Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
How To Use
Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
Detail
@danisakeemora:
danisa keemora
Open In TikTok:
Region: ID
Wednesday 23 July 2025 07:37:57 GMT
5
1
0
0
Music
Download
No Watermark .mp4 (
6.55MB
)
No Watermark(HD) .mp4 (
6.55MB
)
Watermark .mp4 (
7.03MB
)
Music .mp3
Comments
There are no more comments for this video.
To see more videos from user @danisakeemora, please go to the Tikwm homepage.
Other Videos
Oculus Quest 2 Puzzle Game! 🥺 #fyp #metaquest2 #vr #oculusquest2
lowkey flex - yulema #viral #nightcore #speedup #speedupsongs #xyzbca #fyp #foryou
#fyp #viral #Capcut #makemefamous
Impractical Jokers star Joe Gatto has denied a TikToker's claim that he sexually assaulted her when she was 19, but admitted he has 'used poor judgement.' Gatto, 48, was hit with allegations from TikTok user Joozyb, who did not give her name, claiming he assaulted her after she met him before one of his shows in Milwaukee in September 2023. The TikTok user claimed that after meeting Gatto and taking a picture with him, he offered her 'two meet and greet passes' to his stand-up comedy show later that night. Read more at DailyMail.com. #news #impracticaljokers #joegatto #allegations
Watch #CrawfordMadrimov LIVE NOW on ESPN+ PPV 🍿 Link in Bio. #boxing #combatsports #drip #fashion
Di balik kemegahan sejarah Buton, tersimpan kisah mitologis yang menggugah tentang seorang perempuan sakral: Wa Kaakaa. Ia bukan sekadar perempuan bangsawan, tetapi sosok yang disebut sebagai "Mobetena i Tombula" — dia yang lahir dari bambu. Kisahnya tersimpan dalam naskah kuno Hikayat Sipanjonga, dan dari sana kita dapat menangkap jejak-jejak keterkaitan antara Butuni (Wolio) dengan Luwu kuno, serta makna simbolis dari bambu dalam tradisi bangsawan Nusantara. Darah Putih: Simbol Kemurnian Bangsawan Hikayat Sipanjonga memulai kisah dengan pemandangan luar biasa: sebatang bambu yang dipotong oleh Sangia I Langkuru, sosok suci dari Peropa. Ajaibnya, bambu itu mengeluarkan darah putih seperti susu—pertanda kemurnian. Dari sanalah muncul seorang bayi perempuan: Wa Kaka. Ia tak hanya cantik dan bercahaya, tetapi juga berdarah bangsawan, bahkan keturunan langit. Dalam tradisi Buton, darah putih menjadi penanda utama seseorang berasal dari kalangan bangsawan murni. Hal ini sejalan dengan tradisi Luwu, sebagaimana dalam teks La Galigo, di mana darah mempelai bangsawan akan diuji saat pernikahan untuk memastikan warnanya benar-benar putih. Seorang pengamat Portugis bahkan mencatat fenomena ini dengan rasa heran pada akhir abad ke-16. Bambu sebagai Simbol Klan Pemburu Sebutan "Mobetena i Tombula" bukan sekadar metafora kelahiran ajaib. Dalam kosmologi kuno Nusantara, bambu (tombula/gading/petung) memiliki makna mendalam. Ia adalah simbol klan pemburu—yakni kelompok awal masyarakat yang hidup dari hasil buruan di hutan dan laut. Klan inilah yang kemudian banyak melahirkan dinasti-dinasti raja di wilayah-wilayah maritim dan daratan Asia Tenggara, karena mereka dikenal kuat, tangguh, dan menguasai senjata. Raja-raja Luwu kuno, yang dikenal sebagai Sawe-ri-Gading, juga menyandang gelar “dia yang lahir dari bambu”. Maka, penyebutan Wa Kaka sebagai Mobetena i Tombula sekaligus menegaskan keterkaitannya dengan dinasti bangsawan Luwu, yang memang memiliki akar genealogis dari klan pemburu bambu ini. Peropa, Baluwu, dan Lahirnya Raja Wolio Dalam Hikayat Sipanjonga, dua kampung utama disebut selalu bergandengan dalam momen penting sejarah Wolio: Peropa dan Baluwu. Peropa adalah tempat suci di mana bambu ditemukan dan dibelah oleh Sangia I Langkuru. Sementara Baluwu, nama lama dari Luwu, diwakili oleh Wa Bua, yang mendapat pesan langsung dari Batara Guru, leluhur Wa Kaka. Karena peran besar mereka, dua kampung ini kemudian digelari secara adat sebagai "Manggadaina Laki Wolio", pelindung dan penuntun raja. Kisah ini menunjukkan keterkaitan erat antara Butuni dan Luwu yang telah berlangsung sejak zaman kuno. Tidak hanya dalam aspek politik dan kosmologi, tapi juga dalam struktur sosial dan pandangan terhadap kebangsawanan. Wa Kaka dan Asal Usul “Cina” Menariknya, tradisi lisan juga menyebut Wa Kaka sebagai putri berdarah Cina. Banyak yang keliru menafsirkan bahwa ia adalah putri Kaisar Khubilai Khan. Padahal, Hikayat Sipanjonga tidak menyebut asal Tiongkok, melainkan menonjolkan ciri fisik: berkulit putih, sangat cantik, dan bercahaya. Di sinilah pentingnya memahami konteks. Dalam naskah La Galigo, Sawerigading menikahi We Cudai, putri dari Kerajaan Cina—namun bukan Cina Tiongkok, melainkan kerajaan lokal bernama "Cina" yang berada di kawasan Ugi’, Sulawesi Selatan. Kerajaan ini independen, kecil, namun memiliki jejak genealogis dalam silsilah para bangsawan Luwu. Maka, menyebut Wa Kaka berdarah Cina tidak sepenuhnya salah, tapi perlu ditempatkan dalam konteks lokal Sulawesi, bukan geopolitik Asia Timur. Warisan Mitologi dan Identitas Wa Kaka, dengan gelar Batara yang ke Butuni, bukan hanya figur mitologis. Ia adalah titik temu antara mitos dan sejarah, antara langit dan bumi, antara Luwu dan Wolio. Kisah kelahirannya dari bambu menyatukan unsur-unsur kosmologi, kesakralan darah bangsawan, serta identitas pemburu—sebuah lapisan kompleks yang mencerminkan kedalaman budaya Buton dan koneksinya dengan dunia Bugis-Luwu.
About
Robot
Legal
Privacy Policy