@ahormozi: There’s 3 options for starting a business.

Alex Hormozi
Alex Hormozi
Open In TikTok:
Region: US
Monday 19 May 2025 15:55:38 GMT
112049
8175
84
589

Music

Download

Comments

guccio08
Guccio08 :
4th: create a problem so you can sell the solution.
2025-05-19 18:03:07
95
michellenguyenteobgpor
Michelle.Nguyen :
You won’t understand until you read Money Behind Red Door by Cole Harrison. It’s a MUST-read. It will change your life.
2025-05-20 18:18:38
280
brandbosshq
BrandBossHQ :
Bottom line is you have to solve a problem.
2025-05-22 13:39:26
1
sandrapwhitebfgw
Carly :
Solving a known problem with a groundbreaking solution sounds like the dream, but nailing execution is where the real magic happens.
2025-05-19 16:00:03
67
sotipanky10
Sotipanky :
Solving a problem efficiently will change your business growth entirely
2025-05-19 21:01:42
0
muhsar_nabsir
Muhsarnabsir :
sure.
2025-05-19 15:59:51
0
smbdealguy
SMBDealGuy (Patrick OConnell) :
Pick your lane: easy money, big risk, or big money, wild risk.
2025-05-20 19:21:49
1
jessicakellerpdqcgovh
Jessica.Keller :
Just trust me, Money Behind Red Door by Cole Harrison is the book you NEED right now. It changed my life.
2025-05-20 18:18:38
1
To see more videos from user @ahormozi, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Mungkin pada akhirnya, memang bukan dunia yang paling jahat padaku. Bukan cinta, bukan takdir, bukan dia, bukan mereka. Tapi aku. Aku yang tahu, tapi tetap tinggal. Aku yang sadar, tapi memilih percaya. Aku yang gemetar, tapi memaksa tetap mencinta. Aku, tangan yang menulis semua skenario pahit ini, tangan yang membuka pintu bagi luka-luka yang kupeluk sendiri dengan paksa. Aku pernah percaya bahwa diam adalah bentuk cinta paling dalam. Bahwa bertahan adalah bentuk kesetiaan yang paling mulia. Tapi nyatanya, diam hanya membuatku dikubur hidup-hidup, dan bertahan hanya menjadikanku boneka yang dibiarkan rusak sedikit demi sedikit. Tidak ada yang memaksaku, tidak ada yang menjeratku. Aku yang memilih menggenggam pisau itu dan menusukkannya pelan-pelan ke dalam dadaku sendiri, berharap ia berubah jadi bunga, padahal sejak awal ia adalah racun. Dulu, aku terlalu sering menyalahkan dunia. Tapi malam-malam terakhir ini, saat aku sendirian di kamar dengan tubuh gemetar dan mata yang tak bisa tidur, aku sadar: mungkin dunia tidak benar-benar kejam. Mungkin aku saja yang terlalu bodoh untuk menyelamatkan diriku sendiri. Aku tahu rasanya dilukai. Tapi lebih perih lagi ketika tahu bahwa akulah yang mengizinkan semua itu terjadi. Aku ingin memaafkan, tapi yang harus dimaafkan bukan dia. Tapi aku. Aku yang terlalu memaklumi. Aku yang terlalu sabar. Aku yang bahkan saat ditikam berkali-kali, masih menyiapkan perban buat dia. Dan sekarang, ketika semuanya hancur, ketika tubuhku dingin dan jiwaku kehilangan arah, tidak ada lagi yang bisa kupersalahkan selain diriku sendiri. Jadi jika suatu hari aku terlihat kuat, percayalah itu bukan karena aku sembuh. Tapi karena aku sudah berhenti berharap ada yang datang menyelamatkanku dari neraka yang kubakar dengan tanganku sendiri. — Nara #nara #narameraki #tulisannara
Mungkin pada akhirnya, memang bukan dunia yang paling jahat padaku. Bukan cinta, bukan takdir, bukan dia, bukan mereka. Tapi aku. Aku yang tahu, tapi tetap tinggal. Aku yang sadar, tapi memilih percaya. Aku yang gemetar, tapi memaksa tetap mencinta. Aku, tangan yang menulis semua skenario pahit ini, tangan yang membuka pintu bagi luka-luka yang kupeluk sendiri dengan paksa. Aku pernah percaya bahwa diam adalah bentuk cinta paling dalam. Bahwa bertahan adalah bentuk kesetiaan yang paling mulia. Tapi nyatanya, diam hanya membuatku dikubur hidup-hidup, dan bertahan hanya menjadikanku boneka yang dibiarkan rusak sedikit demi sedikit. Tidak ada yang memaksaku, tidak ada yang menjeratku. Aku yang memilih menggenggam pisau itu dan menusukkannya pelan-pelan ke dalam dadaku sendiri, berharap ia berubah jadi bunga, padahal sejak awal ia adalah racun. Dulu, aku terlalu sering menyalahkan dunia. Tapi malam-malam terakhir ini, saat aku sendirian di kamar dengan tubuh gemetar dan mata yang tak bisa tidur, aku sadar: mungkin dunia tidak benar-benar kejam. Mungkin aku saja yang terlalu bodoh untuk menyelamatkan diriku sendiri. Aku tahu rasanya dilukai. Tapi lebih perih lagi ketika tahu bahwa akulah yang mengizinkan semua itu terjadi. Aku ingin memaafkan, tapi yang harus dimaafkan bukan dia. Tapi aku. Aku yang terlalu memaklumi. Aku yang terlalu sabar. Aku yang bahkan saat ditikam berkali-kali, masih menyiapkan perban buat dia. Dan sekarang, ketika semuanya hancur, ketika tubuhku dingin dan jiwaku kehilangan arah, tidak ada lagi yang bisa kupersalahkan selain diriku sendiri. Jadi jika suatu hari aku terlihat kuat, percayalah itu bukan karena aku sembuh. Tapi karena aku sudah berhenti berharap ada yang datang menyelamatkanku dari neraka yang kubakar dengan tanganku sendiri. — Nara #nara #narameraki #tulisannara

About