@vashoj: Mamacita 🤍

JOSA
JOSA
Open In TikTok:
Region: US
Sunday 20 July 2025 19:36:33 GMT
885
86
9
3

Music

Download

Comments

anapriscilacastillo
Ana Castillo :
Yasss you are!!! 😍 Cutie
2025-07-20 19:40:54
1
nik.pha
Phanya Nikole :
“A fine mamacita” 😍
2025-07-20 21:01:52
0
keepingupwag
aG. :
The finest too✨
2025-07-21 03:24:51
0
xoxojeimymaria
Jeimymaria :
😍
2025-07-21 00:00:06
0
herrr.lee
herrr.lee :
😍😍😍
2025-07-20 20:33:09
0
_jokayra
_Jokayra :
😍😍
2025-07-20 20:01:21
0
purelycozy
purelycozy :
Mamacita🤣😍🤎
2025-07-21 19:36:32
1
yoodiazzx
Yoyoo ✨ :
Mamacita 😍
2025-07-20 19:39:14
0
saxstinemaria
saxstinemaria :
Mamacitaaaa…. Mamazotaaaa
2025-07-22 02:13:51
0
To see more videos from user @vashoj, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Kamu tidak menjawab. Tenggorokanmu terasa sesak. Terlalu banyak yang ingin kamu katakan, tapi semuanya terhambat di ujung lidah.
Kamu tidak menjawab. Tenggorokanmu terasa sesak. Terlalu banyak yang ingin kamu katakan, tapi semuanya terhambat di ujung lidah. "Jake, mau kemana?" Hanya itu yang berhasil lolos dari mulutmu. "Ke rumah sakit, jenguk Heeseung," jawab Jake. Suaranya pelan. Kamu berdiri. "Aku ikut." Di mobil, tak ada yang bicara. Hanya ada suara mesin dan pikiranmu sendiri yang ribut. Jake akhirnya membuka suara. "Mau tau lebih dalam kenapa Heeseung jadi kayak gitu?" Kamu menoleh. Mengangguk. Kamu tahu ini bakalan sakit. Tapi kamu harus tetap mendengarnya. "Heeseung ditinggal orang tuanya pas umur sebelas. Nggak pamit, nggak ada alasan. Tiba-tiba mereka pergi gitu aja. Ninggalin Heeseung sendirian. Sejak saat itu, dia tinggal sama neneknya." Jake menelan ludahnya sebelum melanjutkan. "Terus waktu dia umur enam belas, dia pacaran sama Hana. Mereka sempat ribut besar. Heeseung meledak, Hana pergi naik motor. Malam itu juga... Hana kecelakaan." Kamu langsung tegang. Nafasmu terhenti sesaat. "Hana selamat. Tapi yang luka itu bukan cuma fisik. Keluarga Hana nyalahin dia. Bahkan Hana sendiri pernah bilang... kalau aja dia nggak kenal Heeseung, hidupnya nggak bakal serumit itu." Jake menatap lurus ke depan. "Dan di situlah semuanya mulai rusak. Dia mikir, semua orang yang deket dia bakal kena sial. Makanya dia dorong kamu pergi. Bukan karena dia gak sayang—tapi karena dia percaya, makin dia cinta seseorang, makin orang itu terancam." Kamu mendengarkan. Tapi rasanya seperti berdiri di tengah badai. Semua ucapan Jake memukulmu bertubi-tubi. "Dia nggak tau cara sembuh. Jadi dia ulang siklus yang sama. Dorong orang pergi sebelum ditinggalin. Dia pikir itu lebih aman. Padahal dia cuma belajar buat nyakitin duluan, supaya nggak tersakiti terakhir. Dia itu... self-sabotage, Y/n." ** Lorong rumah sakit terasa dingin, sepi, dan penuh dengan gema langkahmu dan Jake. Kamar nomor 507. Kamu mendorong pintunya, pelan. Heeseung duduk bersandar. Wajahnya pucat, matanya kosong. Selang infus terpasang di tangannya. Tapi luka paling parah itu.. tidak kelihatan dari luar. Pandangan kalian bertemu. "Hai," katamu. Suaramu hampir tak terdengar. Dia tidak menjawab. Tapi kamu tahu dia dengar. Kamu duduk. Tidak terlalu dekat. Tapi cukup untuk saling dengar napas masing-masing. "Aku tau sekarang, Hee," katamu. Heeseung menatapmu sayu. Giginya menggertak pelan. "Aku terlambat, ya?" bisiknya, seolah takut pada jawabannya sendiri. "Mungkin," jawabmu. Jujur. Sepahit itu. Hening beberapa saat. Sampai akhirnya dia bicara, pelan, dan bergetar, "Kamu udah benci aku ya, Y/n? Aku nggak pengen ninggalin kamu, aku nggak pengen buat kamu bingung. Tapi aku pikir kalau aku bikin kamu benci aku, kamu nggak akan ngerasa kehilangan kalau aku pergi." Kamu menatapnya. Tatapanmu datar, tapi matamu basah. "Aku gak pernah benci kamu, Hee. Yang aku benci… adalah kamu selalu lari, bukannya bertahan." Heeseung memejam. Napasnya berat. Air matanya jatuh perlahan. Tapi kamu tak memeluknya. Kamu tak merangkulnya. Kamu hanya duduk di sana, jadi saksi terakhir untuk luka yang dia buat sendiri. Kamu bangkit. Menggenggam tangannya sebentar. "Lain kali, kalau kamu cinta seseorang, jangan dorong mereka pergi. Pegang mereka. Walau kamu takut. Walau kamu ngerasa nggak pantas. Karena rasa takut bukan alasan buat ninggalin orang yang kamu cintai." Genggaman itu akhirnya kamu lepas. "Sekarang.. kita selesai, Hee. Aku pulang dulu. Cepet sembuh, ya," katamu. Kamu melangkah keluar. Tanpa menoleh. Dan di balik pintu yang tertutup, Heeseung masih duduk. Tangannya terasa hampa. Bekas hangat genggamanmu jadi satu-satunya hal yang tersisa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia sadar... Dia bukan cuma kehilangan kamu. Dia kehilangan satu-satunya kesempatan untuk benar-benar sembuh. Dan mungkin, dia tidak akan dapat kesempatan itu dua kali. Kamu keluar dari kamar itu. Langkahmu masih gemetar. Di ujung lorong, Jake berdiri menyandar ke tembok. Matanya merah, tapi dia tidak menangis. — otak ak stuck, huhu.. mo lanjut apa smpe sini aja bub? #heeseung #au #fyp #pov

About