@oriii942:

oriii94
oriii94
Open In TikTok:
Region: VE
Thursday 15 May 2025 00:10:55 GMT
12308
1372
45
18

Music

Download

Comments

escobarwww.3
escobarwww.3 :
princesa 👸 hermosa 😍
2025-05-15 07:37:59
2
adrianck
user519673588462 :
sabroso 🥵
2025-05-15 05:47:58
1
rainaldojosediazpoleo0.r
[email protected] :
que hermosa y bella mujer 😍😍😍
2025-06-07 09:08:36
0
yonaikerarias08
yonaiker :
linda❤️🌹
2025-05-18 01:19:49
1
starlord594
Star Lord :
si k riko
2025-05-15 01:30:39
1
user87261684722484
angelbolivar :
Hola Buenas noches hermosa
2025-05-15 02:33:05
1
ronyestivengarcia
Rony estiven Garcia :
❤️
2025-05-15 19:20:42
1
damian35690
Damián :
💘💘💘
2025-05-15 19:03:54
1
jose85703
Jose Muñoz :
2025-05-15 18:33:16
1
frankyyosne
princess❤️ :
❤️
2025-05-15 12:29:54
1
frankyyosne
princess❤️ :
🥰
2025-05-15 12:29:52
1
frankyyosne
princess❤️ :
🥰
2025-05-15 12:29:50
1
frankyyosne
princess❤️ :
❤️
2025-05-15 12:29:51
1
frankyyosne
princess❤️ :
❤️
2025-05-15 12:29:49
1
frankyyosne
princess❤️ :
🥰
2025-05-15 12:29:48
1
sergio.2408
Sergio_2408 :
😁😁😁
2025-05-15 03:17:10
1
user87261684722484
angelbolivar :
🥰🥰
2025-05-15 02:16:18
1
user4803145143687
nairon Peñaloza :
👿👿
2025-05-15 01:54:09
1
carlos.javier1290m
Carlos Javier .... Abraham :
🥰🥰🥰🥰
2025-07-22 01:37:05
0
alejandrocontrer413
Alejandro Contreras :
🥰🥰🥰
2025-07-06 17:46:12
0
alejandrocontrer413
Alejandro Contreras :
🥰🥰🥰
2025-07-06 17:46:08
0
edwin.jose.romero
Edwin jose Romero coraspe :
🥰🥰🥰
2025-06-28 12:32:59
0
jorge.f.mendoza
el de jalisco 🇲🇽🇲🇽🥵 :
🥰
2025-06-08 03:57:50
0
jose.tico8
Jose tico :
🥰🥰☺️☺️😜😜😁
2025-06-08 01:18:07
0
joseparedes7811
cheo :
🥰
2025-05-28 01:57:10
0
To see more videos from user @oriii942, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pernikahan bukan hanya tentang ijab kabul dan lembaran surat nikah. Ia adalah gerbang menuju kehidupan baru, yang jauh berbeda dari bayangan saat pacaran atau masa pendekatan. Menikah itu bukan soal seberapa sering kita saling mencintai, tapi seberapa kuat kita memilih tetap tinggal ketika cinta diuji oleh waktu, keadaan, dan perubahan. Banyak orang berpikir menikah itu mudah. Tinggal bersama, punya anak, lalu bahagia. Tapi kenyataannya, pernikahan menguras tenaga, pikiran, emosi, dan jiwa. Ia menuntut kita untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Bahkan seringkali kita harus mengalah bukan karena kalah, tapi demi menjaga rumah tangga tetap utuh. Bagi suami yang benar-benar siap, pernikahan bukan tempat menuntut istri tunduk. Ia tahu bahwa pernikahan adalah amanah besar. Ia belajar bersikap adil, bukan hanya dalam materi, tapi juga perhatian, waktu, dan rasa hormat. Ia tidak menempatkan diri di atas istri, melainkan berdiri sejajar, saling menopang, memahami, dan melengkapi. Istri pun yang sadar bahwa pernikahan bukan ajang membuktikan siapa lebih hebat. Menghormati suami bukan berarti merendahkan diri, tapi kebijaksanaan menjaga ketenangan rumah. Ia memilih bicara baik-baik, meminta izin, dan menyampaikan hal penting dengan cara bijak. Bukan karena takut, tapi karena tahu keluarga dibangun lewat komunikasi, bukan asumsi. Namun, banyak pasangan masuk ke pernikahan tanpa persiapan mental dan pengetahuan yang cukup. Mereka siap menikah, tapi belum tentu siap menjadi suami atau istri. Padahal, kehidupan setelah menikah sangat kompleks: mengatur keuangan bersama, menghadapi tekanan keluarga besar, mengurus anak, hingga menerima bahwa pasangan kita juga manusia biasa penuh kekurangan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka perceraian meningkat tiap tahun, sebagian besar karena pertengkaran dan ketidakharmonisan. Ini bukti bahwa cinta saja tak cukup. Diperlukan ilmu, kedewasaan, dan keteguhan hati untuk bertahan. Menikah adalah ibadah terpanjang dan paling banyak tantangannya. Tapi di situlah kemuliaannya. Pernikahan melatih kita sabar, jujur, bertanggung jawab, dan tak egois. Ia bukan sekadar hidup bersama, tapi tumbuh bersama. Bukan tempat mencari bahagia saja, tapi juga tempat belajar menjadi pribadi lebih baik. Di dalamnya, kita akan bertemu dengan perbedaan karakter yang nyata. Setiap individu membawa kepribadian, kebiasaan, dan cara pandang yang berbeda, bahkan kadang bertolak belakang. Inilah ujian sesungguhnya: belajar menerima tanpa terprovokasi. Jangan biarkan pengaruh luar atau emosi negatif mengendalikan diri. Kekuatan pernikahan terletak pada kemampuan menjaga pintu hati tertutup rapat dari gangguan luar, dan membukanya hanya untuk saling menguatkan dari dalam. Akan ada hari-hari penuh air mata, saat kita merasa berjalan sendiri. Namun di saat itulah pernikahan mengajarkan makna perjuangan sesungguhnya. Cinta bertahan bukan karena segalanya indah, melainkan karena keduanya memilih untuk saling menggenggam meski tangan mulai lelah. Pada akhirnya, menikah bukan jalan pintas menuju bahagia, tapi perjalanan panjang menuju kedewasaan. Jika hanya ingin enaknya saja, lebih baik jangan menikah. Namun jika siap menempuh perjalanan panjang penuh pelajaran, luka, pelukan, air mata, dan harapan, maka menikahlah. Karena di sanalah jiwa ditempa, cinta diuji, dan hidup menemukan makna sesungguhnya.
Pernikahan bukan hanya tentang ijab kabul dan lembaran surat nikah. Ia adalah gerbang menuju kehidupan baru, yang jauh berbeda dari bayangan saat pacaran atau masa pendekatan. Menikah itu bukan soal seberapa sering kita saling mencintai, tapi seberapa kuat kita memilih tetap tinggal ketika cinta diuji oleh waktu, keadaan, dan perubahan. Banyak orang berpikir menikah itu mudah. Tinggal bersama, punya anak, lalu bahagia. Tapi kenyataannya, pernikahan menguras tenaga, pikiran, emosi, dan jiwa. Ia menuntut kita untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Bahkan seringkali kita harus mengalah bukan karena kalah, tapi demi menjaga rumah tangga tetap utuh. Bagi suami yang benar-benar siap, pernikahan bukan tempat menuntut istri tunduk. Ia tahu bahwa pernikahan adalah amanah besar. Ia belajar bersikap adil, bukan hanya dalam materi, tapi juga perhatian, waktu, dan rasa hormat. Ia tidak menempatkan diri di atas istri, melainkan berdiri sejajar, saling menopang, memahami, dan melengkapi. Istri pun yang sadar bahwa pernikahan bukan ajang membuktikan siapa lebih hebat. Menghormati suami bukan berarti merendahkan diri, tapi kebijaksanaan menjaga ketenangan rumah. Ia memilih bicara baik-baik, meminta izin, dan menyampaikan hal penting dengan cara bijak. Bukan karena takut, tapi karena tahu keluarga dibangun lewat komunikasi, bukan asumsi. Namun, banyak pasangan masuk ke pernikahan tanpa persiapan mental dan pengetahuan yang cukup. Mereka siap menikah, tapi belum tentu siap menjadi suami atau istri. Padahal, kehidupan setelah menikah sangat kompleks: mengatur keuangan bersama, menghadapi tekanan keluarga besar, mengurus anak, hingga menerima bahwa pasangan kita juga manusia biasa penuh kekurangan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan angka perceraian meningkat tiap tahun, sebagian besar karena pertengkaran dan ketidakharmonisan. Ini bukti bahwa cinta saja tak cukup. Diperlukan ilmu, kedewasaan, dan keteguhan hati untuk bertahan. Menikah adalah ibadah terpanjang dan paling banyak tantangannya. Tapi di situlah kemuliaannya. Pernikahan melatih kita sabar, jujur, bertanggung jawab, dan tak egois. Ia bukan sekadar hidup bersama, tapi tumbuh bersama. Bukan tempat mencari bahagia saja, tapi juga tempat belajar menjadi pribadi lebih baik. Di dalamnya, kita akan bertemu dengan perbedaan karakter yang nyata. Setiap individu membawa kepribadian, kebiasaan, dan cara pandang yang berbeda, bahkan kadang bertolak belakang. Inilah ujian sesungguhnya: belajar menerima tanpa terprovokasi. Jangan biarkan pengaruh luar atau emosi negatif mengendalikan diri. Kekuatan pernikahan terletak pada kemampuan menjaga pintu hati tertutup rapat dari gangguan luar, dan membukanya hanya untuk saling menguatkan dari dalam. Akan ada hari-hari penuh air mata, saat kita merasa berjalan sendiri. Namun di saat itulah pernikahan mengajarkan makna perjuangan sesungguhnya. Cinta bertahan bukan karena segalanya indah, melainkan karena keduanya memilih untuk saling menggenggam meski tangan mulai lelah. Pada akhirnya, menikah bukan jalan pintas menuju bahagia, tapi perjalanan panjang menuju kedewasaan. Jika hanya ingin enaknya saja, lebih baik jangan menikah. Namun jika siap menempuh perjalanan panjang penuh pelajaran, luka, pelukan, air mata, dan harapan, maka menikahlah. Karena di sanalah jiwa ditempa, cinta diuji, dan hidup menemukan makna sesungguhnya.

About