@ammiay: bye bye jerawat #micellarwaterglad2glow #acnemicellarwater

amiii
amiii
Open In TikTok:
Region: ID
Wednesday 21 May 2025 09:58:16 GMT
4395
28
1
12

Music

Download

Comments

alnbutuo
alnbutuo :
🤣
2025-05-25 17:57:36
0
To see more videos from user @ammiay, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Sejak usia tiga tahun, kamu dan Sunghoon tak terpisahkan. Lima belas tahun bersahabat, tumbuh bersama, bermain, tertawa, bahkan menangis dalam dekapan keluarga yang sama. Rumah Sunghoon menjadi rumah keduamu. Kamu sering dirawat ibunya jika orangtuamu bekerja. Bahkan, kamu ikut liburan ke rumah neneknya, makan malam bersama, dan berbagi cerita di meja makan keluarga mereka. Bagi ayah dan ibu Sunghoon, kamu bukan sekadar anak teman mereka—kamu adalah anak sendiri. Persahabatan kalian bertahan hingga SMA. Sunghoon tumbuh menjadi remaja pendiam, pintar, dan jago melukis. Dia bisa menggambar apapun—pegunungan, langit, wajah selebriti. Tapi dari semua pilihan, lukisan pertama yang ingin ia selesaikan adalah wajahmu.
Sejak usia tiga tahun, kamu dan Sunghoon tak terpisahkan. Lima belas tahun bersahabat, tumbuh bersama, bermain, tertawa, bahkan menangis dalam dekapan keluarga yang sama. Rumah Sunghoon menjadi rumah keduamu. Kamu sering dirawat ibunya jika orangtuamu bekerja. Bahkan, kamu ikut liburan ke rumah neneknya, makan malam bersama, dan berbagi cerita di meja makan keluarga mereka. Bagi ayah dan ibu Sunghoon, kamu bukan sekadar anak teman mereka—kamu adalah anak sendiri. Persahabatan kalian bertahan hingga SMA. Sunghoon tumbuh menjadi remaja pendiam, pintar, dan jago melukis. Dia bisa menggambar apapun—pegunungan, langit, wajah selebriti. Tapi dari semua pilihan, lukisan pertama yang ingin ia selesaikan adalah wajahmu. "Aku nggak mau gambar siapapun dulu," ucapnya sambil memandangi sketsa wajahmu di buku gambar. "Kalau bukan kamu, ya mending nggak usah." Kamu hanya tertawa. Bagimu, Sunghoon adalah saudara. Orang yang tumbuh bersamamu, tahu segalanya tentangmu—termasuk betapa cerobohnya kamu, dan betapa keras kepalamu. Dia selalu membantumu. Saat kamu kesulitan PR, saat kamu hampir dihukum karena tidak membawa tugas, Sunghoon berdiri paling depan. Membela. Menyusulmu diam-diam ke ruang BK hanya untuk memastikan kamu baik-baik saja. Tapi kamu tak pernah tahu, di balik tatapan teduhnya, ada perasaan yang disimpan terlalu lama. Sunghoon jatuh cinta. Dan semuanya mulai berubah ketika sahabat perempuanmu, yang tak tahu diri, menyatakan cinta kepada Sunghoon. "Aku suka kamu, Sunghoon..." katanya di atap sekolah, berharap langit ikut mengamininya. Tapi Sunghoon hanya diam. "Menurutku... mending fokus belajar dulu." Tapi dia tahu. Bohong. Sunghoon bukan menolak karena belajar—Sunghoon menolak karena menunggumu. Sejak saat itu, sahabatmu berubah. Ia mulai menjauhimu, menyebar gosip, dan diam-diam menghasut teman-teman lain untuk menghindarimu. Kamu tidak tahu kenapa. Tidak mengerti. Tapi kamu merasakannya. Dan satu-satunya yang tetap berdiri di sisimu… hanya Sunghoon. Saat kamu dijatuhkan, ditertawakan karena kesalahan kecil, Sunghoon muncul, berdiri tegap. "Hentikan. Sekali lagi kalian ganggu dia, aku nggak bakal diam." Matanya tajam. Rahangnya mengeras. Sahabatmu yang kini menjadi musuhmu… merasa hancur. Bukan karena ditolak, tapi karena Sunghoon memilih kamu. Beberapa hari sebelum kelulusan, kamu membawa kabar buruk. Di bawah pohon tempat kalian biasa duduk, kamu menyelipkan suara yang nyaris tak terdengar. "Aku harus pergi." Sunghoon menoleh. "Ayahku dipindah tugaskan. Kita pindah kota." Detik itu, senyum Sunghoon padam. Matanya menatap tanah. Hening mengisi ruang di antara kalian. Hari kelulusan datang. Sebelum pulang, kamu menyelipkan surat kecil di dalam tas Sunghoon. Sebuah surat yang kamu tulis semalaman dengan tangan gemetar. Dan ketika dia hendak pulang, kertas itu terjatuh. Ia membacanya. “Sunghoon… aku suka kamu. Maaf kalau perasaan ini merusak persahabatan kita. Tapi aku tak mau pergi tanpa jujur. Aku hanya ingin kamu tahu…” Sunghoon tersenyum kecil. Tangannya gemetar menggenggam kertas itu. Dia telah menunggu ini—sejak lama. Selama kamu sibuk berkemas, Sunghoon datang berkali-kali ke rumah. Tapi kamu selalu menghindar, sembunyi, pura-pura tidur. Kamu malu. Kamu takut. Tapi dia tetap datang. Tetap tersenyum. Dan sebelum kamu berangkat, Sunghoon mengajakmu ke sungai. Tempat kenangan kalian dimulai. Tempat ia ingin mengakhirinya dengan pelukan. "Aku nggak mau kamu pergi," bisiknya. "Aku harus…" jawabmu. Pelukan itu panjang. Hangat. Dan terasa seperti selamat tinggal yang terakhir. Sunghoon memaksa ingin mengantar, tapi kamu menolak. "Aku udah pesan taksi. Aku pulang sendiri, ya." Sunghoon masih berdiri di tepi jalan, melihatmu masuk ke dalam taksi. Kamu melambaikan tangan, tersenyum tipis, lalu menutup pintu lima detik kemudian suara ledakkan hebat terdengar dari arah mobilmu. #pov #sunghoon #enhypen #foryoupage #fyp

About