@friskyhealthandwellness: Hustle Butter • Hustle Butter Tattoo Balm • Tattoo aftercare balm • Tattoo healing butter • Tattoo moisturizer • Tattoo balm for healing • Natural tattoo care • Vegan tattoo balm • Best tattoo aftercare balm for healing and hydration • Hustle Butter review for new tattoos • Tattoo balm to reduce itching and flaking • Natural alternative to petroleum jelly for tattoos • Tattoo healing cream that won’t clog pores • Vegan and cruelty-free tattoo aftercare

friskyhealthandwellness
friskyhealthandwellness
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 20 July 2025 18:08:56 GMT
8
0
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @friskyhealthandwellness, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Hartford, Wisconsin. Juli 2013. Jessie Blodgett,  gadis 19 tahun yang penuh impian,  baru pulang dari pesta pemain teater Fiddler on the Roof.  Malam itu ia tertawa,  bernyanyi, dan berbagi cerita dengan teman-temannya.  Tak ada yang menduga, bahwa esok paginya, ia akan ditemukan tak bernyawa di tempat tidurnya. Tubuh Jessie ditemukan terbaring seperti sedang tidur,  namun lehernya menunjukkan bekas jeratan.  Dia dicekik oleh seseorang yang ia kenal baik.  Seseorang yang bahkan sempat duduk di ruang tamu rumah keluarganya,  berpura-pura berduka,  sambil menghibur orang tua Jessie:  Daniel Bartelt, mantan pacarnya sendiri. Hari itu,  Bartelt bermain peran dengan sempurna.  Ia memeluk ayah dan ibu Jessie,  mendengarkan cerita penuh air mata,  dan berkata betapa ia kehilangan Jessie.  Tak seorang pun mencurigainya.  Teman-temannya, bahkan menjemput Bartelt dari kantor polisi setelah diinterogasi,  tanpa menyadari bahwa pria itulah dalang di balik tragedi. Namun,  satu kalimat membongkar segalanya.  Dalam interogasi,  Bartelt menyebut bahwa Jessie “telah diperkosa dan dibunuh.”  Detail itu belum pernah diumumkan ke publik.  Polisi pun mulai menghubungkannya dengan sebuah kasus lain:  hanya beberapa hari sebelum pembunuhan Jessie,  Bartelt menyerang seorang wanita di taman dengan pisau. Penyelidikan semakin intens.  Dalam tempat sampah taman,  penyidik menemukan kotak sereal berisi tali,  selotip,  dan tisu dengan bercak darah.  Tes DNA memastikan semuanya mengarah ke Bartelt.  Dalam waktu 16 hari,  topeng kesedihannya runtuh. Pada Agustus 2014,  Daniel Bartelt dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tanpa pembebasan bersyarat.  Di pengadilan,  ia berbicara kepada keluarga Jessie,  mengatakan bahwa hatinya “bersih.”  Namun kebenaran yang terkuak, menunjukkan wajah seorang manipulatif, yang tega mengambil nyawa gadis yang dulu ia cintai. Kisah Jessie adalah pengingat gelap, bahwa kejahatan kadang datang dari orang terdekat.  Orang yang berpura-pura menangis bersama kita…  bisa jadi adalah penyebab air mata itu sendiri. Follow @sudutgelap.surabaya  sebelum kisah-kisah kelam seperti ini tenggelam bersama waktu, dan kita lupa bahwa kejahatan sering bersembunyi di balik wajah yang paling ramah.
Hartford, Wisconsin. Juli 2013. Jessie Blodgett, gadis 19 tahun yang penuh impian, baru pulang dari pesta pemain teater Fiddler on the Roof. Malam itu ia tertawa, bernyanyi, dan berbagi cerita dengan teman-temannya. Tak ada yang menduga, bahwa esok paginya, ia akan ditemukan tak bernyawa di tempat tidurnya. Tubuh Jessie ditemukan terbaring seperti sedang tidur, namun lehernya menunjukkan bekas jeratan. Dia dicekik oleh seseorang yang ia kenal baik. Seseorang yang bahkan sempat duduk di ruang tamu rumah keluarganya, berpura-pura berduka, sambil menghibur orang tua Jessie: Daniel Bartelt, mantan pacarnya sendiri. Hari itu, Bartelt bermain peran dengan sempurna. Ia memeluk ayah dan ibu Jessie, mendengarkan cerita penuh air mata, dan berkata betapa ia kehilangan Jessie. Tak seorang pun mencurigainya. Teman-temannya, bahkan menjemput Bartelt dari kantor polisi setelah diinterogasi, tanpa menyadari bahwa pria itulah dalang di balik tragedi. Namun, satu kalimat membongkar segalanya. Dalam interogasi, Bartelt menyebut bahwa Jessie “telah diperkosa dan dibunuh.” Detail itu belum pernah diumumkan ke publik. Polisi pun mulai menghubungkannya dengan sebuah kasus lain: hanya beberapa hari sebelum pembunuhan Jessie, Bartelt menyerang seorang wanita di taman dengan pisau. Penyelidikan semakin intens. Dalam tempat sampah taman, penyidik menemukan kotak sereal berisi tali, selotip, dan tisu dengan bercak darah. Tes DNA memastikan semuanya mengarah ke Bartelt. Dalam waktu 16 hari, topeng kesedihannya runtuh. Pada Agustus 2014, Daniel Bartelt dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tanpa pembebasan bersyarat. Di pengadilan, ia berbicara kepada keluarga Jessie, mengatakan bahwa hatinya “bersih.” Namun kebenaran yang terkuak, menunjukkan wajah seorang manipulatif, yang tega mengambil nyawa gadis yang dulu ia cintai. Kisah Jessie adalah pengingat gelap, bahwa kejahatan kadang datang dari orang terdekat. Orang yang berpura-pura menangis bersama kita… bisa jadi adalah penyebab air mata itu sendiri. Follow @sudutgelap.surabaya sebelum kisah-kisah kelam seperti ini tenggelam bersama waktu, dan kita lupa bahwa kejahatan sering bersembunyi di balik wajah yang paling ramah.

About