@chelsyfebrianty: 🧏🏻‍♀️🧏🏻‍♀️ #fypシ #fyp #xyzbca #4u

˚ ᡣ𐭩
˚ ᡣ𐭩
Open In TikTok:
Region: ID
Friday 02 May 2025 04:14:18 GMT
14279
1168
6
24

Music

Download

Comments

apasikallllll
𝖘𝖆𝖙𝖔𝖗𝖚 :
nama filter nya apa ceci yg kaya vibes 90 an?
2025-05-02 04:54:58
0
pretty_yasmin
minzyy🕸️🕷️ :
LUCUUUUUUU PLISSS LIATTTTTT NYAAA SEMUA NYA KAYA BIDADARI😵‍💫😵🤍😖
2025-05-07 10:44:43
0
c1ggrt
ë :
🤭
2025-11-16 09:00:58
0
ptrialiap
d'putri :
😫
2025-09-23 08:59:00
0
To see more videos from user @chelsyfebrianty, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

DARURAT NARASI DI ACEH  Di Aceh, setiap masalah publik kini punya jawaban tunggal: Merdeka !. Mau itu banjir di kota, jalan berlubang, atau kasus korupsi Dana Otonomi Khusus (DOKA), komentar netizen di TikTok hampir selalu sama: “Kalau begini, lebih baik merdeka saja dari NKRI.” Fenomena ini bukan sekadar nostalgia sejarah atau romantisme
DARURAT NARASI DI ACEH Di Aceh, setiap masalah publik kini punya jawaban tunggal: Merdeka !. Mau itu banjir di kota, jalan berlubang, atau kasus korupsi Dana Otonomi Khusus (DOKA), komentar netizen di TikTok hampir selalu sama: “Kalau begini, lebih baik merdeka saja dari NKRI.” Fenomena ini bukan sekadar nostalgia sejarah atau romantisme "kepahlawanan" masa konflik. Ia adalah tanda bahaya. Perdamaian yang dulu dipuji dunia kini melahirkan frustrasi kolektif yang tumpah ke ruang digital. Mengapa narasi Merdeka begitu dominan? Jawabannya ada pada algoritma TikTok. Platform ini bukan hanya panggung, tapi mesin penguat emosi. Konten yang marah, kecewa, atau penuh satire lebih mudah viral ketimbang penjelasan teknis soal anggaran. Menyuarakan reformasi birokrasi butuh data dan waktu. Mengucapkan “Merdeka” cukup satu kalimat, musik latar, dan caption pedas langsung bisa tembus puluhan ribu penonton. Tak heran, video separatis sering melesat ke FYP sementara konten edukasi berhenti di angka ratusan views. “Merdeka” berfungsi sebagai jalan pintas semantik. Ia mengkompresi semua keluhan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur bobrok ke dalam satu diagnosis sederhana: kegagalan NKRI. Akar konflik Aceh sejak dulu adalah ketidakadilan ekonomi. Karena itu, pasca-Helsinki, pemerintah menjanjikan keistimewaan lewat Dana Otonomi Khusus (DOKA). Harapannya jelas: perdamaian harus melahirkan kesejahteraan. Faktanya, DOKA justru jadi ironi. Puncaknya, dana Rp8,3 triliun digelontorkan pada 2019. Tapi dalam sepuluh tahun, angka kemiskinan hanya turun tipis dari 17,7% ke 14,7%. Dengan kucuran sebesar itu, pencapaian ini terasa nyaris stagnan. Yang lebih menyakitkan, publik tahu betul dana tersebut banyak bocor ke sektor belanja formalitas pemerintahan, bukan lagi rumor, ia jadi bukti penghamburan. Bagi generasi muda Aceh, ini mengonfirmasi keyakinan lama: Jakarta dan elit lokal sama saja, rakyat tetap menderita. --- Generasi Pasca-Konflik dan Trauma Warisan Netizen Aceh di TikTok adalah generasi yang lahir atau tumbuh setelah perang berakhir. Mereka tidak merasakan peluru, tapi mewarisi trauma kolektif. Bedanya, kini warisan itu ditambah bukti digital: video jalan rusak, berita korupsi, potongan wawancara pejabat. Setiap unggahan viral berfungsi seperti catatan sejarah instan. Ia mentransfer keluhan dari generasi konflik ke generasi damai. Ketika masalah tak pernah selesai, tuntutan “bersih total” jadi wajar. Dan di mata mereka, Merdeka adalah solusi pembersihan instan—putus hubungan dengan birokrasi dan elit korup. Ultimatum yang Tak Bisa Dibungkam Pertanyaannya: apa yang bisa dilakukan negara? Jawabannya bukan sensor, apalagi stigmatisasi. Justru yang paling penting adalah akuntabilitas radikal. Pertama, tuntaskan keberpihakan pada Pengawasan DOKA. Negara harus berani membuktikan bahwa hukum bisa menghukum para pengkhianat perdamaian. Kedua, bentuk Pengawas Otsus dan buka transparansi digital. Biarkan rakyat bisa mengawasi kemana setiap rupiah DOKA mengalir. Ketiga, hadirkan kontra-narasi yang jujur: akui kegagalan, tapi tunjukkan bahwa jalan reformasi masih ada. Narasi “Merdeka” akan terus jadi default selama Otsus gagal menjawab kebutuhan dasar rakyat. Jika negara ingin menyalakan kembali harapan, jalan satu-satunya adalah membuktikan bahwa otonomi bisa berhasil bersih, adil, dan berpihak pada rakyat. Kalau tidak, TikTok bukan sekadar hiburan. Ia bisa berubah menjadi panggung referendum digital yang mendahului realitas politik. #merdeka #generasimudaaceh #aceh #indonesia🇮🇩

About