@mimimi_ai_lab: Magical Drop, Awakening World Part3 | ASMR A single drop of magical water falls into a quiet petri dish. In that instant, a tiny world begins to grow—full of life and wonder. Enjoy this miniature garden ASMR, where fantasy visuals and soothing sounds bring healing and calm. Best experienced with headphones and in high resolution. #asmr #aiasmr #miniaturegarden #magicaldrop #healingvideo #satisfying #oddlysatisfying #relax

AI ASMR Lab
AI ASMR Lab
Open In TikTok:
Region: JP
Sunday 20 July 2025 10:00:00 GMT
21681
1340
10
53

Music

Download

Comments

elena.shalavina
Elena Shalavina :
на последнем мне нужны жители побольше
2025-07-31 11:07:56
0
corixselah
Cori Selah :
the last part with the dragons on the lava rocks 😲😍
2025-07-30 14:35:01
1
kris42078
Krisྀི :
Капли от Бога
2025-07-31 08:06:24
0
dh827406
꧁風燕꧂ :
beautiful 🥰
2025-07-27 05:32:44
5
user8160938454570
user8160938454570 :
ia
2025-07-29 16:29:49
1
.kiticat
♡✧・゚: kiticat✧・゚: *✧ :
@☀⌯𓂅ᯅ⋆💋
2025-07-27 14:18:04
2
juicewrldjr.4
Juice wrld jr :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-07-20 11:57:13
3
phuonganh.store.8386
Follow tui đi coi😡 :
🤩🤩🤩🤩🤩
2025-07-27 06:57:27
1
siwatsiwar
Siwar siwar :
😋😋😋
2025-07-30 14:39:54
0
sharol7175
Sharol 🧃😻 :
😍
2025-07-29 15:21:07
1
To see more videos from user @mimimi_ai_lab, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

(1.)
(1.) "Silent Control." Jam digital di layar ponselmu berkedip: 00:08. Kamu baru saja turun dari taxi terakhir yang bersedia mengambilmu. Jalanan sudah sepi, udara malam begitu menusuk. Tapi rasa dingin itu tak ada apa-apanya dibanding perasaan yang menghantui sejak kamu memutuskan keluar rumah tanpa izin, tanpa pamit pada Heeseung. Kamu memutar kunci apartemen perlahan, berharap tidak membuat suara. Tapi begitu pintu terbuka, kamu tahu usahamu sia-sia. Cahaya dari lampu meja menyinari ruangan dengan redup, dan di tengahnya, dia duduk. Heeseung. Kakinya terbuka lebar, satu tangan menggenggam botol air dingin, satu lagi bertumpu di lutut. Pandangannya lurus ke arahmu. Tidak ada senyum, tidak ada sapaan. Hanya mata gelap yang mengawasi atau... menghakimi. "Baru pulang" suaranya pelan, tapi tegas. "Dari mana?" Kamu menunduk, melepas sepatu pelan, dan berjalan ke arah dapur. “Nongkrong” jawabmu singkat. Kamu tidak ingin bertengkar malam ini. Kamu lelah. Bukan karena perjalanan pulang, tapi karena hatimu sudah remuk sejak beberapa hari terakhir. Heeseung terlalu tenggelam dalam gamenya. Terlalu nyaman hidup dalam dunia virtual dan membiarkanmu menjadi asing di dunia nyatanya. Kamu sudah mencoba bicara, mencoba bersikap manja, bahkan memasak menu favoritnya. Tapi semuanya ditanggapi dengan senyum seadanya, atau yang lebih menyakitkan... diabaikan. Jadi malam ini, kamu memilih pergi. Bukan untuk membuatnya cemburu, tapi untuk mengingatkan dirimu bahwa kamu masih hidup. Tapi kamu lupa satu hal: pria seperti Heeseung tidak suka diabaikan. Langkah kakimu terhenti saat kamu mendengar suara gesekan kursi. Sebelum kamu sempat berbalik, tangan dingin mencengkeram pinggang mu dan menarikmu paksa. “Heeseung—” Tubuhmu didorong ke dinding dengan keras. Bukan sampai menyakitkan, tapi cukup membuatmu membeku. Napasmu tercekat saat matanya menatapmu, hanya beberapa inci dari wajahmu. "Jangan pernah lupain siapa yang kamu hadapi" ucapnya pelan, namun tajam seperti belati. “Aku nggak suka kamu kayak gitu.” Kamu terdiam. Tubuhmu gemetar. Kamu tahu Heeseung punya sisi posesif. Tapi tidak pernah sampai seperti ini. “Aku cuma butuh waktu buat sendiri. Kamu nggak pernah dengerin aku lagi, Hee.” Suaramu akhirnya keluar, serak. “Bahkan waktu aku ngomong, kamu sibuk sama gamemu.” Dia memejamkan mata sejenak, mengatur napasnya. Tapi genggamannya tetap tak lepas dari pinggangmu. “Aku tahu aku kurang. Tapi kamu pergi keluar tengah malam tanpa bilang. Sama siapa kamu? Siapa yang bawa kamu pulang? Kamu pikir aku nggak tahu, ya?” Kamu mencoba mendorong tubuh nya menjauh, tapi. tidak bisa. “Cukup, Heeseung. Aku gak suka dikekang.” Heeseung semakin mendekat, suaranya nyaris seperti bisikan di telingamu. “Tapi kamu tinggal di sini. Kamu tidur di ranjangku. Kamu makan dari hasil kerja aku. Kamu pikir itu tanpa konsekuensi?” Dadamu terasa sesak. Kalimat itu mengiris harga dirimu. “Aku bisa pergi sekarang kalau kamu mau” tantangmu, mencoba terdengar kuat meski tubuhmu lemas. Namun Heeseung hanya menatapmu lama. Lalu tiba-tiba dia mundur selangkah, melepaskanmu sepenuhnya. “Pergi” katanya, singkat. Kamu terdiam. “Kamu sekarang gini, Hee?” ucapmu sambil tertawa pahit. Dia mengambil napas panjang. “Tapi aku gak tahan kamu ngilang kayak tadi.” Hening menyelimuti ruangan. Akhirnya kamu membuka suara, lebih tenang. “Aku nggak pergi buat nyakitin kamu. Aku pergi karena aku capek disakiti diam-diam. Aku pengen kamu sadar, bahwa aku di sini bukan cuma buat nemenin kamu ngeladenin ego tiap hari.” Heeseung tidak menjawab. Tatapannya kosong. Kamu melangkah pelan, mengambil air dari kulkas. Saat kamu membuka botol, suara ponsel Heeseung berdering. Kamu tak berniat peduli. Tapi dari kejauhan, kamu dengar suara notifikasi otomatis membaca isi pesan yang masuk: “Lokasi target bergerak. Rute pulang sesuai prediksi. Monitoring lanjut?” Kamu membeku. Pandangamu beralih ke Heeseung, yang sekarang sedang menatapmu tajam Dan tiba-tiba, semua rasa takutmu malam ini... menjadi masuk akal. Next? #leeheeseung #heeseung #fyp

About