@footdocdana: I do not recommend! VC: @JbarJ_and_HeartM #cryobranding #branding #doctor #doctorreacts #doctorsoftiktok #learnsomethingnew #medical #surgery #medicalvideos #doctors #podiatry #podiatrist #footsurgeon #surgeon #surgeons #nurse #nurses #healthcare #scrublife #medicalhumor #scrubslife #podiatric #medicine

Doctor Dana • FootDocDana
Doctor Dana • FootDocDana
Open In TikTok:
Region: US
Saturday 26 April 2025 14:00:00 GMT
7689337
146283
1478
1722

Music

Download

Comments

owzll
owzll :
maybe she should have gone out partying instead.
2025-04-27 07:12:12
56007
uwillneverknoww4
Fuckinghatemyself :
OH I THOUGHT IT WAS HOT NOT COLD
2025-05-28 21:23:54
37632
toxiczhazzard
Avery👻 :
we are animals tho💔 but I get what u ment
2025-10-21 23:40:33
0
zaknicholsonx
ℤ𝕒𝕜 🏴󠁧󠁢󠁳󠁣󠁴󠁿 :
Just get a tattoo
2025-04-27 10:52:48
18807
raegan.wray
Raegan Wray :
Wait did you just say hyperpigmentation?
2025-06-15 01:49:55
5012
h4l900
angelaa <3 :
WHY IS SHE BEING BRANDED..
2025-08-13 21:24:14
1266
blake.hanley6
Blake :
So hot branding?
2025-04-28 02:24:52
2192
yssszz3
Tracy ^ - ^ :
U know in ancient time it was supposed to be a punishment 😭
2025-04-28 03:39:21
21316
allitrot.tortilla
allitrot.tortilla :
h-hyperpigmentation…
2025-08-25 11:01:49
209
garrett_garretts
Caleb :
I am an animal tho
2025-08-30 16:27:36
0
nothing.actually.matters
it's a flying rock :
Why do people do anything but admit they want a tattoo?
2025-04-27 08:32:01
9827
sma.lex
♱ Lex ♱ :
Yall tweakin bout the branding but its family thing half the time n they way better than tats
2025-06-01 23:56:19
539
sam.turner2
sam.turner2 :
Fun police over here 🤦
2025-09-26 00:52:36
44
ilovehellokitty843
✨💍🪼🤍BŁŪÈBÈŘŘÝ🤍🪼✨💍 :
OW MAMA THAT BURN
2025-07-05 23:04:39
42
the_ninja_turtle43
ninja_turtle43 :
You could just get a tattoo lol
2025-08-08 00:58:33
121
asher8552
asher8552 :
cold branding hurts way less I got hot branded and I will tell you right now don't do it you have massive 3rd degree Burns and it's really bad
2025-09-03 21:46:37
228
soli.panelle
Soli Panelle :
2025-06-05 11:04:38
522
user283903727
Fiona :
I thought that was a totally different symbol at the start 😭😭
2025-04-26 17:51:41
1338
mckarash
N 🇬🇧 🏴‍☠️ :
it hurts like a mutha later
2025-04-27 07:14:00
645
emmaaa2238.2
Emma :
why do people care she wanted that?
2025-04-27 13:38:25
246
ash.edt
ash_ed :
People wake up and think I should ruin my life
2025-04-26 14:03:45
2662
seals.are.peak
Iris!🐾🦭 :
Hyperpigmentation u say..? Heh😼
2025-06-05 02:26:56
22
anaa_veraaa
Ana :
Is that hyperpigmentation?!!!?
2025-06-02 00:06:12
35
kylev647
kyle_iamtired :
It's way safer than hot branding though
2025-08-27 08:52:02
2
To see more videos from user @footdocdana, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV | Kamu selalu jadi nomor dua, bukan karena kamu gak cukup pintar. Tapi karena satu nama sialan yang selalu berdiri tepat di atasmu: Lee Heeseung. Dia suka senyum sinis tiap kali pengumuman juara semester diumumkan, seakan dia tahu kamu akan kecewa. Suka banget duduk di kursi belakangmu cuma buat bisik-bisik ngeledek: “Aku udah selesai duluan, kamu udah sampai halaman berapa?”kata Heeseung, nyengir tanpa merasa bersalah. Kamu benci dia, tapi kamu juga sadar… kamu terlalu sering memperhatikan dia. Dan itu membuatmu lebih kesal pada dirimu sendiri. Semester baru datang dengan kejutan: kamu dan Heeseung dipasangkan untuk lomba debat nasional. Kamu nyaris protes tapi dosen pembimbing hanya tersenyum enteng “Dua otak terbaik di kelas, masa iya nggak bisa kerja sama?” Ternyata bisa tapi bukan tanpa perang. Kalian debat bahkan di luar sesi latihan. Dari struktur argumen, sampai… font presentasi. “Aku bilang pakai font serif biar lebih profesional,” katamu sambil menghela napas, berusaha sabar. “Serius? Kamu tuh mikirin tampilan doang,” balas Heeseung, mengangkat alis. “Dan kamu cuma peduli isi. Gak bisa balance dikit?” “Kamu yang terlalu keras kepala.” “Kamu yang terlalu—” kamu berhenti, menghela napas kesal. “Nggak penting. Lakukan sesukamu.” Dosen kalian sampai geleng-geleng kepala. “Kalian ini debat beneran atau pacaran sambil nyamar?” celetuknya sambil berlalu. Kamu dan Heeseung langsung diam. Tapi kamu bisa ngerasa jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya. Semakin sering kalian latihan, semakin kamu menyadari Heeseung nggak sejahat itu. Dia memang suka nyinyir, tapi dia juga yang paling perhatian waktu kamu demam. Dia yang pertama datang ke rumahmu bawa vitamin dan buku cetak, padahal kalian baru aja berdebat dua jam lalu. “Kamu gak usah sok kaget. Aku cuma gak mau kamu mati sebelum kita menang,” katanya, duduk di sofa rumahmu sambil nyodorin teh hangat. “Bisa gak kamu sekali aja gak nyebelin?” balasmu sambil nerima teh itu juga. Dia cuma ketawa tapi malam itu, untuk pertama kalinya, kamu mikir… mungkin aku nggak sebenci itu sama dia. Malam sebelum lomba, kalian latihan sampai larut di kelas, lampu ruang udah remang sisa cahaya hanya datang dari laptop kalian. Dan mendadak—listrik padam. Kamu panik, berdiri terlalu cepat, hampir terjatuh. Tapi tangan seseorang lebih cepat menahanmu. “Tenang. Aku di sini.” suara Heeseung, pelan di dekat telingamu. Kamu membeku. Jantungmu kayak ribut sendiri. “Heeseung…” bisikmu nyaris tak terdengar. “Gak apa-apa, jangan takut,” ucapnya lagi, tangannya masih di pundakmu. Beberapa detik berlalu. Degup kalian terasa seirama. Listrik menyala kembali. Tapi kalian nggak langsung menjauh. Hari perlombaan datang kalian menang. Dan di tengah kerumunan yang ramai, sorak-sorai penonton, kamu lihat satu wajah yang diam tapi matanya hanya nyari satu orang. Heeseung melangkah ke arahmu, pelan, tenang, dan berhenti tepat di depanmu. Matanya tajam tapi lembut. “Sekarang aku tahu rasanya jadi nomor dua,” katanya tiba-tiba. Kamu mengerutkan kening. “Kamu ngomong apa sih…” “Soalnya kamu yang menangin hati aku duluan.” Deg. Tapi waktu dia meraih tanganmu dan menggenggamnya perlahan, kamu tahu… kamu udah jatuh. Tapi kalian bukan pasangan sempurna. Pernah suatu kali kamu lupa datang ke acara syukuran kecil yang dia adakan diam-diam buat merayakan kemenangan kalian. Kamu terlalu sibuk mengejar deadline beasiswa. Waktu kamu sampai, semua sudah bubar. Hanya ada dia duduk sendiri di meja paling pojok kafe. “Heeseung…” Dia tidak menjawab. Kamu duduk di seberangnya, suara hati kamu sudah penuh rasa bersalah. “Aku salah. Aku… aku nggak ngabarin.” katamu, pelan. Dia masih diam beberapa detik, lalu berkata tanpa menatapmu: “Aku gak marah karena kamu sibuk. Aku marah karena aku nunggu orang yang mungkin bahkan gak inget aku.” Kamu terdiam. Gak tahu harus jawab apa. Tapi kamu meraih tangannya. Dan dia membiarkannya tetap di sana. Kamu tahu dia kecewa, tapi kamu juga tahu… dia masih bertahan. (Extra in coment) #pov #heeseung #leeheeseung  #enhypenedit #enhypen #fyp
POV | Kamu selalu jadi nomor dua, bukan karena kamu gak cukup pintar. Tapi karena satu nama sialan yang selalu berdiri tepat di atasmu: Lee Heeseung. Dia suka senyum sinis tiap kali pengumuman juara semester diumumkan, seakan dia tahu kamu akan kecewa. Suka banget duduk di kursi belakangmu cuma buat bisik-bisik ngeledek: “Aku udah selesai duluan, kamu udah sampai halaman berapa?”kata Heeseung, nyengir tanpa merasa bersalah. Kamu benci dia, tapi kamu juga sadar… kamu terlalu sering memperhatikan dia. Dan itu membuatmu lebih kesal pada dirimu sendiri. Semester baru datang dengan kejutan: kamu dan Heeseung dipasangkan untuk lomba debat nasional. Kamu nyaris protes tapi dosen pembimbing hanya tersenyum enteng “Dua otak terbaik di kelas, masa iya nggak bisa kerja sama?” Ternyata bisa tapi bukan tanpa perang. Kalian debat bahkan di luar sesi latihan. Dari struktur argumen, sampai… font presentasi. “Aku bilang pakai font serif biar lebih profesional,” katamu sambil menghela napas, berusaha sabar. “Serius? Kamu tuh mikirin tampilan doang,” balas Heeseung, mengangkat alis. “Dan kamu cuma peduli isi. Gak bisa balance dikit?” “Kamu yang terlalu keras kepala.” “Kamu yang terlalu—” kamu berhenti, menghela napas kesal. “Nggak penting. Lakukan sesukamu.” Dosen kalian sampai geleng-geleng kepala. “Kalian ini debat beneran atau pacaran sambil nyamar?” celetuknya sambil berlalu. Kamu dan Heeseung langsung diam. Tapi kamu bisa ngerasa jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya. Semakin sering kalian latihan, semakin kamu menyadari Heeseung nggak sejahat itu. Dia memang suka nyinyir, tapi dia juga yang paling perhatian waktu kamu demam. Dia yang pertama datang ke rumahmu bawa vitamin dan buku cetak, padahal kalian baru aja berdebat dua jam lalu. “Kamu gak usah sok kaget. Aku cuma gak mau kamu mati sebelum kita menang,” katanya, duduk di sofa rumahmu sambil nyodorin teh hangat. “Bisa gak kamu sekali aja gak nyebelin?” balasmu sambil nerima teh itu juga. Dia cuma ketawa tapi malam itu, untuk pertama kalinya, kamu mikir… mungkin aku nggak sebenci itu sama dia. Malam sebelum lomba, kalian latihan sampai larut di kelas, lampu ruang udah remang sisa cahaya hanya datang dari laptop kalian. Dan mendadak—listrik padam. Kamu panik, berdiri terlalu cepat, hampir terjatuh. Tapi tangan seseorang lebih cepat menahanmu. “Tenang. Aku di sini.” suara Heeseung, pelan di dekat telingamu. Kamu membeku. Jantungmu kayak ribut sendiri. “Heeseung…” bisikmu nyaris tak terdengar. “Gak apa-apa, jangan takut,” ucapnya lagi, tangannya masih di pundakmu. Beberapa detik berlalu. Degup kalian terasa seirama. Listrik menyala kembali. Tapi kalian nggak langsung menjauh. Hari perlombaan datang kalian menang. Dan di tengah kerumunan yang ramai, sorak-sorai penonton, kamu lihat satu wajah yang diam tapi matanya hanya nyari satu orang. Heeseung melangkah ke arahmu, pelan, tenang, dan berhenti tepat di depanmu. Matanya tajam tapi lembut. “Sekarang aku tahu rasanya jadi nomor dua,” katanya tiba-tiba. Kamu mengerutkan kening. “Kamu ngomong apa sih…” “Soalnya kamu yang menangin hati aku duluan.” Deg. Tapi waktu dia meraih tanganmu dan menggenggamnya perlahan, kamu tahu… kamu udah jatuh. Tapi kalian bukan pasangan sempurna. Pernah suatu kali kamu lupa datang ke acara syukuran kecil yang dia adakan diam-diam buat merayakan kemenangan kalian. Kamu terlalu sibuk mengejar deadline beasiswa. Waktu kamu sampai, semua sudah bubar. Hanya ada dia duduk sendiri di meja paling pojok kafe. “Heeseung…” Dia tidak menjawab. Kamu duduk di seberangnya, suara hati kamu sudah penuh rasa bersalah. “Aku salah. Aku… aku nggak ngabarin.” katamu, pelan. Dia masih diam beberapa detik, lalu berkata tanpa menatapmu: “Aku gak marah karena kamu sibuk. Aku marah karena aku nunggu orang yang mungkin bahkan gak inget aku.” Kamu terdiam. Gak tahu harus jawab apa. Tapi kamu meraih tangannya. Dan dia membiarkannya tetap di sana. Kamu tahu dia kecewa, tapi kamu juga tahu… dia masih bertahan. (Extra in coment) #pov #heeseung #leeheeseung #enhypenedit #enhypen #fyp

About