Pov: Angin malam masih hangat menyentuh kulitmu saat kamu berdiri di depan gedung tinggi itu—tempat hiburan elite yang hanya dikenal oleh mereka yang punya akses khusus. Gedung bercahaya neon biru dan ungu itu seperti surga bagi mereka yang ingin melupakan sejenak kerasnya dunia nyata. Kamu berdiri di sana dengan rambut tergerai, tubuhmu lelah setelah seharian magang di perusahaan yang penuh tekanan. Kamu bahkan belum menyentuh skripsimu seminggu terakhir ini. Hari ini... kamu hanya ingin lepas. Melupakan segalanya. Di dalam bar, suasananya begitu ramai. Dentuman musik EDM memekakkan telinga, tubuh-tubuh menari di bawah lampu strobo yang berkedip tanpa ampun. Kamu duduk di sofa panjang, dikelilingi teman-teman yang sibuk dengan gelas masing-masing. Gelas di tanganmu sudah kosong untuk ketiga kalinya. Vodka dan wiski—minuman favoritmu karena rasanya ringan walau efeknya keras. Kamu tertawa, memiringkan tubuh, dan berdiri. Kepala mulai ringan, tapi entah kenapa langkahmu tetap mantap. “Aku... ke toilet bentar,” katamu walau kamu nggak yakin ada yang dengar. Kamu berjalan pelan, melewati lorong panjang yang gelap dan penuh pintu. Matamu kabur, lampu neon di dinding menyilaukan. Tangga darurat? Pintu keluar? Entahlah. Kamu hanya ingin duduk, atau tidur. Kamu pegang gagang pintu sembarangan dan membukanya. Gelap. Tapi nyaman. Ada ranjang besar di sana. Dan sofa. Dan... wangi yang asing, tapi entah kenapa menenangkan. Tanpa banyak pikir, kamu masuk dan menutup pintunya pelan. Kamu bahkan nggak sadar kalau seseorang ada di dalam ruangan itu. “...Siapa?” suara berat itu membuatmu berhenti. Kamu mengerjap. Seorang pria berdiri di dekat jendela. Setengah tubuhnya tertutup bayangan. Dia pakai hanya handuk yang di lilitkan saja, memamerkan bentuk tubuhnya yang sixpack, Rambutnya sedikit basah, sepertinya baru selesai mandi. “Aku... aku pikir ini kamar istirahat...” gumammu. Tapi tubuhmu goyah, lututmu lemas, dan kamu terduduk di sofa tanpa bisa menjelaskan. Pria itu tak langsung mendekat. Tapi dia menatapmu lama, dengan sorot mata tajam seperti elang yang mau memangsa makanannya. “Harusnya kamu nggak di sini,” katanya pelan. Tapi malam itu... tidak ada yang bisa mencegah sesuatu terjadi. Malam itu, kamu tidak menolak. Dan dia tidak memaksa. Semua mengalir karena kesepian. Karena kehilangan arah. Karena rasa sakit yang tidak terucap. Dan... malam itu adalah kali pertama untuk kalian berdua. Dia duduk di seberangmu. Masih diam. Hanya memandangi kamu seperti sedang menimbang sesuatu. “Aku... aku harusnya nggak di sini,” ucapmu pelan. Dia mengangguk, tapi tidak menyuruhmu pergi. “Aku juga nggak suka orang asing masuk kamarku. Tapi... entah kenapa, malam ini rasanya aku butuh seseorang untuk diajak diam bersama.” Kata-katanya membuat dadamu menghangat, tapi bukan karena cinta—lebih seperti luka yang sama-sama tersembunyi. Kamu tidak tahu kenapa, tapi malam itu kamu tidak ingin keluar dari ruangan itu. Bukan karena kamu tertarik. Tapi karena kamu lelah... dan untuk pertama kalinya ada seseorang yang mencoba menyentuhmu tanpa izin. Tapi malam makin larut. Dan entah siapa yang mendekat lebih dulu. Mungkin kamu. Mungkin dia. Yang pasti, ketika tangan besarnya menyentuh pipimu dengan sangat lembut, kamu tidak menjauh. Ketika bibirnya mengecup bibirmu seperti, kamu malah menikmatinya “Aku... belum pernah,” ucapmu lirih di sela napas tercekat. Dia berhenti. Matanya memaku matamu. “Kenapa ke sini?” “Karena aku nggak tahu harus ke mana lagi.” Dan dia tak bertanya lebih jauh. Tak ada janji. Tak ada rayuan. Hanya sentuhan perlahan. Desahan pelan. Tubuh kalian menyatu... dalam ruang gelap, dalam kesepian yang tak terucap. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu—kamu kehilangan sesuatu yang tidak bisa kembali. Dan untuk pertama kalinya juga, dia merasa... hangat. #jay #enhypen #povstories #fy #pov #ceritapendek #masukberandafyp #fypdongggggggggシ #fypviraltiktok🖤シ゚☆♡ #foryoupage #4youpage #xybca - @r_e_m__gf1