@m9y.r: الابن الشرعي لفيروز🤍 #raelmadrid #joudbellingham #matchday #لوكا_مودريتش

مؤمل
مؤمل
Open In TikTok:
Region: IQ
Sunday 23 February 2025 18:55:59 GMT
17045
1057
3
188

Music

Download

Comments

i.m0dric
عَبد الرَحْمٰن :
شيء تحتاجه العين وهو رؤيه لوكا وشيء تحتاجة الاذن وهو سماع فيروز هما متعة لا يعرفها الحميع🤎
2025-03-12 18:50:42
5
hfiew
F :
احبه اكثر من روحي والله
2025-04-15 09:56:59
2
i28al
A :
@ود 💔💔💔💔💔💔💔💔
2025-05-22 20:28:00
0
dyingptymee9
يو نس😉😘🤔 :
🥰
2025-03-25 17:50:17
0
To see more videos from user @m9y.r, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Banyak orang lahir sebagai muslim, tumbuh besar dalam keluarga muslim, hidup di lingkungan yang menjunjung tinggi simbol-simbol Islam, namun tak semua benar-benar memahami, merasakan, dan memperjuangkan makna Islam yang sejati. Islam sejati bukanlah warisan yang otomatis menjadikan seseorang mulia. Ia bukan status sosial, bukan pakaian luar, dan bukan kebiasaan turun-temurun yang dijalani tanpa kesadaran. Islam sejati adalah iman yang tumbuh dari pencarian, keikhlasan, dan ilmu. Ia adalah buah dari perjalanan hati yang haus akan kebenaran, bukan sekadar warisan nenek moyang. Bila Islam hanya dijadikan warisan, maka ia akan menjadi kulit tanpa isi. Orang sholat karena diajarkan, tapi tidak mengerti mengapa ia harus bersujud. Orang membaca Al-Qur’an karena tradisi, tapi tidak pernah menyelami maknanya. Orang berpuasa karena ikut-ikutan, tapi tidak pernah benar-benar merasakan lapar sebagai bentuk ibadah. Akhirnya, Islam yang dijalani kering, hampa, dan hanya menjadi formalitas. Allah ﷻ menegur mereka yang hanya mengikuti agama karena ikut-ikutan: > “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab: ‘(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’” Apakah mereka akan (tetap mengikuti mereka), walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Baqarah: 170) Islam bukanlah pakaian yang diwariskan dari ayah ke anak, tapi cahaya yang harus dinyalakan dalam hati. Bahkan anak Nabi pun tidak dijamin selamat. Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak bisa menyelamatkan anaknya yang menolak iman. Ini menjadi bukti bahwa agama adalah tanggung jawab pribadi, bukan jaminan dari garis keturunan. Mereka yang mewarisi Islam tapi tidak pernah berusaha memahaminya bagaikan seseorang yang memiliki kitab suci tapi membiarkannya berdebu di rak. Mereka mewarisi harta karun tapi tidak tahu nilainya. Rasulullah ﷺ bersabda: >
Banyak orang lahir sebagai muslim, tumbuh besar dalam keluarga muslim, hidup di lingkungan yang menjunjung tinggi simbol-simbol Islam, namun tak semua benar-benar memahami, merasakan, dan memperjuangkan makna Islam yang sejati. Islam sejati bukanlah warisan yang otomatis menjadikan seseorang mulia. Ia bukan status sosial, bukan pakaian luar, dan bukan kebiasaan turun-temurun yang dijalani tanpa kesadaran. Islam sejati adalah iman yang tumbuh dari pencarian, keikhlasan, dan ilmu. Ia adalah buah dari perjalanan hati yang haus akan kebenaran, bukan sekadar warisan nenek moyang. Bila Islam hanya dijadikan warisan, maka ia akan menjadi kulit tanpa isi. Orang sholat karena diajarkan, tapi tidak mengerti mengapa ia harus bersujud. Orang membaca Al-Qur’an karena tradisi, tapi tidak pernah menyelami maknanya. Orang berpuasa karena ikut-ikutan, tapi tidak pernah benar-benar merasakan lapar sebagai bentuk ibadah. Akhirnya, Islam yang dijalani kering, hampa, dan hanya menjadi formalitas. Allah ﷻ menegur mereka yang hanya mengikuti agama karena ikut-ikutan: > “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab: ‘(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’” Apakah mereka akan (tetap mengikuti mereka), walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Baqarah: 170) Islam bukanlah pakaian yang diwariskan dari ayah ke anak, tapi cahaya yang harus dinyalakan dalam hati. Bahkan anak Nabi pun tidak dijamin selamat. Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak bisa menyelamatkan anaknya yang menolak iman. Ini menjadi bukti bahwa agama adalah tanggung jawab pribadi, bukan jaminan dari garis keturunan. Mereka yang mewarisi Islam tapi tidak pernah berusaha memahaminya bagaikan seseorang yang memiliki kitab suci tapi membiarkannya berdebu di rak. Mereka mewarisi harta karun tapi tidak tahu nilainya. Rasulullah ﷺ bersabda: > "Islam akan kembali asing sebagaimana awal datangnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (ghuraba)." (HR. Muslim) Siapakah yang disebut “ghuraba”? Mereka adalah orang-orang yang tetap berpegang pada Islam sejati di tengah umat yang hanya mempertahankan simbol tanpa substansi. Mereka tidak puas hanya karena dilahirkan sebagai muslim, tapi berjuang menjadi mukmin yang sesungguhnya. Mereka belajar, merenung, bertanya, dan mencari, sampai iman mereka menjadi keyakinan yang hidup. Islam sejati menuntut kesadaran, ilmu, dan perjuangan. Ia harus dicari, dipahami, diyakini, dan diperjuangkan. Bahkan jika seseorang tidak lahir dari keluarga muslim, tetapi ia mencari kebenaran, lalu masuk Islam dengan hati yang tulus, maka derajatnya di sisi Allah bisa lebih tinggi dari mereka yang sejak lahir beridentitas muslim namun lalai. Itulah mengapa dalam sejarah Islam, kita dapati banyak sahabat besar yang dulunya kafir, tapi menjadi bintang karena mereka menemukan Islam bukan mewarisinya. Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Salman Al-Farisi — mereka masuk Islam lewat pencarian, dan menjadi orang-orang mulia karena kesadaran dan pengorbanan mereka. Kini, saat zaman kembali penuh fitnah dan agama makin dijalani secara dangkal, tibalah waktunya untuk kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita muslim karena mewarisi, atau karena meyakini? Apakah kita hanya memakai Islam sebagai identitas, ataukah kita benar-benar hidup di dalamnya? Karena ketika kematian datang, yang menyelamatkan bukan nama "Muhammad" di KTP, tapi iman dalam hati dan amal dalam hidup. 🕊️ “Jangan hanya menjadi muslim karena lahir dalam Islam. Jadilah muslim karena memilih dan mencintai Islam dengan kesadaran dan perjuangan.” #renunganislam #dakwahislam #IslamSejati #KesadaranBeragama #BukanIslamWarisan #HijrahHati #ImanYangHidup #RefleksiDiri

About