@ngwana_tsiye_kgalaka23:

Ngwana Tsiye Kgalaka 23
Ngwana Tsiye Kgalaka 23
Open In TikTok:
Region: ZA
Wednesday 16 July 2025 08:13:41 GMT
25450
1514
49
259

Music

Download

Comments

kgomotso_730
Kgomotso_73 :
nnete mkhulu
2025-07-21 06:43:08
0
lovelylady373
martha lady :
amen to that
2025-07-17 21:28:26
0
sibusisolubisi328
Sibusiso Lubisi :
amen
2025-07-25 02:09:33
0
thamary.lubisy
Thamary @lubisy :
Amen
2025-07-28 11:16:49
0
onakhe01
onakhe :
Amen man of God thank u
2025-08-03 08:46:02
0
user3293792716329
Lala :
eish
2025-07-17 19:13:26
0
vatiswa.papane
Lilly pretty ❤️🤍 :
eyy moruti uthethangam 😭😭😭
2025-07-23 06:43:14
0
beautymmabekwane
Mma tš ie 🦋🧡 :
Ke tla phetha taelo yep ngwana morena🙏
2025-07-24 17:31:42
1
seipati.mononnong
Pinkie Spadiola :
kgotsong ke irile taelo e mme keya interview ka Monday.okare e butsi tsohle@🥰
2025-07-25 14:56:34
0
zizi11249
Zizi :
Will definitely do, thank you 🙏
2025-07-16 14:00:36
0
www.menene81.com
menenesther :
Amen
2025-07-21 19:16:58
1
marythekiso
Mary Thekiso :
AMEN 🙏🏽
2025-07-21 14:00:39
0
phum_jan
[email protected] :
Mkhulu Camagu
2025-07-17 06:03:54
0
user7331031611609
nomsa Thamaga :
Amen
2025-08-01 14:42:38
0
mphozeza.simelane
Mphozeza Simelane :
Amen monna wa modimo
2025-08-01 06:47:27
0
dimakatsomorweng
Pinkett :
I once did taelo ee for business yaka
2025-07-18 13:58:44
3
irenemogashoa93gmail.com
Kgadee💯 :
eish
2025-07-17 14:48:12
0
nomsizo20
nomsizo :
amen 🙏 🙏
2025-07-20 04:49:51
0
samuelmaupye
Hero Habana Maupye :
Amen
2025-07-19 02:15:11
0
mama.florah3
Mama Florah :
amen 🙏
2025-07-22 16:48:56
0
portia.portia00
Portia Portia :
amen 🙏🙏
2025-07-18 20:06:36
0
user6397350844055
user6397350844055 :
Amen
2025-07-17 07:56:44
0
dandelionflower19
Lee ✝️ :
@Madimetje 😫
2025-07-18 13:40:34
0
user3354915144010
jose :
😂
2025-08-01 08:58:27
0
masiane1981
Masiane1981 :
🙏
2025-07-29 21:14:41
0
To see more videos from user @ngwana_tsiye_kgalaka23, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Haechan masih merangkulmu erat di ruangan rahasia itu. Suara gedoran keras terus terdengar, diiringi suara rantai beradu.  Debu beterbangan dari rak buku, menandakan arwah kakaknya semakin marah.  “Dia tahu kita di sini,” bisik Haechan. “Kita harus pergi, sekarang.” Tanpa menunggu jawabanmu, Haechan menarikmu keluar lewat pintu rahasia lain di lantai yang mengarah ke lorong bawah tanah.  Bau tanah basah dan dingin menusuk hidung. Kalian berlari di lorong sempit yang hanya diterangi cahaya lilin kecil yang Haechan bawa.  Tiba-tiba… BRAK! Dinding batu di belakang kalian retak, rantai arwah itu menembus lorong, nyaris mengenai pundakmu. Kamu teriak kecil, spontan memeluk lengan Haechan.  Dia langsung menoleh ke arahmu dengan tatapan tajam tapi protektif.  “Tenang… aku janji nggak akan biarin dia sentuh kamu.” Saat kalian tiba di ujung lorong, ada tangga kecil menuju ruang kaca di belakang manor, tempat taman tua penuh patung berlumut. Hujan deras mengguyur kalian begitu pintu dibuka.  Di bawah kilatan petir, kamu melihat bayangan arwah kakak Haechan muncul di dalam rumah kaca.  Wujudnya samar tapi menakutkan—mata merah, rantai melilit tubuhnya.  Haechan berdiri di depanmu, tangannya meraih pinggangmu untuk menghalangi tubuhmu dari apapun yang mendekat.  “Dengar aku, Calla…” suaranya dalam tapi lembut di tengah hujan.  “Kalau kita mau keluar dari kutukan ini… kita harus melakukannya bersama. Aku butuh kamu.” Dia menatapmu lama, hujan menetes dari rambutnya ke pipi. Saat petir menyambar lagi, kalian berdiri sangat dekat, nyaris tanpa jarak.  “Mulai malam ini… hidupmu dan hidupku terikat. Kita akan bertahan… atau mati… bersama.” --- Hujan semakin deras, membasahi rambut dan pakaian kalian sampai menempel di kulit.  Suara petir bergema di langit malam, tapi anehnya… yang terdengar jelas  hanya detak jantungmu sendiri.  Haechan masih berdiri di depanmu, satu tangannya di pinggangmu, satu lagi menangkis rantai arwah yang tiba-tiba muncul dari balik kaca.  “Lari sekarang, atau dia akan—” CRASH! kaca pecah, membuatmu terloncat kaget. Kamu spontan merangkul Haechan erat-erat. Dia menunduk, melindungi kepalamu di dadanya, lalu menoleh cepat melihat arwah itu memudar kembali karena cahaya petir.  Di tengah ketegangan itu, Haechan menatapmu… begitu dekat, sampai kamu bisa lihat tetesan hujan di bulu matanya.  “Astaga… kenapa aku malah mikirin kamu di saat kayak gini…” gumamnya pelan, hampir tak terdengar di antara hujan. Sebelum kamu bisa jawab, dia menunduk dan mencium bibirmu. Dingin hujan bercampur panasnya sentuhan bibirnya bikin kamu merinding.  Ciuman itu bukan cuma sekadar ciuman… tapi seperti janji dan putus asa yang bercampur jadi satu.  Beberapa detik kemudian, dia menarik diri sedikit, napasnya berat di bibirmu.  “Mulai sekarang… kita satu jiwa. Aku nggak akan biarin siapapun ambil kamu… bahkan kematian sekalipun.” Tiba-tiba suara rantai beradu terdengar lagi dari arah belakang. Haechan langsung menarik tanganmu.  “Ayo, sayang… kita belum selamat.” Kalian berlari menembus hujan, melewati taman berlumut, menuju gerbang belakang manor yang nyaris rubuh.  Tapi di belakangmu, kamu bisa mendengar teriakan arwah itu—campuran marah dan sedih—menggema di tengah badai.  Haechan menoleh ke arahmu sambil tetap menggenggam tanganmu erat.  “Kalau kita berhasil keluar malam ini… kutukan itu bisa mulai retak. Tapi kita harus bertahan sampai fajar.” --- Kalian berlari di tengah hujan yang tak ada habisnya, kaki basah menjejak tanah berlumut di taman belakang manor.  Nafasmu berat, tapi genggaman tangan Haechan nggak pernah lepas sedetik pun.  Dari kejauhan, kamu bisa lihat gerbang besi tua yang nyaris rubuh.  “Sedikit lagi, Calla… bertahan sebentar lagi,” ujar Haechan, suaranya serak diterpa hujan. Tiba-tiba, suara rantai berat terdengar lagi dari belakang, diikuti teriakan panjang arwah kakaknya yang bikin bulu kudukmu berdiri.  --- lanjut dikomen.. #haechan #nct #pov #povstories #fyp #kpopfyp
Haechan masih merangkulmu erat di ruangan rahasia itu. Suara gedoran keras terus terdengar, diiringi suara rantai beradu. Debu beterbangan dari rak buku, menandakan arwah kakaknya semakin marah. “Dia tahu kita di sini,” bisik Haechan. “Kita harus pergi, sekarang.” Tanpa menunggu jawabanmu, Haechan menarikmu keluar lewat pintu rahasia lain di lantai yang mengarah ke lorong bawah tanah. Bau tanah basah dan dingin menusuk hidung. Kalian berlari di lorong sempit yang hanya diterangi cahaya lilin kecil yang Haechan bawa. Tiba-tiba… BRAK! Dinding batu di belakang kalian retak, rantai arwah itu menembus lorong, nyaris mengenai pundakmu. Kamu teriak kecil, spontan memeluk lengan Haechan. Dia langsung menoleh ke arahmu dengan tatapan tajam tapi protektif. “Tenang… aku janji nggak akan biarin dia sentuh kamu.” Saat kalian tiba di ujung lorong, ada tangga kecil menuju ruang kaca di belakang manor, tempat taman tua penuh patung berlumut. Hujan deras mengguyur kalian begitu pintu dibuka. Di bawah kilatan petir, kamu melihat bayangan arwah kakak Haechan muncul di dalam rumah kaca. Wujudnya samar tapi menakutkan—mata merah, rantai melilit tubuhnya. Haechan berdiri di depanmu, tangannya meraih pinggangmu untuk menghalangi tubuhmu dari apapun yang mendekat. “Dengar aku, Calla…” suaranya dalam tapi lembut di tengah hujan. “Kalau kita mau keluar dari kutukan ini… kita harus melakukannya bersama. Aku butuh kamu.” Dia menatapmu lama, hujan menetes dari rambutnya ke pipi. Saat petir menyambar lagi, kalian berdiri sangat dekat, nyaris tanpa jarak. “Mulai malam ini… hidupmu dan hidupku terikat. Kita akan bertahan… atau mati… bersama.” --- Hujan semakin deras, membasahi rambut dan pakaian kalian sampai menempel di kulit. Suara petir bergema di langit malam, tapi anehnya… yang terdengar jelas hanya detak jantungmu sendiri. Haechan masih berdiri di depanmu, satu tangannya di pinggangmu, satu lagi menangkis rantai arwah yang tiba-tiba muncul dari balik kaca. “Lari sekarang, atau dia akan—” CRASH! kaca pecah, membuatmu terloncat kaget. Kamu spontan merangkul Haechan erat-erat. Dia menunduk, melindungi kepalamu di dadanya, lalu menoleh cepat melihat arwah itu memudar kembali karena cahaya petir. Di tengah ketegangan itu, Haechan menatapmu… begitu dekat, sampai kamu bisa lihat tetesan hujan di bulu matanya. “Astaga… kenapa aku malah mikirin kamu di saat kayak gini…” gumamnya pelan, hampir tak terdengar di antara hujan. Sebelum kamu bisa jawab, dia menunduk dan mencium bibirmu. Dingin hujan bercampur panasnya sentuhan bibirnya bikin kamu merinding. Ciuman itu bukan cuma sekadar ciuman… tapi seperti janji dan putus asa yang bercampur jadi satu. Beberapa detik kemudian, dia menarik diri sedikit, napasnya berat di bibirmu. “Mulai sekarang… kita satu jiwa. Aku nggak akan biarin siapapun ambil kamu… bahkan kematian sekalipun.” Tiba-tiba suara rantai beradu terdengar lagi dari arah belakang. Haechan langsung menarik tanganmu. “Ayo, sayang… kita belum selamat.” Kalian berlari menembus hujan, melewati taman berlumut, menuju gerbang belakang manor yang nyaris rubuh. Tapi di belakangmu, kamu bisa mendengar teriakan arwah itu—campuran marah dan sedih—menggema di tengah badai. Haechan menoleh ke arahmu sambil tetap menggenggam tanganmu erat. “Kalau kita berhasil keluar malam ini… kutukan itu bisa mulai retak. Tapi kita harus bertahan sampai fajar.” --- Kalian berlari di tengah hujan yang tak ada habisnya, kaki basah menjejak tanah berlumut di taman belakang manor. Nafasmu berat, tapi genggaman tangan Haechan nggak pernah lepas sedetik pun. Dari kejauhan, kamu bisa lihat gerbang besi tua yang nyaris rubuh. “Sedikit lagi, Calla… bertahan sebentar lagi,” ujar Haechan, suaranya serak diterpa hujan. Tiba-tiba, suara rantai berat terdengar lagi dari belakang, diikuti teriakan panjang arwah kakaknya yang bikin bulu kudukmu berdiri. --- lanjut dikomen.. #haechan #nct #pov #povstories #fyp #kpopfyp

About