🩰𝐩𝐮𝐭𝐫𝐲𝐲⭑ֶָ֢୨ৎ :
Setelah kamu pergi, aku seperti kehilangan peta pulang. Ada ruang kosong yang tak bisa ku isi dengan apa pun, seperti lubang hitam yang menelan seluruh tawa, hangat, dan arah langkahku. Kamu pernah jadi poros semestaku, tempat aku menggantungkan segala harap, dan segala rindu. Sekarang, aku hanya seperti bintang yang tersesat, mengorbit tanpa pusat, hanyut dalam sunyi yang tak terjemahkan. Dulu, hari-hariku penuh warna, dari sekadar pesan singkatmu di pagi hari, dari senyum kecilmu yang menenangkan badai di kepalaku, dari pelukan singkat yang mampu membuat seluruh semesta terasa cukup. Tapi kini, semua warna itu pudar, tinggal abu-abu yang membalut detak jantungku. Aku menatap layar ponsel berjam-jam, menunggu notifikasi yang tak pernah lagi muncul, hanya untuk satu kata: "Hai." Namun yang datang hanya senyap, hanya suara hatiku yang berbisik namamu berulang-ulang, seolah kamu masih di sini, padahal tidak. Aku hancur, tapi bukan hanya karena kehilanganmu. Aku hancur karena kehilangan diriku yang dulu, diriku yang penuh cahaya saat bersamamu. Aku kehilangan arah, kehilangan rasa, kehilangan makna. Dan yang paling menyakitkan adalah kehilangan rumah, karena kamu adalah rumahku yang tak lagi bisa kupijak. Kamu bilang aku harus kuat, harus melangkah, harus lanjut hidup. Tapi bagaimana caranya aku bisa berdiri, saat separuh dari jiwaku masih terjebak di antara kenanganmu? Bagaimana aku bisa bangkit, saat setiap napas masih memanggil namamu dalam diam? Bagaimana aku bisa sembuh, saat kamu adalah luka yang tak pernah benar-benar ingin kututup?
2025-07-23 11:10:47