@bbqdom: Daughtry - Over You

BBQ Dom
BBQ Dom
Open In TikTok:
Region: US
Monday 21 July 2025 15:51:04 GMT
124
4
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @bbqdom, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

BAB 16 — Langkah Pasir dan Obsesi Langit Safir menghampar seperti lautan permadani biru, dibordir emas cahaya mentari yang jatuh dari takhta langit. Di altar langit, ribuan bunga mekar bukan karena musim, tapi karena doa. Hari itu bukan hanya hari penobatan seorang raja. Tapi hari ketika sejarah memahat dua nama dalam satu takdir: Raja Arabin, dan Pangeran Tian Jia Rui. Balairung istana dipenuhi irama sakral yang dilantunkan para pendeta langit. Dalam upacara penuh air mata dan restu leluhur, menurunkan mahkota ke atas kepala Arabin—putra kebanggaan Safir, yang kini mengemban langit dan bumi di pundaknya. Di sisinya, berdiri Tian Jia Rui, berselimut jubah putih kebiruan yang memantulkan cahaya seperti bintang pertama yang muncul saat senja. Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan samudra. Dunia menyaksikan ketika dua tangan saling menggenggam. Mahkota di kepala Arabin, dan senyum di wajah Rui, menjadi dua kutub cahaya yang memecah segala keraguan. “Demi langit yang membakar Safir menjadi kemegahan, dan bumi yang mengakar Aarohi menjadi keberanian,” ucap pendeta agung, “hari ini, dua kerajaan, dua jiwa, dua cinta—menyatu dalam satu pelafalan suci: Takdir.” Gong sakral menggema. Air mata jatuh, bukan karena luka, tapi karena betapa agungnya cinta yang tumbuh dari peperangan, rahasia, dan pengorbanan. Safir dan Aarohi bersatu, bukan dengan pedang, tapi dengan genggaman dua lelaki yang saling mencintai melampaui hukum dan mahkota. Sebelum pesta dimulai, satu momen kecil mengendap di antara pilar-pilar sunyi istana. Xiao Zhan berdiri di bawah sinar remang senja, memanggil Tian Jia Rui pelan. Adiknya mendekat. Tak ada gelar. Tak ada protokol. Hanya dua saudara yang berdiri, satu melepas, satu berpamitan.
BAB 16 — Langkah Pasir dan Obsesi Langit Safir menghampar seperti lautan permadani biru, dibordir emas cahaya mentari yang jatuh dari takhta langit. Di altar langit, ribuan bunga mekar bukan karena musim, tapi karena doa. Hari itu bukan hanya hari penobatan seorang raja. Tapi hari ketika sejarah memahat dua nama dalam satu takdir: Raja Arabin, dan Pangeran Tian Jia Rui. Balairung istana dipenuhi irama sakral yang dilantunkan para pendeta langit. Dalam upacara penuh air mata dan restu leluhur, menurunkan mahkota ke atas kepala Arabin—putra kebanggaan Safir, yang kini mengemban langit dan bumi di pundaknya. Di sisinya, berdiri Tian Jia Rui, berselimut jubah putih kebiruan yang memantulkan cahaya seperti bintang pertama yang muncul saat senja. Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan samudra. Dunia menyaksikan ketika dua tangan saling menggenggam. Mahkota di kepala Arabin, dan senyum di wajah Rui, menjadi dua kutub cahaya yang memecah segala keraguan. “Demi langit yang membakar Safir menjadi kemegahan, dan bumi yang mengakar Aarohi menjadi keberanian,” ucap pendeta agung, “hari ini, dua kerajaan, dua jiwa, dua cinta—menyatu dalam satu pelafalan suci: Takdir.” Gong sakral menggema. Air mata jatuh, bukan karena luka, tapi karena betapa agungnya cinta yang tumbuh dari peperangan, rahasia, dan pengorbanan. Safir dan Aarohi bersatu, bukan dengan pedang, tapi dengan genggaman dua lelaki yang saling mencintai melampaui hukum dan mahkota. Sebelum pesta dimulai, satu momen kecil mengendap di antara pilar-pilar sunyi istana. Xiao Zhan berdiri di bawah sinar remang senja, memanggil Tian Jia Rui pelan. Adiknya mendekat. Tak ada gelar. Tak ada protokol. Hanya dua saudara yang berdiri, satu melepas, satu berpamitan. "Rui…" suara Zhan serak, menahan gelombang yang naik ke dadanya. "Kau tumbuh terlalu cepat. Aku bahkan belum selesai melindungimu." Jia Rui tertawa pelan. “Kakak tetap pelindungku, meski aku sudah berdiri di sisi raja.” Xiao Zhan menarik adiknya ke pelukan. Lama. Hangat. “Kalau kau terluka, bahkan segores… aku akan mengangkat senjata. Bukan sebagai jenderal. Tapi sebagai kakakmu.” Jia Rui mengangguk, matanya berembun. “Kakak, aku tidak pergi jauh. Aku hanya pulang ke hati yang memilihku.” Mereka berpisah, bukan karena kehilangan. Tapi karena cinta yang memberi ruang tumbuh. Malam tiba dengan ribuan lentera beterbangan. Di balkon kamar peraduan, YanAn dan Rui berdiri berdua. Angin membawa harum bunga malam dan nyanyian pelan dari taman. "Sayang,” bisik Arabin sambil merapikan helaian rambut di pelipis kekasihnya, “kau tahu... aku masih tak percaya kau benar-benar di sini. Di sisiku. Di istana ini.” Rui mencubit pelan dagunya. “Kalau ini mimpi, maka biarkan aku tidur selamanya.” ------ “Bolehkah aku jatuh padamu… sekali lagi?” bisik Arabin, jemarinya membelai punggung Rui sehalus embun di kelopak fajar. “Kalau begitu… biarkan aku jadi tempatmu jatuh selamanya,” balas Rui, suaranya bergetar seperti dawai kecapi di malam sunyi. Di antara sutra dan remang lentera, tubuh mereka saling mencari seperti langit merindukan pelukan laut. Ciuman mereka bukan sekadar pertemuan bibir—itu adalah bahasa tak bersuara, tempat segala luka dilebur menjadi cahaya. Rui mencengkeram bahu Arabin, pelan, seolah takut lelaki itu akan lenyap seperti mimpi. Arabin membalas dengan sentuhan lembut di tulang selangka, lalu mencium tiap inci tubuh yang dahulu disembunyikan oleh perang dan kesedihan. Malam itu, mereka tidak hanya menyatu dalam raga, tapi dalam sejarah. Setiap helaan napas adalah puisi. Setiap rintih pelan adalah doa. Dan saat mereka berpadu, bukan hanya tubuh yang melebur, tapi jiwa—dua bintang yang akhirnya saling menemukan langitnya. #tianjiarui #yanan #xiaozhan #fyp #viral #veilofshadows #fangsoffortune

About