@tiemdolamemthuong: Bộ lam cho bé đi chùa chất vải kate mềm mịn thấm hút mồ hôi nhận size dưới 59 kg#tiemdolamemthuong #phâtphapnhiemmau #phápphucdichua #đồlamđichùa #phapphucchobe #đồlamchobé

Tiệm Đồ Lam - Em Thương
Tiệm Đồ Lam - Em Thương
Open In TikTok:
Region: VN
Wednesday 09 July 2025 05:17:01 GMT
1169
6
1
2

Music

Download

Comments

tho_co_bap
Tho_Co_Bap :
Bé trai mặc dc k ạ
2025-07-14 10:16:32
0
To see more videos from user @tiemdolamemthuong, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Part 1 POV: Dari dulu, kamu terbiasa jadi anak yang harus ngerti. Ngertiin keadaan, ngertiin adik, dan paling sering… ngertiin orang tua, sekaligus pelampiasan saat semuanya nggak berjalan sesuai harapan. Adik perempuan kamu, namanya Naya cuma beda satu tahun. Tapi sejak kecil, dia punya kondisi jantung yang lemah. Gak boleh kecapekan, gak boleh terlalu sedih, harus bahagia pokoknya. Dan kamu—sebagai kakaknya—harus selalu ada buat dia. Bahkan waktu ulang tahunmu, yang dikasih kue ulang tahun cuma dia. Kamu? Dibilang kakak yang harus ngalah. Jadi kalau teman-teman bisa bebas main sepulang sekolah, kamu enggak. Kalau mereka bisa nginep, nongkrong, atau sekadar keliling mal, kamu lebih sering di rumah. Menemani adik kamu. Menjaga kalau-kalau dia tiba-tiba butuh sesuatu. Bukan karena kamu gak sayang. Tapi kadang... rasanya capek. Capek harus selalu ngalah, selalu disuruh ngerti. Capek denger kalimat itu lagi dan lagi dari orang tuamu: “Kamu kan kakaknya, kamu harus ngalah. Dia gak sekuat kamu.” Dan satu-satunya tempat di mana kamu bisa sedikit ‘bebas’ adalah sekolah. Setidaknya, di sana kamu bisa jadi versi dirimu yang lain. Dan yang paling kamu tunggu-tunggu dari sekolah… adalah Sunghoon. Sahabat kamu sejak kelas 10. Cowok yang pertama kali nyapa kamu waktu kamu nggak sengaja nangis di tangga belakang sekolah karena baru dimarahin Mama lewat telepon. Dia dingin. Jarang senyum. Tapi perhatian dengan cara aneh yang selalu bikin kamu ngerasa... dimengerti. Kalian deket banget. Tapi cuma di sekolah. Karena kamu nggak bisa main keluar. Dan dia nggak pernah nanya kenapa. Nggak maksa. Tapi juga nggak pergi. --- Sekarang kalian kelas 11. Dan hubungan kalian  masih sama: deket, tapi nggak jelas. Kadang kamu mikir, jangan-jangan kamu suka sama dia. Tapi kamu takut perasaan itu cuma muncul karena kamu haus kasih sayang aja. Takut cuma karena dia satu-satunya orang yang mau tetap ada, meski kamu sering nolak ngajak main. --- Jam istirahat kamu duduk di taman belakang sekolah. Sendirian. Tadi pagi… mama marah lagi. Katanya kamu terlalu cuek. Harusnya lebih perhatian sama adikmu. Harusnya gak bikin dia ngerasa sendiri. Padahal kamu capek juga. “Aku capek…” “Aku tahu.” Kamu kaget. Suara itu… “Ini,” dia nyodorin roti ke kamu “Tadi kamu gak ke kantin, kan? Jadi aku bawain.” kamu pelan-pelan ambil, masih gak berani lihat matanya. “masalah di rumah?” Pertanyaannya pelan. Tapi langsung kena. Kamu cuma mengangguk dikit. Dia gak maksa kamu cerita. Tapi juga gak ninggalin kamu sendiri. Dan anehnya… itu cukup. --- Sampai suatu hari... dia datang ke rumah. Hari itu hari Sabtu. Kamu di rumah aja, nemenin Naya kayak biasa. Tapi tiba-tiba…
Part 1 POV: Dari dulu, kamu terbiasa jadi anak yang harus ngerti. Ngertiin keadaan, ngertiin adik, dan paling sering… ngertiin orang tua, sekaligus pelampiasan saat semuanya nggak berjalan sesuai harapan. Adik perempuan kamu, namanya Naya cuma beda satu tahun. Tapi sejak kecil, dia punya kondisi jantung yang lemah. Gak boleh kecapekan, gak boleh terlalu sedih, harus bahagia pokoknya. Dan kamu—sebagai kakaknya—harus selalu ada buat dia. Bahkan waktu ulang tahunmu, yang dikasih kue ulang tahun cuma dia. Kamu? Dibilang kakak yang harus ngalah. Jadi kalau teman-teman bisa bebas main sepulang sekolah, kamu enggak. Kalau mereka bisa nginep, nongkrong, atau sekadar keliling mal, kamu lebih sering di rumah. Menemani adik kamu. Menjaga kalau-kalau dia tiba-tiba butuh sesuatu. Bukan karena kamu gak sayang. Tapi kadang... rasanya capek. Capek harus selalu ngalah, selalu disuruh ngerti. Capek denger kalimat itu lagi dan lagi dari orang tuamu: “Kamu kan kakaknya, kamu harus ngalah. Dia gak sekuat kamu.” Dan satu-satunya tempat di mana kamu bisa sedikit ‘bebas’ adalah sekolah. Setidaknya, di sana kamu bisa jadi versi dirimu yang lain. Dan yang paling kamu tunggu-tunggu dari sekolah… adalah Sunghoon. Sahabat kamu sejak kelas 10. Cowok yang pertama kali nyapa kamu waktu kamu nggak sengaja nangis di tangga belakang sekolah karena baru dimarahin Mama lewat telepon. Dia dingin. Jarang senyum. Tapi perhatian dengan cara aneh yang selalu bikin kamu ngerasa... dimengerti. Kalian deket banget. Tapi cuma di sekolah. Karena kamu nggak bisa main keluar. Dan dia nggak pernah nanya kenapa. Nggak maksa. Tapi juga nggak pergi. --- Sekarang kalian kelas 11. Dan hubungan kalian  masih sama: deket, tapi nggak jelas. Kadang kamu mikir, jangan-jangan kamu suka sama dia. Tapi kamu takut perasaan itu cuma muncul karena kamu haus kasih sayang aja. Takut cuma karena dia satu-satunya orang yang mau tetap ada, meski kamu sering nolak ngajak main. --- Jam istirahat kamu duduk di taman belakang sekolah. Sendirian. Tadi pagi… mama marah lagi. Katanya kamu terlalu cuek. Harusnya lebih perhatian sama adikmu. Harusnya gak bikin dia ngerasa sendiri. Padahal kamu capek juga. “Aku capek…” “Aku tahu.” Kamu kaget. Suara itu… “Ini,” dia nyodorin roti ke kamu “Tadi kamu gak ke kantin, kan? Jadi aku bawain.” kamu pelan-pelan ambil, masih gak berani lihat matanya. “masalah di rumah?” Pertanyaannya pelan. Tapi langsung kena. Kamu cuma mengangguk dikit. Dia gak maksa kamu cerita. Tapi juga gak ninggalin kamu sendiri. Dan anehnya… itu cukup. --- Sampai suatu hari... dia datang ke rumah. Hari itu hari Sabtu. Kamu di rumah aja, nemenin Naya kayak biasa. Tapi tiba-tiba… "Aku ke rumah kamu ya." Pesan dari Sunghoon pagi-pagi banget. Kamu gak sempat nolak, dan jujur… kamu seneng. Sunghoon belum pernah ke rumah kamu. Biasanya cuma ketemu di sekolah. Tapi hari ini dia beneran dateng. Pas bel pintu bunyi, kamu buru-buru keluar kamar. Sunghoon berdiri di depan, bawa kantong plastik isi roti dan es krim. "kenapa bawa itu?" tanyaku melihat kantong plastik  "Kalo Naya ngambek gara-gara aku ganggu kakaknya." Kamu ketawa kecil, "Belum tentu dia mau ditemuin orang asing." "Ya udah, biar aku kenalan," dia jawab, sambil masuk begitu aja. Tapi langkahnya langsung berhenti waktu Naya muncul di tangga. "Kak, itu temen sekolah ya?" tanya Naya pelan. Rambut nya di kuncir dua,wajahnya masih keliatan pucat tapi senyumnya manis banget. Kamu mau jawab, tapi Sunghoon udah duluan buka suara. "Hai, aku Sunghoon." Suaranya jadi lebih halus. Tatapannya beda. "Kakak kamu sering banget cerita tentang kamu, loh." Naya ketawa kecil, "Emang iya kak?" Kamu nyeletuk sambil pasang muka malas, "Boong dia. Aku gak pernah cerita." Tapi mereka berdua malah ketawa bareng. Kamu diem. Nggak tau kenapa… rasanya asing. Sunghoon gak pernah sehangat itu ke orang lain. Tatapan Sunghoon ke Naya beda Bukan cuma sopan. Tapi… ada sesuatu yang lain. Dan kamu gak ngerti kenapa, hati kamu mulai gak nyaman. Sejak hari itu, ada yang berubah (lanjut di komen)💕 #pov #enhypen #sunghoon #fyp #foryou #foryoupage

About