@into.the.further: Spooky Story Time: The Serbian Dancing Lady 🫣 What do you think she was doing? Please send your spooky stories via DM or email, I’d love to read🖤 #scary #spookystories #spookystory #paranormal #scarystories #spookystorytime #scarystorytime

Into The Further 🖤
Into The Further 🖤
Open In TikTok:
Region: US
Tuesday 01 July 2025 03:51:12 GMT
7969
543
13
20

Music

Download

Comments

amelagrb
Amela Gr :
My dad is Serbian and he doesn’t think it’s a crazy lady, but something paranormal..
2025-07-01 18:39:32
7
thestaticveil
TheStaticVeil :
awww I've seen this, if I came across this I would die lol or be curious and talk to her! just started a horror Tok show some love ❣️
2025-07-02 00:53:03
1
bethanemilybrooke
BethanBrookeBurton :
Serbian not Siberian 🧡🖤
2025-07-10 22:12:35
0
user65597748472214
user65597748472214 :
This actually scared me so much as a kid I would run into the house because I was scared of her coming at me…
2025-07-03 00:14:36
0
tengen.the.goat
Alfredo s :
Hi!!! I’m first
2025-07-01 03:57:37
5
taytay5176
taytay :
third ❤️
2025-07-01 10:02:43
1
luvrosqx
Zara 🐰ྀི :
hi
2025-07-01 10:02:00
1
scorpiopower1
🎩𝓡𝓸𝔂𝓪𝓵𝓽𝔂 𝓖𝓱𝓸𝓼𝓽 :
😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️♥️🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🙏🙏🙏🙏🙏🙏💯💯💯💯💯
2025-07-01 16:29:36
1
lil_kris_v
kris :
😬
2025-07-01 06:28:22
1
aidynmoerkerk_21
Aidyn :
😱😱😱😱😱😱
2025-07-03 03:10:17
0
it.thatlynch3
🇯🇲Arrie🇺🇲 :
Sorry for looking at your eyes without permission God Jesus please protect me
2025-07-01 16:23:34
2
To see more videos from user @into.the.further, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Darah dan Doa (daˈrah ˈdan doˈa), dirilis di mancanegara dengan judul “The Long March”. Film ini menceritakan perjalanan penuh penderitaan pasukan Siliwangi dalam long march dari Jawa Tengah ke Jawa Barat saat agresi militer Belanda II. Ini adalah kisah sejarah nasional yang jarang diangkat secara dramatis saat itu. Film ini bukan sekadar dokumentasi sejarah, tetapi menjadi media refleksi perjuangan dan semangat nasionalisme. Banyak dialog dan adegan yang menyentuh secara emosional. “Rasa Sayange” berasal dari Maluku ciptaan Paulus Pea, telah lama menjadi bagian dari budaya lisan masyarakat di sana. Lagu ini biasa dinyanyikan dalam bentuk sajak atau pantun berbalas sebagai hiburan rakyat dan acara adat dengan pesan moral dan nasihat dalam bahasa Ambon. Kata “Rasa Sayange” berarti “rasa sayangku” atau “my dear love.” Lagu ini mencerminkan kehangatan dan kedekatan antar masyarakat, penuh semangat persaudaraan dan cinta alam. Kabarnya lagu ini pertama kali dikenal luas secara internasional ketika digunakan dalam Festival Film Asia di Tokyo tahun 1950-an, mewakili budaya Indonesia. Selain itu juga pernah dibawakan oleh rombongan seniman Indonesia (Bing Slamet, Titiek Puspa, Tuty Daulay, dkk) dalam kunjungannya ke Malaya tahun 1961 (cek postingan @culturamagz yang lalu). Tahun 2007, muncul klaim dari Malaysia bahwa lagu ini adalah bagian dari budaya mereka. Namun, para ahli musik dan budaya mengonfirmasi bahwa “Rasa Sayange” adalah warisan budaya Indonesia, khususnya Maluku. Versi awal lagu ini direkam oleh etnomusikolog Belanda tahun 1920-an, memperkuat bukti bahwa lagu ini memang berasal dari wilayah Indonesia. Karena syairnya mudah diingat dan nadanya ceria, lagu ini menjadi bagian dari pendidikan musik anak-anak di Indonesia, dan sering dinyanyikan dalam berbagai kegiatan budaya.
Darah dan Doa (daˈrah ˈdan doˈa), dirilis di mancanegara dengan judul “The Long March”. Film ini menceritakan perjalanan penuh penderitaan pasukan Siliwangi dalam long march dari Jawa Tengah ke Jawa Barat saat agresi militer Belanda II. Ini adalah kisah sejarah nasional yang jarang diangkat secara dramatis saat itu. Film ini bukan sekadar dokumentasi sejarah, tetapi menjadi media refleksi perjuangan dan semangat nasionalisme. Banyak dialog dan adegan yang menyentuh secara emosional. “Rasa Sayange” berasal dari Maluku ciptaan Paulus Pea, telah lama menjadi bagian dari budaya lisan masyarakat di sana. Lagu ini biasa dinyanyikan dalam bentuk sajak atau pantun berbalas sebagai hiburan rakyat dan acara adat dengan pesan moral dan nasihat dalam bahasa Ambon. Kata “Rasa Sayange” berarti “rasa sayangku” atau “my dear love.” Lagu ini mencerminkan kehangatan dan kedekatan antar masyarakat, penuh semangat persaudaraan dan cinta alam. Kabarnya lagu ini pertama kali dikenal luas secara internasional ketika digunakan dalam Festival Film Asia di Tokyo tahun 1950-an, mewakili budaya Indonesia. Selain itu juga pernah dibawakan oleh rombongan seniman Indonesia (Bing Slamet, Titiek Puspa, Tuty Daulay, dkk) dalam kunjungannya ke Malaya tahun 1961 (cek postingan @culturamagz yang lalu). Tahun 2007, muncul klaim dari Malaysia bahwa lagu ini adalah bagian dari budaya mereka. Namun, para ahli musik dan budaya mengonfirmasi bahwa “Rasa Sayange” adalah warisan budaya Indonesia, khususnya Maluku. Versi awal lagu ini direkam oleh etnomusikolog Belanda tahun 1920-an, memperkuat bukti bahwa lagu ini memang berasal dari wilayah Indonesia. Karena syairnya mudah diingat dan nadanya ceria, lagu ini menjadi bagian dari pendidikan musik anak-anak di Indonesia, dan sering dinyanyikan dalam berbagai kegiatan budaya.

About