... :
merelakan seseorang yang kamu cintai, adalah proses panjang yang perlahan mengikis bahagia dalam dirimu. bukan karena cintamu kurang kuat, tapi karena semesta seolah tak pernah berpihak. kamu mencintainya sepenuh hati, kamu pernah berdoa dengan air mata yang jatuh diam-diam di malam hari, kamu pernah berharap setiap harinya hanya tentang dia, tapi pada akhirnya kamu harus sadar, bahwa tidak semua rasa layak diperjuangkan sampai habis-habisan. kamu mulai belajar menerima, walau hatimu menolak. kamu mulai berjalan menjauh, walau jiwamu ingin tetap tinggal. kamu mulai belajar tersenyum, di tengah luka yang tak pernah bisa kamu sembuhkan sendiri. setiap hari kamu berpura-pura tidak apa-apa, walau di dalam kepalamu namanya masih berisik, suaranya masih terngiang, senyumnya masih kamu ingat dengan jelas. kamu mencoba menghapus kenangan, tapi kenangan tak bisa kamu buang begitu saja. kamu mencoba mencintai orang lain, tapi tak ada yang mampu menggantikan tempatnya. kamu mencoba membenci, tapi hatimu tetap lembut jika bicara tentang dia. dan di antara semua itu, kamu tetap mencintai dalam diam, dalam jarak, dalam rindu yang tak bisa kamu tunjukkan. kamu belajar mengikhlaskan tanpa menghapus rasa, belajar menerima tanpa benar-benar rela, dan belajar berjalan sendiri tanpa arah yang jelas. dan mungkin inilah bentuk paling sunyi dari cinta, ketika kamu harus melepaskan seseorang yang kamu tahu, adalah satu-satunya yang ingin kamu genggam selamanya. kamu tetap berdoa agar dia bahagia, walau bukan denganmu. kamu tetap berharap dia baik-baik saja, meski kamu sendiri tidak pernah benar-benar baik semenjak kehilangan dia. dan akhirnya, kamu sadar, bahwa cinta bukan selalu soal memiliki, tapi soal keberanian untuk melepaskan, saat tetap bersamanya hanya membuatmu terluka lebih dalam setiap harinya.
2025-07-04 02:38:01