@daisymaize.jpg: Follow daisymaizedotjpg on Twitch for more nonsense 👾🌼 #drag #gay #clown #gaming #twitch #stream

Daisy Maize
Daisy Maize
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 23 July 2025 21:41:28 GMT
103
1
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @daisymaize.jpg, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV:Balerina jadi aktivis? Baiklah, itu aneh, tapi itulah kenyataannya.  Di bulan Mei 1998 ini, kamu adalah mahasiswi semester lima, yang juga seorang balerina. Di keadaan genting seperti ini, kamu mengikuti teman-teman satu kampus kamu untuk turun ke lapangan dan menyuarakan suara rakyat sekeras mungkin.  “Apa yang kamu lakukan disini, (y/n)? Bapakmu bukannya pejabat di atas sana?” Celetuk Sucipto. Mahasiswa fakultas teknik. Lantas, pandangan yang lain menuju ke arah kamu. Walaupun tak lama, mereka tertawa. Sudah menjadi rahasia umum jika kamu adalah anak seorang pejabat, namun, kamu suka memberontak. Mengikuti apa yang ayah kamu lakukan, sebagai pejabat bersih di era mulut tertutup ini.  “Ya emangnya kenapa? Bapakku bersih, kok, orangnya. Anaknya memperjuangkan di lapangan, bapaknya di gedung sana.” Kamu menjawab dengan gamblang.  Di hadang, bahkan di teriaki balik oleh para aparat kepolisian sudah bukan hal yang mengagetkan untuk kamu. Hingga di saat gas air mata melayang, para aktivis kabur. Karena mereka tahu, di kabut yang diciptakan ini, akan ada pengkhianat di antara mereka.  Kamu juga pergi, menuju mobil yang sudah tersedia dan yang memang kamu ketahui. Di dalam sana, kamu pikir ada supir milikmu seperti biasa. Tapi siapa yang akan menyangka, kalau ternyata itu adalah mantan elit Kopassus? Ah iya, jika secara gamblang, itu suami kamu. Sunghoon.  “Saya sudah bilang, kan, sama kamu untuk berhenti turun kelapangan?” Meski dengan nada yang datar, ia masih dengan telaten mengatur rambutmu yang kacau. Kalian berhadap-hadapan, dengan Sunghoon yang memberisihkan wajahmu yang penuh dengan peluh keringat.  “Aku perlu turun. Apa kata mahasiswa lain kalau anak pejabat seperti aku malah adem anyem, tidak ikut demo? Bisa kena gunjingan.”  Sunghoon menghela napas. Ia malas jika harus berdebat dengan istri kecilnya. Kecil? Ya iya. Perbedaan usia kalian cukup jauh saat ini. Dan dengan sifat kamu yang aktif, ia malas mendebat. Sunghoon lebih suka mendengarkan, menuruti, serta memperlakukan kamu dengan nyaman.  “Pulang ya? Besok ga ada lagi, kan? Saya ga mau kamu kena apa-apa. Suasana nya sedang panas saat ini. Ayah kamu itu kekeuh ingin mendebat Presiden.”  Kamu mendecak kesal. “Bantuin dong Ayah aku!”  Dan dengan begitu, kamu menerima sentilan kecil di kening.  “Tidak semudah itu, sayang. Lagi pula Ayah kamu di posisi aman. Siapa yang berani mengusik Ketua Mahkamah Agung, hm?”  Walaupun sempat di kuasi oleh kekesalan, kamu menjadi tenang. Sunghoon yang peka, pun mengelus punggung tanganmu sambilan menjalankan mobil. Tanpa tahu, tragedi yang mengenaskan akan segera tiba.  ——— Kamu mengaduh kesakitan. Ini sudah 4 hari lewat dari hari terakhir kamu ikut turun. Dan kali ini, kamu turun lagi. Sudah banyak mahasiswa yang tertarik entah kemana, begitu pula dengan kamu. Rambut kamu di tarik dengan kencang, mengarahkan ke gang sepi nan gelap.  “Kamu anak Pak Haryono, kan?” Tanya orang itu. Tubuhnya tegap, juga besar. Ia memakai almamater kampus milikmu agar bisa menyamar. Tapi, saat ia baru saja mencengkram rahangmu, tiba-tiba saja kepalanya tersungkur.  “Sunghoon!” Tangismu luruh. Dan langsung menghambur kedalam pelukannya. Ia menyambut itu dengan lembut, menepuk-nepuk punggungmu.  Kamu digendong seperti koala yang memeluk induknya, dari depan. Bawahan Sunghoon, semuanya menunduk.  “Dia tadi nanya nama kamu, sayang?”  Kamu mengangguk. Dan setelahnya, gelap. Kamu pingsan.  ——— Di malam harinya, Bangkarpo, Presiden yang saat ini menjabat sedang duduk sendirian. Ia merinding. Rumahnya seakan sepi, tanpa suara, dan tanpa kehidupan. Dari belakang, ia mendengar celatuk pistol. Itu tepat ada di sampingnya.  “Duduk diam, Bung.” Itu Sunghoon. Karena ketakutan, Bangkarpo menurut. Ia menatap Sunghoon, perlahan, ketika laki-laki itu berjalan ke depannya sambil tertawa.  “Turun dari pangkatmu, atau nyawa mu yang naik, Bung?”  #sunghoon #enhypen #pov #fyp #foryouu
POV:Balerina jadi aktivis? Baiklah, itu aneh, tapi itulah kenyataannya. Di bulan Mei 1998 ini, kamu adalah mahasiswi semester lima, yang juga seorang balerina. Di keadaan genting seperti ini, kamu mengikuti teman-teman satu kampus kamu untuk turun ke lapangan dan menyuarakan suara rakyat sekeras mungkin. “Apa yang kamu lakukan disini, (y/n)? Bapakmu bukannya pejabat di atas sana?” Celetuk Sucipto. Mahasiswa fakultas teknik. Lantas, pandangan yang lain menuju ke arah kamu. Walaupun tak lama, mereka tertawa. Sudah menjadi rahasia umum jika kamu adalah anak seorang pejabat, namun, kamu suka memberontak. Mengikuti apa yang ayah kamu lakukan, sebagai pejabat bersih di era mulut tertutup ini. “Ya emangnya kenapa? Bapakku bersih, kok, orangnya. Anaknya memperjuangkan di lapangan, bapaknya di gedung sana.” Kamu menjawab dengan gamblang. Di hadang, bahkan di teriaki balik oleh para aparat kepolisian sudah bukan hal yang mengagetkan untuk kamu. Hingga di saat gas air mata melayang, para aktivis kabur. Karena mereka tahu, di kabut yang diciptakan ini, akan ada pengkhianat di antara mereka. Kamu juga pergi, menuju mobil yang sudah tersedia dan yang memang kamu ketahui. Di dalam sana, kamu pikir ada supir milikmu seperti biasa. Tapi siapa yang akan menyangka, kalau ternyata itu adalah mantan elit Kopassus? Ah iya, jika secara gamblang, itu suami kamu. Sunghoon. “Saya sudah bilang, kan, sama kamu untuk berhenti turun kelapangan?” Meski dengan nada yang datar, ia masih dengan telaten mengatur rambutmu yang kacau. Kalian berhadap-hadapan, dengan Sunghoon yang memberisihkan wajahmu yang penuh dengan peluh keringat. “Aku perlu turun. Apa kata mahasiswa lain kalau anak pejabat seperti aku malah adem anyem, tidak ikut demo? Bisa kena gunjingan.” Sunghoon menghela napas. Ia malas jika harus berdebat dengan istri kecilnya. Kecil? Ya iya. Perbedaan usia kalian cukup jauh saat ini. Dan dengan sifat kamu yang aktif, ia malas mendebat. Sunghoon lebih suka mendengarkan, menuruti, serta memperlakukan kamu dengan nyaman. “Pulang ya? Besok ga ada lagi, kan? Saya ga mau kamu kena apa-apa. Suasana nya sedang panas saat ini. Ayah kamu itu kekeuh ingin mendebat Presiden.” Kamu mendecak kesal. “Bantuin dong Ayah aku!” Dan dengan begitu, kamu menerima sentilan kecil di kening. “Tidak semudah itu, sayang. Lagi pula Ayah kamu di posisi aman. Siapa yang berani mengusik Ketua Mahkamah Agung, hm?” Walaupun sempat di kuasi oleh kekesalan, kamu menjadi tenang. Sunghoon yang peka, pun mengelus punggung tanganmu sambilan menjalankan mobil. Tanpa tahu, tragedi yang mengenaskan akan segera tiba. ——— Kamu mengaduh kesakitan. Ini sudah 4 hari lewat dari hari terakhir kamu ikut turun. Dan kali ini, kamu turun lagi. Sudah banyak mahasiswa yang tertarik entah kemana, begitu pula dengan kamu. Rambut kamu di tarik dengan kencang, mengarahkan ke gang sepi nan gelap. “Kamu anak Pak Haryono, kan?” Tanya orang itu. Tubuhnya tegap, juga besar. Ia memakai almamater kampus milikmu agar bisa menyamar. Tapi, saat ia baru saja mencengkram rahangmu, tiba-tiba saja kepalanya tersungkur. “Sunghoon!” Tangismu luruh. Dan langsung menghambur kedalam pelukannya. Ia menyambut itu dengan lembut, menepuk-nepuk punggungmu. Kamu digendong seperti koala yang memeluk induknya, dari depan. Bawahan Sunghoon, semuanya menunduk. “Dia tadi nanya nama kamu, sayang?” Kamu mengangguk. Dan setelahnya, gelap. Kamu pingsan. ——— Di malam harinya, Bangkarpo, Presiden yang saat ini menjabat sedang duduk sendirian. Ia merinding. Rumahnya seakan sepi, tanpa suara, dan tanpa kehidupan. Dari belakang, ia mendengar celatuk pistol. Itu tepat ada di sampingnya. “Duduk diam, Bung.” Itu Sunghoon. Karena ketakutan, Bangkarpo menurut. Ia menatap Sunghoon, perlahan, ketika laki-laki itu berjalan ke depannya sambil tertawa. “Turun dari pangkatmu, atau nyawa mu yang naik, Bung?” #sunghoon #enhypen #pov #fyp #foryouu

About