@pinknews: The Sims 4 just got gayer 🏳️‍🌈 🏳️‍⚧️ The cult classic game has just announced a new free content release with Pride-themed clothing, furniture and flags. This includes the “Burst of Pride Double Bed”, a “Pride Rocks! Collage”, and a “Knitted Pride Flag”. One fan wrote on X about the update: “While everyone is becoming more conservative The Sims is becoming gayer and that’s why I’ll always love this franchise”. What do you think about the update? #sims4 #sims #Pride #prideflag #thesims4 #gamingtiktok #lgbtqia

PinkNews 🏳️‍🌈🏳️‍⚧️
PinkNews 🏳️‍🌈🏳️‍⚧️
Open In TikTok:
Region: GB
Thursday 03 April 2025 09:32:03 GMT
215735
32440
479
4043

Music

Download

Comments

To see more videos from user @pinknews, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Setelah matkul linguistik kamu tidak ada kelas lagi. Dosen yang mengajarmu sedang rapat, katanya.  Kamu lebih memilih pulang ke rumah dari pada ikut hangout bersama teman-temanmu.  Bohong kalo kamu tidak merindukan kekasihmu, Heeseung. Dia sudah tidak pernah kelihatan beberapa minggu ini.  Hubungan kalian... belum usai.  Kamu akan merangkai kata-kata untuk mengakhiri hubunganmu dengan Heeseung—malam ini.  Bukan karena rasa itu hilang—tapi karena kamu lelah mencintai sendirian. Karena hubungan yang sehat tidak seharusnya terasa seperti mengejar orang yang terus lari menjauh.  Dia tidak pernah bilang pergi, tapi juga tak pernah berusaha tinggal. Dan kamu sadar, kamu pantas dapat yang lebih dari sekadar hening dan tanda tanya. Kamu menghela napas pelan. Langkahmu terhenti kala melihat Heeseung terhuyung di parkiran. Dan entah dorongan dari mana, kamu berlari ke arahnya.  Langkahmu cepat sampai nyaris terpeleset oleh genangan air hujan yang belum sempat kering. Tapi kamu tidak peduli.  Yang kamu tahu, Heeseung ada di depanmu. Basah kuyup, mata merah, napas berat, dan luka—lagi. Tangannya terluka.
Setelah matkul linguistik kamu tidak ada kelas lagi. Dosen yang mengajarmu sedang rapat, katanya. Kamu lebih memilih pulang ke rumah dari pada ikut hangout bersama teman-temanmu. Bohong kalo kamu tidak merindukan kekasihmu, Heeseung. Dia sudah tidak pernah kelihatan beberapa minggu ini. Hubungan kalian... belum usai. Kamu akan merangkai kata-kata untuk mengakhiri hubunganmu dengan Heeseung—malam ini. Bukan karena rasa itu hilang—tapi karena kamu lelah mencintai sendirian. Karena hubungan yang sehat tidak seharusnya terasa seperti mengejar orang yang terus lari menjauh. Dia tidak pernah bilang pergi, tapi juga tak pernah berusaha tinggal. Dan kamu sadar, kamu pantas dapat yang lebih dari sekadar hening dan tanda tanya. Kamu menghela napas pelan. Langkahmu terhenti kala melihat Heeseung terhuyung di parkiran. Dan entah dorongan dari mana, kamu berlari ke arahnya. Langkahmu cepat sampai nyaris terpeleset oleh genangan air hujan yang belum sempat kering. Tapi kamu tidak peduli. Yang kamu tahu, Heeseung ada di depanmu. Basah kuyup, mata merah, napas berat, dan luka—lagi. Tangannya terluka. "Heeseung!" teriakmu, suaramu pecah. "Kamu kenapa?!" Cowok itu cuma mendongak pelan. Senyumnya miring. Bukan senyum bahagia. Tapi senyum orang yang udah lama capek. "Akhirnya kamu nyamperin juga," gumamnya, pelan. "Aku pikir kamu udah muak, Y/n." "Muak? Harusnya sih gitu, tapi aku—" Dia jatuh ke pelukanmu. Beneran jatuh. Badannya lemas. Tangannya dingin. Tapi sebelum kamu bisa panik, dia berbisik di telingamu, nyaris tak terdengar: "Aku takut, Y/n. Takut banget. Aku takut bikin kamu hancur kayak yang dulu…" Kamu membeku. *** "Tadi siang aku ketemu Heeseung. Dia... sakit." Yang tadinya fokus ke laptop, akhirnya Jake menatap ke arahmu. "Dia udah ngejelasin semua, Y/n?" tanyanya. Kamu menggeleng pelan. "Dia pingsan. Tapi dia sempet bilang, dia takut bikin aku hancur kayak yang dulu..." Jake diam. Tangannya mengepal pelan di atas meja. Kamu bisa lihat rahangnya yang mengeras. "Kamu tau maksud Heeseung apa?" tanyanya, lebih pelan. Kamu mengangkat bahu. "Nggak. Tapi nadanya... kayak dia beneran nyesel. Dia kayak bawa trauma yang nggak pernah selesai." Jake menghembuskan napas tajam. "Aku nggak seharusnya bilang ini, tapi… mungkin emang waktunya kamu tau." Dia memutar layar laptopnya ke arahmu, membuka folder bernama ‘Accident — 2018’. Ada satu video CCTV. Judulnya cuma: Exit Cam, 08:16 PM. Jake menatapmu. "Aku simpen ini bukan buat nyakitin kamu. Tapi buat jaga-jaga kalau Heeseung nggak pernah jujur." Kamu ragu. Tapi kamu mengekliknya juga. Dan saat rekaman itu diputar, kamu melihat seorang gadis keluar dari rumah dua lantai sambil marah-marah, dia menaiki motornya, dan... pergi dengan kecepatan gila. Dua menit kemudian: tabrakan. Kamu menutup mulutmu. Jake pelan-pelan bicara lagi. “Itu Hana. Mantan Heeseung. Cewek yang hampir mati karena dia. Sejak itu, dia berubah. Dia nolak semua yang deket sama dia. Kamu bukan yang pertama dia jauhin, Y/n. Tapi kamu yang pertama dia tangisin.” Kamu menatap layar itu lama. Gambar berhenti di frame terakhir: motor tergeletak di pinggir jalan, lampunya masih menyala, dan cewek itu—Hana—terkapar. Tangismu pelan-pelan pecah. Bukan karena kamu tahu segalanya, tapi karena kamu mulai mengerti kenapa Heeseung selama ini selalu menjauhimu. Selalu menyakitimu duluan. "Dia beneran mikir dia ngerusak semua yang dia sentuh," lirihmu, nyaris tak percaya. "Dan dia pikir... ninggalin aku itu satu-satunya cara buat nyelametin aku?" Jake mengangguk pelan. Tapi nadanya tajam. "Masalahnya, dia nyelametin kamu pake cara yang ngebunuh kamu pelan-pelan." Kamu menutup mata. Semuanya terasa seperti bom waktu dari trauma yang belum selesai. Tapi kamu tetap tidak bisa membencinya. Karena sekarang kamu tahu: Heeseung bukan pergi karena tak sayang. Dia terlalu sayang, sampai berpikir dia sendiri racunnya. Jake berdiri dari kursi. "Sekarang kamu tau. Terserah kamu, Y/n. Mau tinggal atau pergi. Tapi jangan berharap dia bisa sembuh sendirian." #heeseung #fyp #au

About