikan siapa lebih hebat. Menghormati suami bukan berarti merendahkan diri, tapi kebijaksanaan menjaga ketenangan rumah. Ia memilih bicara baik-baik, meminta izin, dan menyampaikan hal penting dengan cara bijak. Bukan karena takut, tapi karena tahu keluarga dibangun lewat komunikasi, bukan asumsi. Namun, banyak pasangan masuk ke pernikahan tanpa persiapan mental dan pengetahuan yang cukup. Mereka siap menikah, tapi belum tentu siap menjadi suami atau istri. Padahal, kehidupan setelah menikah sangat kompleks: mengatur keuangan bersama, menghadapi tekanan keluarga besar, mengurus anak, hingga menerima bahwa pasangan kita juga manusia biasa penuh kekurangan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka perceraian meningkat tiap tahun, sebagian besar karena pertengkaran dan ketidakharmonisan. Ini bukti bahwa cinta saja tak cukup. Diperlukan ilmu, kedewasaan, dan keteguhan hati untuk bertahan. Menikah adalah ibadah terpanjang dan paling banyak tantangannya. Tapi di situlah kemuliaannya. Pernikahan melatih kita sabar, jujur, bertanggung jawab, dan tak egois. Ia bukan sekadar hidup bersama, tapi tumbuh bersama. Bukan tempat mencari bahagia saja, tapi juga tempat belajar menjadi pribadi lebih baik. Di dalamnya, kita akan bertemu dengan perbedaan karakter yang nyata. Setiap individu membawa kepribadian, kebiasaan, dan cara pandang yang berbeda, bahkan kadang bertolak belakang. Inilah ujian sesungguhnya: belajar menerima tanpa terprovokasi. Jangan biarkan pengaruh luar atau emosi negatif mengendalikan diri. Kekuatan pernikahan terletak pada kemampuan menjaga pintu hati tertutup rapat dari gangguan luar, dan membukanya hanya untuk saling menguatkan dari dalam. Akan ada hari-hari penuh air mata, saat kita merasa berjalan sendiri. Namun di saat itulah pernikahan mengajarkan makna perjuangan sesungguhnya. Cinta bertahan bukan karena segalanya indah, melainkan karena keduanya memilih untuk saling menggenggam meski tangan mulai lelah. Pada akhirnya, menikah bukan jalan pintas menuju bahagia, tapi perjalanan panjang menuju kedewasaan. Jika hanya ingin enaknya saja, lebih baik jangan menikah. Namun jika siap menempuh perjalanan panjang penuh pelajaran, luka, pelukan, air mata, dan harapan, maka menikahlah. Karena di sanalah jiwa ditempa, cinta diuji, dan hidup menemukan makna sesungguhnya.
Pernikahan bukan hanya tentang ijab kabul dan lembaran surat nikah. Ia adalah gerbang menuju kehidupan baru, yang jauh berbeda dari bayangan saat pacaran atau masa pendekatan. Menikah itu bukan soal seberapa sering kita saling mencintai, tapi seberapa kuat kita memilih tetap tinggal ketika cinta diuji oleh waktu, keadaan, dan perubahan. Banyak orang berpikir menikah itu mudah. Tinggal bersama, punya anak, lalu bahagia. Tapi kenyataannya, pernikahan menguras tenaga, pikiran, emosi, dan jiwa. Ia menuntut kita untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Bahkan seringkali kita harus mengalah bukan karena kalah, tapi demi menjaga rumah tangga tetap utuh. Bagi suami yang benar-benar siap, pernikahan bukan tempat menuntut istri tunduk. Ia tahu bahwa pernikahan adalah amanah besar. Ia belajar bersikap adil, bukan hanya dalam materi, tapi juga perhatian, waktu, dan rasa hormat. Ia tidak menempatkan diri di atas istri, melainkan berdiri sejajar, saling menopang, memahami, dan melengkapi. Istri pun yang sadar bahwa pernikahan bukan ajang membuktikan siapa lebih hebat. Menghormati suami bukan berarti merendahkan diri, tapi kebijaksanaan menjaga ketenangan rumah. Ia memilih bicara baik-baik, meminta izin, dan menyampaikan hal penting dengan cara bijak. Bukan karena takut, tapi karena tahu keluarga dibangun lewat komunikasi, bukan asumsi. Namun, banyak pasangan masuk ke pernikahan tanpa persiapan mental dan pengetahuan yang cukup. Mereka siap menikah, tapi belum tentu siap menjadi suami atau istri. Padahal, kehidupan setelah menikah sangat kompleks: mengatur keuangan bersama, menghadapi tekanan keluarga besar, mengurus anak, hingga menerima bahwa pasangan kita juga manusia biasa penuh kekurangan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka perceraian meningkat tiap tahun, sebagian besar karena pertengkaran dan ketidakharmonisan. Ini bukti bahwa cinta saja tak cukup. Diperlukan ilmu, kedewasaan, dan keteguhan hati untuk bertahan. Menikah adalah ibadah terpanjang dan paling banyak tantangannya. Tapi di situlah kemuliaannya. Pernikahan melatih kita sabar, jujur, bertanggung jawab, dan tak egois. Ia bukan sekadar hidup bersama, tapi tumbuh bersama. Bukan tempat mencari bahagia saja, tapi juga tempat belajar menjadi pribadi lebih baik. Di dalamnya, kita akan bertemu dengan perbedaan karakter yang nyata. Setiap individu membawa kepribadian, kebiasaan, dan cara pandang yang berbeda, bahkan kadang bertolak belakang. Inilah ujian sesungguhnya: belajar menerima tanpa terprovokasi. Jangan biarkan pengaruh luar atau emosi negatif mengendalikan diri. Kekuatan pernikahan terletak pada kemampuan menjaga pintu hati tertutup rapat dari gangguan luar, dan membukanya hanya untuk saling menguatkan dari dalam. Akan ada hari-hari penuh air mata, saat kita merasa berjalan sendiri. Namun di saat itulah pernikahan mengajarkan makna perjuangan sesungguhnya. Cinta bertahan bukan karena segalanya indah, melainkan karena keduanya memilih untuk saling menggenggam meski tangan mulai lelah. Pada akhirnya, menikah bukan jalan pintas menuju bahagia, tapi perjalanan panjang menuju kedewasaan. Jika hanya ingin enaknya saja, lebih baik jangan menikah. Namun jika siap menempuh perjalanan panjang penuh pelajaran, luka, pelukan, air mata, dan harapan, maka menikahlah. Karena di sanalah jiwa ditempa, cinta diuji, dan hidup menemukan makna sesungguhnya.

About