@mangdoy.15: impian semua nakes itu menjadi perawat OK. 🧑🏻‍⚕️🔥🫀 #perawatkamaroperasi #perawatkamarbedah #perawatindonesia

Mangdoy
Mangdoy
Open In TikTok:
Region: ID
Monday 23 June 2025 13:42:53 GMT
2192
160
8
5

Music

Download

Comments

crunchmilk
stetoskop🤭🥰🤏 :
udh 3 kali aku berada di ruangan itu beuhh dingin bngtt sampe mau muntah ka
2025-06-23 14:06:45
0
tiar_yuni
💞💞Tiar Yuni💞💞 :
💪💪💪
2025-06-25 01:10:35
0
To see more videos from user @mangdoy.15, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

#POV Last Part | Malam itu kampus sudah hampir sepi. Aula tempat organisasi biasa berkegiatan kini setengah kosong—kursi berantakan, beberapa spanduk terlipat di sudut ruangan, dan lampu neon yang berkedip lemah menambah kesan sendu. Suara jangkrik dari luar jendela bercampur dengan bunyi langkah sepatu di lantai ubin yang bergema pelan. Kamu kembali untuk mengambil charger laptop yang tertinggal. Kamu pikir aula pasti sudah kosong, jadi kamu melangkah santai sambil membuka pintu. Tapi langkahmu berhenti ketika mendengar dua suara yang sangat kamu kenal. Seungcheol. Jeonghan. Refleks, kamu menahan diri di balik pintu yang sedikit terbuka. Hatimu langsung berdebar kencang, seperti tahu kamu baru saja masuk ke percakapan yang seharusnya tidak kamu dengar. “Lo serius sama dia, Han?” Suara Seungcheol terdengar berat, penuh tekanan. “Gue nggak bercanda. Jangan bikin dia jadi korban mainan lo kayak yang sebelum-sebelumnya.” Hening. Lalu terdengar tawa pendek dari Jeonghan—bukan tawa usilnya yang biasa, tapi tawa yang getir, pahit. “Lo pikir gue kayak dulu terus, Cheol?” “Fakta yang gue liat—” Seungcheol memotong cepat, nada tajam. “Lo mainin banyak cewek, lo gampang jatuh, gampang ninggalin. Gue nggak akan biarin lo lakuin itu sama dia.” Dadamu mencelos. Kamu tahu siapa yang mereka maksud, kamu. Jeonghan menarik napas panjang, lalu suaranya terdengar lebih rendah. “Gue tau gue punya masa lalu kayak gitu. Gue nggak munafik. Gue pernah jadi baj*ngan. Gue pernah nyakitin banyak perempuan.” Ada jeda, lalu kalimat berikutnya keluar dengan suara yang benar-benar tegas. “Tapi sama dia… beda. Gue nggak pernah ngerasain kayak gini sebelumnya. Gue nggak pengen dia jadi salah satu nama di daftar gue. Gue pengen dia jadi yang terakhir.” Kamu menutup mulut dengan tangan, menahan suara terkejutmu. Kata-kata itu seperti tamparan dan pelukan sekaligus. Hangat, tapi juga membuat dada sesak. Seungcheol diam cukup lama, sebelum akhirnya berbicara lagi. “Lo yakin? Jangan ngomong cuma karena lagi mabuk perasaan.” Jeonghan tertawa tipis, kali ini tanpa nada sombong. “Justru karena gue yakin, gue berani ngomong kayak gini ke lo. Lo temen gue. Lo juga tau gue nggak pernah setulus ini sama cewek.” “Han…” suara Seungcheol melemah, tapi tetap terdengar keras kepala. “Dia bukan cewek biasa. Dia adik tingkat gue, gue harus jagain dia. Gue nggak bisa tenang kalau lo deket cuma buat main-main.” Jeonghan menatap Seungcheol lama. Bibirnya menekan, matanya gelap—bukan marah, tapi kecewa. Lalu dia tertawa kecil, tapi bukan tawa hangat seperti biasanya. Tawa itu getir, dingin, penuh luka. “Lo jagain dia segitunya… karena dia sekedar adik tingkat lo?” suaranya datar, tapi tiap katanya terasa menantang. Jeonghan mencondongkan tubuh, pandangannya tajam. “Atau lo suka sama dia, Cheol?” Seungcheol terdiam. Sekilas wajahnya menegang, tapi tak ada jawaban yang keluar. Hanya desahan berat, dan pandangan mata yang berusaha tetap keras meski jelas menyimpan sesuatu yang tak bisa diucapkan. Jeonghan menghela napas, senyumnya makin miris. “Pantes aja lo segitu kerasnya sama gue. Lo pikir gue nggak peka?” Dia menatap Seungcheol lurus, nada suaranya turun, tapi tak kehilangan ketegasan. “Kalau lo suka sama dia, bilang. Tapi jangan halangin gue cuma karena lo nggak punya keberanian buat ngelakuin apa pun.” Hening panjang menyelimuti ruangan. Udara di antara mereka tebal, seolah waktu ikut menahan napas. Seungcheol akhirnya bersuara lirih, tapi masih tegas. “Lo nggak ngerti, Han. Gue cuma nggak mau dia disakitin sama lo.” Dan untuk pertama kalinya, Jeonghan mengangkat suaranya—tanpa nada bercanda. “Gue serius! Gue sayang sama dia. Lo mau percaya atau nggak, itu urusan lo. Tapi gue nggak bakal mundur cuma karena lo ragu sama gue.” Kamu terdiam di balik pintu. Tubuhmu gemetar, tanganmu dingin. Kata-kata mereka bergema di kepalamu seperti lagu yang tak berhenti. Jeonghan bilang dia serius. Seungcheol meragukannya. Dan kamu… ada di tengah-tengah. (lanjutan di komen yaa cintaku🫰🏻) #seventeen #jeonghan #alternativeuniverse #fypシ゚
#POV Last Part | Malam itu kampus sudah hampir sepi. Aula tempat organisasi biasa berkegiatan kini setengah kosong—kursi berantakan, beberapa spanduk terlipat di sudut ruangan, dan lampu neon yang berkedip lemah menambah kesan sendu. Suara jangkrik dari luar jendela bercampur dengan bunyi langkah sepatu di lantai ubin yang bergema pelan. Kamu kembali untuk mengambil charger laptop yang tertinggal. Kamu pikir aula pasti sudah kosong, jadi kamu melangkah santai sambil membuka pintu. Tapi langkahmu berhenti ketika mendengar dua suara yang sangat kamu kenal. Seungcheol. Jeonghan. Refleks, kamu menahan diri di balik pintu yang sedikit terbuka. Hatimu langsung berdebar kencang, seperti tahu kamu baru saja masuk ke percakapan yang seharusnya tidak kamu dengar. “Lo serius sama dia, Han?” Suara Seungcheol terdengar berat, penuh tekanan. “Gue nggak bercanda. Jangan bikin dia jadi korban mainan lo kayak yang sebelum-sebelumnya.” Hening. Lalu terdengar tawa pendek dari Jeonghan—bukan tawa usilnya yang biasa, tapi tawa yang getir, pahit. “Lo pikir gue kayak dulu terus, Cheol?” “Fakta yang gue liat—” Seungcheol memotong cepat, nada tajam. “Lo mainin banyak cewek, lo gampang jatuh, gampang ninggalin. Gue nggak akan biarin lo lakuin itu sama dia.” Dadamu mencelos. Kamu tahu siapa yang mereka maksud, kamu. Jeonghan menarik napas panjang, lalu suaranya terdengar lebih rendah. “Gue tau gue punya masa lalu kayak gitu. Gue nggak munafik. Gue pernah jadi baj*ngan. Gue pernah nyakitin banyak perempuan.” Ada jeda, lalu kalimat berikutnya keluar dengan suara yang benar-benar tegas. “Tapi sama dia… beda. Gue nggak pernah ngerasain kayak gini sebelumnya. Gue nggak pengen dia jadi salah satu nama di daftar gue. Gue pengen dia jadi yang terakhir.” Kamu menutup mulut dengan tangan, menahan suara terkejutmu. Kata-kata itu seperti tamparan dan pelukan sekaligus. Hangat, tapi juga membuat dada sesak. Seungcheol diam cukup lama, sebelum akhirnya berbicara lagi. “Lo yakin? Jangan ngomong cuma karena lagi mabuk perasaan.” Jeonghan tertawa tipis, kali ini tanpa nada sombong. “Justru karena gue yakin, gue berani ngomong kayak gini ke lo. Lo temen gue. Lo juga tau gue nggak pernah setulus ini sama cewek.” “Han…” suara Seungcheol melemah, tapi tetap terdengar keras kepala. “Dia bukan cewek biasa. Dia adik tingkat gue, gue harus jagain dia. Gue nggak bisa tenang kalau lo deket cuma buat main-main.” Jeonghan menatap Seungcheol lama. Bibirnya menekan, matanya gelap—bukan marah, tapi kecewa. Lalu dia tertawa kecil, tapi bukan tawa hangat seperti biasanya. Tawa itu getir, dingin, penuh luka. “Lo jagain dia segitunya… karena dia sekedar adik tingkat lo?” suaranya datar, tapi tiap katanya terasa menantang. Jeonghan mencondongkan tubuh, pandangannya tajam. “Atau lo suka sama dia, Cheol?” Seungcheol terdiam. Sekilas wajahnya menegang, tapi tak ada jawaban yang keluar. Hanya desahan berat, dan pandangan mata yang berusaha tetap keras meski jelas menyimpan sesuatu yang tak bisa diucapkan. Jeonghan menghela napas, senyumnya makin miris. “Pantes aja lo segitu kerasnya sama gue. Lo pikir gue nggak peka?” Dia menatap Seungcheol lurus, nada suaranya turun, tapi tak kehilangan ketegasan. “Kalau lo suka sama dia, bilang. Tapi jangan halangin gue cuma karena lo nggak punya keberanian buat ngelakuin apa pun.” Hening panjang menyelimuti ruangan. Udara di antara mereka tebal, seolah waktu ikut menahan napas. Seungcheol akhirnya bersuara lirih, tapi masih tegas. “Lo nggak ngerti, Han. Gue cuma nggak mau dia disakitin sama lo.” Dan untuk pertama kalinya, Jeonghan mengangkat suaranya—tanpa nada bercanda. “Gue serius! Gue sayang sama dia. Lo mau percaya atau nggak, itu urusan lo. Tapi gue nggak bakal mundur cuma karena lo ragu sama gue.” Kamu terdiam di balik pintu. Tubuhmu gemetar, tanganmu dingin. Kata-kata mereka bergema di kepalamu seperti lagu yang tak berhenti. Jeonghan bilang dia serius. Seungcheol meragukannya. Dan kamu… ada di tengah-tengah. (lanjutan di komen yaa cintaku🫰🏻) #seventeen #jeonghan #alternativeuniverse #fypシ゚

About