@foods: so that’s what this emojis for 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡 🍡🍡 (via lG/tamo__tyan)

Foods
Foods
Open In TikTok:
Region: US
Thursday 17 July 2025 00:08:42 GMT
10595
129
1
9

Music

Download

Comments

zahinarif12
𖤍𝒁𝒂𝒉𝒊𝒏𖤍 :
firstttt
2025-07-17 00:28:18
0
To see more videos from user @foods, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Satu Orang Tua Bisa Rawat 10 Anak, Tapi 10 Anak Belum Tentu Bisa Rawat Satu Orang Tua Di balik sebuah bangunan sederhana di Malang, tersimpan kisah luar biasa dari seorang pria bernama Arif Kamra, lulusan S1 Komunikasi dan S2 Psikologi, yang memilih jalan hidup tak biasa. Dulu ia adalah seorang jurnalis sekaligus pengusaha percetakan. Namun, krisis finansial akibat praktik riba menjatuhkannya ke titik terendah: bangkrut dan terbelit hutang setengah miliar rupiah. Saat itulah ia memutuskan untuk bangkit, bukan dengan uang, tapi lewat tenaga dan keahliannya. Terinspirasi dari pesan seorang teman pondok, ia mulai bersedekah dengan kemampuan menulis dan desain, serta membagikan kisah para yatim dan duafa yang ia bantu melalui media sosial. Respon masyarakat begitu besar, hingga akhirnya ia mendirikan komunitas Sahabat Yatim Duafa, yang fokus membantu anak-anak yatim, janda, dan kaum lemah lainnya. Dari aktivitas lapangan, Arif dan tim kerap menemukan lansia telantar, bahkan ada yang meninggal dalam kesendirian tanpa diketahui siapa pun. Mereka juga menjumpai anak-anak yatim piatu yang hidup tanpa harapan. Karena keterbatasan tempat, ia dan relawan mendirikan Griya Lansia, Griya Yatim, dan Griya ODGJ, sebuah tempat perlindungan gratis bagi para lansia terlantar, anak-anak tanpa keluarga, hingga orang dengan gangguan jiwa. Di Griya Lansia Husnul Khatimah, kini mereka merawat lebih dari 100 lansia dan 50 anak yatim. Para penghuni datang dari berbagai latar belakang tragis: ada yang dibuang anaknya, hidup di pasar, panti kosong, hingga yang tinggal bersama kotorannya sendiri karena stroke dan tak mampu bergerak. Beberapa bahkan diserahkan oleh anak kandungnya sendiri dengan pernyataan, “Kalau meninggal, tidak usah dikabari.” Semua layanan di sini 100% gratis bagi yang benar-benar tidak mampu, tapi bagi yang masih punya keluarga, dianjurkan untuk berwakaf membangun kamar sebagai amal jariyah. Wakaf itulah yang menjadi modal keberlanjutan Griya. Setiap bulan, kebutuhan mereka mencapai puluhan juta rupiah, terutama untuk kebutuhan seperti pampers, beras, dan minyak goreng. Semuanya dipenuhi lewat donasi masyarakat yang percaya dan peduli. Bangunan Griya sendiri awalnya ditolak warga karena stigma negatif. Namun, momen penting terjadi saat seorang lansia bernama Mbah Misnan ditemukan terlantar di pinggir kali dan direkomendasikan oleh kepala desa untuk dirawat. Ia menjadi penghuni pertama yang tinggal di rumah triplek sederhana hingga wafat, dan kini namanya diabadikan menjadi nama aula Griya. Lebih dari sekadar tempat tinggal, Griya Lansia ini menjadi tempat spiritual dan persiapan menuju akhir hayat yang husnul khatimah. Setiap subuh para lansia diajak salat, zikir, dan menjauhi hiruk-pikuk dunia. Tujuannya sederhana namun mendalam: menemani hari tua dalam ibadah dan kebersamaan. Arif menegaskan, ini bukan tempat sempurna. Mereka hanyalah “orang biasa” yang tergerak oleh cinta dan rasa tanggung jawab. Ia berharap agar masyarakat, terutama generasi muda dan para pemimpin, tidak melupakan keberadaan lansia yang membutuhkan uluran tangan. Sebab menurutnya,
Satu Orang Tua Bisa Rawat 10 Anak, Tapi 10 Anak Belum Tentu Bisa Rawat Satu Orang Tua Di balik sebuah bangunan sederhana di Malang, tersimpan kisah luar biasa dari seorang pria bernama Arif Kamra, lulusan S1 Komunikasi dan S2 Psikologi, yang memilih jalan hidup tak biasa. Dulu ia adalah seorang jurnalis sekaligus pengusaha percetakan. Namun, krisis finansial akibat praktik riba menjatuhkannya ke titik terendah: bangkrut dan terbelit hutang setengah miliar rupiah. Saat itulah ia memutuskan untuk bangkit, bukan dengan uang, tapi lewat tenaga dan keahliannya. Terinspirasi dari pesan seorang teman pondok, ia mulai bersedekah dengan kemampuan menulis dan desain, serta membagikan kisah para yatim dan duafa yang ia bantu melalui media sosial. Respon masyarakat begitu besar, hingga akhirnya ia mendirikan komunitas Sahabat Yatim Duafa, yang fokus membantu anak-anak yatim, janda, dan kaum lemah lainnya. Dari aktivitas lapangan, Arif dan tim kerap menemukan lansia telantar, bahkan ada yang meninggal dalam kesendirian tanpa diketahui siapa pun. Mereka juga menjumpai anak-anak yatim piatu yang hidup tanpa harapan. Karena keterbatasan tempat, ia dan relawan mendirikan Griya Lansia, Griya Yatim, dan Griya ODGJ, sebuah tempat perlindungan gratis bagi para lansia terlantar, anak-anak tanpa keluarga, hingga orang dengan gangguan jiwa. Di Griya Lansia Husnul Khatimah, kini mereka merawat lebih dari 100 lansia dan 50 anak yatim. Para penghuni datang dari berbagai latar belakang tragis: ada yang dibuang anaknya, hidup di pasar, panti kosong, hingga yang tinggal bersama kotorannya sendiri karena stroke dan tak mampu bergerak. Beberapa bahkan diserahkan oleh anak kandungnya sendiri dengan pernyataan, “Kalau meninggal, tidak usah dikabari.” Semua layanan di sini 100% gratis bagi yang benar-benar tidak mampu, tapi bagi yang masih punya keluarga, dianjurkan untuk berwakaf membangun kamar sebagai amal jariyah. Wakaf itulah yang menjadi modal keberlanjutan Griya. Setiap bulan, kebutuhan mereka mencapai puluhan juta rupiah, terutama untuk kebutuhan seperti pampers, beras, dan minyak goreng. Semuanya dipenuhi lewat donasi masyarakat yang percaya dan peduli. Bangunan Griya sendiri awalnya ditolak warga karena stigma negatif. Namun, momen penting terjadi saat seorang lansia bernama Mbah Misnan ditemukan terlantar di pinggir kali dan direkomendasikan oleh kepala desa untuk dirawat. Ia menjadi penghuni pertama yang tinggal di rumah triplek sederhana hingga wafat, dan kini namanya diabadikan menjadi nama aula Griya. Lebih dari sekadar tempat tinggal, Griya Lansia ini menjadi tempat spiritual dan persiapan menuju akhir hayat yang husnul khatimah. Setiap subuh para lansia diajak salat, zikir, dan menjauhi hiruk-pikuk dunia. Tujuannya sederhana namun mendalam: menemani hari tua dalam ibadah dan kebersamaan. Arif menegaskan, ini bukan tempat sempurna. Mereka hanyalah “orang biasa” yang tergerak oleh cinta dan rasa tanggung jawab. Ia berharap agar masyarakat, terutama generasi muda dan para pemimpin, tidak melupakan keberadaan lansia yang membutuhkan uluran tangan. Sebab menurutnya, "Satu orang tua bisa merawat sepuluh anak, tapi sepuluh anak belum tentu bisa merawat satu orang tua. Simak cerita lengkapnya di youtube Pecah Telur

About