[Unknown — 06.12] Kemana pun kamu pergi, aku tetap bisa lihat kamu. Jangan buat aku ngerubah caranya. Bukan dari Heeseung. Tapi kamu tahu, itu darinya. Atau lebih tepatnya, dari seseorang yang bekerja untuknya. Kamu menoleh pelan ke belakang. Heeseung masih duduk, menyesap kopinya seperti pagi ini adalah pagi paling biasa dalam hidup kalian. Tidak ada kemarahan di wajahnya. Tidak ada amukan atau paksaan. Justru ketenangan itulah yang membuat semuanya terasa jauh lebih mengerikan. “Kamu bohong” katamu dengan suara nyaris pecah. “Katanya gak bakal cegah aku pergi.” “Aku gak cegah” jawabnya tanpa menoleh. “Aku cuma kasih tau bahwa kepergianmu gak akan bikin aku buta.” “Kamu pasangin aku pelacak? Kamera? Mikrofon? Atau kamu suruh orang ngikutin aku tiap langkah?!” “Enggak semua hal perlu kamu tahu.” “HEESEUNG!” Akhirnya dia menoleh. Tatapannya tajam, tapi bibirnya tetap melengkung dalam senyum kecil yang menjengkelkan. “Aku cuma pastikan kamu aman” katanya pelan. “Satu-satunya yang bahaya adalah kalau kamu nyoba kabur dari perlindunganku.” Perlindungan? Itu bukan perlindungan. Itu pengawasan, penahanan. Kamu menggeleng. “Kamu butuh bantuan. Ini gak sehat.” Heeseung bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan mendekat. Kamu mundur, tapi punggungmu segera bertemu dengan pintu di belakang. “Y/N” suaranya rendah, nyaris seperti bujukan, tapi matanya tetap tak berkedip. “Aku gak butuh bantuan. Aku cuma butuh kamu tetap di tempat yang bisa aku lihat. Aku gak akan pernah izinin dunia menyakitimu kayak dulu.” Kamu membeku. Kata-katanya mengguncang sesuatu dalam dirimu. Dulu, masa lalu. Apakah ini ada hubungannya dengan sesuatu yang sudah kamu lupakan? Kamu mencoba mengingat. Tapi sebelum bisa tenggelam lebih jauh dalam pikiranmu, Heeseung sudah berdiri tepat di hadapanmu. Dia mengangkat tangannya, lalu menyentuh sisi wajahmu. Kali ini, kamu menepisnya. “Gak usah sentuh aku.” Ekspresinya berubah sedikit. Ada kilatan luka yang singkat atau marah yang ditahan. “Kalau kamu keluar dari sini” katanya, “aku gak akan jamin kamu bisa balik.” Kata-katanya menusuk. “Apa maksudmu?” “Aku gak ancam kamu, Y/N. Aku cuma bilang kalau kamu keluar, dunia akan berubah. Gak akan ada tempat aman tanpa aku.” “Lucu, karena saat ini pun aku gak ngerasa aman.” Mata Heeseung menyipit. Sekali lagi dia diam. Dan dalam keheningan itu, kamu akhirnya memutuskan: cukup. Tanpa satu kata pun lagi, kamu membuka pintu. Melangkah keluar. Tidak ada yang menahanmu. Tidak ada tangan yang menarikmu kembali. Tapi langkahmu tidak terasa seperti langkah kemenangan. Justru, seperti melangkah ke dalam sesuatu yang tidak kamu pahami. Seperti kamu sedang diawasi bahkan lebih dari sebelumnya. Dan kamu benar. Karena saat kamu keluar dari gedung apartemen dan berbelok menuju jalan besar, kamu melihat seseorang. Seorang pria dengan hoodie hitam berdiri di seberang jalan, menatap ponselnya, lalu menatap langsung ke arahmu. Kamu berpura-pura tidak melihat. Tapi seluruh tubuhmu menegang. Langkahmu cepat. Kamu memanggil taksi, mencoba tersenyum ramah agar supirnya tidak curiga kamu sedang dalam bahaya. Kamu memberikan alamat acak tempat makan kecil yang biasa kamu kunjungi waktu kuliah. Hanya untuk menyamarkan jejak, hanya untuk berpikir. Tapi sesampainya di sana, kamu tidak merasa lega. Justru semakin bingung. Karena saat kamu masuk ke dalam dan duduk. Tak lama kemudian, ponselmu berbunyi. [Unknown — 07.05] Makanlah yang banyak. Kamu kelihatan pucat dari tadi. Jangan bikin aku khawatir. Kamu hampir menjatuhkan ponselmu. Dia... masih mengawasi. -------- Dikit dulu, tiba-tiba buntu. #leeheeseung #heeseung #fyp - @.ddusky"/> [Unknown — 06.12] Kemana pun kamu pergi, aku tetap bisa lihat kamu. Jangan buat aku ngerubah caranya. Bukan dari Heeseung. Tapi kamu tahu, itu darinya. Atau lebih tepatnya, dari seseorang yang bekerja untuknya. Kamu menoleh pelan ke belakang. Heeseung masih duduk, menyesap kopinya seperti pagi ini adalah pagi paling biasa dalam hidup kalian. Tidak ada kemarahan di wajahnya. Tidak ada amukan atau paksaan. Justru ketenangan itulah yang membuat semuanya terasa jauh lebih mengerikan. “Kamu bohong” katamu dengan suara nyaris pecah. “Katanya gak bakal cegah aku pergi.” “Aku gak cegah” jawabnya tanpa menoleh. “Aku cuma kasih tau bahwa kepergianmu gak akan bikin aku buta.” “Kamu pasangin aku pelacak? Kamera? Mikrofon? Atau kamu suruh orang ngikutin aku tiap langkah?!” “Enggak semua hal perlu kamu tahu.” “HEESEUNG!” Akhirnya dia menoleh. Tatapannya tajam, tapi bibirnya tetap melengkung dalam senyum kecil yang menjengkelkan. “Aku cuma pastikan kamu aman” katanya pelan. “Satu-satunya yang bahaya adalah kalau kamu nyoba kabur dari perlindunganku.” Perlindungan? Itu bukan perlindungan. Itu pengawasan, penahanan. Kamu menggeleng. “Kamu butuh bantuan. Ini gak sehat.” Heeseung bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan mendekat. Kamu mundur, tapi punggungmu segera bertemu dengan pintu di belakang. “Y/N” suaranya rendah, nyaris seperti bujukan, tapi matanya tetap tak berkedip. “Aku gak butuh bantuan. Aku cuma butuh kamu tetap di tempat yang bisa aku lihat. Aku gak akan pernah izinin dunia menyakitimu kayak dulu.” Kamu membeku. Kata-katanya mengguncang sesuatu dalam dirimu. Dulu, masa lalu. Apakah ini ada hubungannya dengan sesuatu yang sudah kamu lupakan? Kamu mencoba mengingat. Tapi sebelum bisa tenggelam lebih jauh dalam pikiranmu, Heeseung sudah berdiri tepat di hadapanmu. Dia mengangkat tangannya, lalu menyentuh sisi wajahmu. Kali ini, kamu menepisnya. “Gak usah sentuh aku.” Ekspresinya berubah sedikit. Ada kilatan luka yang singkat atau marah yang ditahan. “Kalau kamu keluar dari sini” katanya, “aku gak akan jamin kamu bisa balik.” Kata-katanya menusuk. “Apa maksudmu?” “Aku gak ancam kamu, Y/N. Aku cuma bilang kalau kamu keluar, dunia akan berubah. Gak akan ada tempat aman tanpa aku.” “Lucu, karena saat ini pun aku gak ngerasa aman.” Mata Heeseung menyipit. Sekali lagi dia diam. Dan dalam keheningan itu, kamu akhirnya memutuskan: cukup. Tanpa satu kata pun lagi, kamu membuka pintu. Melangkah keluar. Tidak ada yang menahanmu. Tidak ada tangan yang menarikmu kembali. Tapi langkahmu tidak terasa seperti langkah kemenangan. Justru, seperti melangkah ke dalam sesuatu yang tidak kamu pahami. Seperti kamu sedang diawasi bahkan lebih dari sebelumnya. Dan kamu benar. Karena saat kamu keluar dari gedung apartemen dan berbelok menuju jalan besar, kamu melihat seseorang. Seorang pria dengan hoodie hitam berdiri di seberang jalan, menatap ponselnya, lalu menatap langsung ke arahmu. Kamu berpura-pura tidak melihat. Tapi seluruh tubuhmu menegang. Langkahmu cepat. Kamu memanggil taksi, mencoba tersenyum ramah agar supirnya tidak curiga kamu sedang dalam bahaya. Kamu memberikan alamat acak tempat makan kecil yang biasa kamu kunjungi waktu kuliah. Hanya untuk menyamarkan jejak, hanya untuk berpikir. Tapi sesampainya di sana, kamu tidak merasa lega. Justru semakin bingung. Karena saat kamu masuk ke dalam dan duduk. Tak lama kemudian, ponselmu berbunyi. [Unknown — 07.05] Makanlah yang banyak. Kamu kelihatan pucat dari tadi. Jangan bikin aku khawatir. Kamu hampir menjatuhkan ponselmu. Dia... masih mengawasi. -------- Dikit dulu, tiba-tiba buntu. #leeheeseung #heeseung #fyp - @.ddusky - Tikwm"/> [Unknown — 06.12] Kemana pun kamu pergi, aku tetap bisa lihat kamu. Jangan buat aku ngerubah caranya. Bukan dari Heeseung. Tapi kamu tahu, itu darinya. Atau lebih tepatnya, dari seseorang yang bekerja untuknya. Kamu menoleh pelan ke belakang. Heeseung masih duduk, menyesap kopinya seperti pagi ini adalah pagi paling biasa dalam hidup kalian. Tidak ada kemarahan di wajahnya. Tidak ada amukan atau paksaan. Justru ketenangan itulah yang membuat semuanya terasa jauh lebih mengerikan. “Kamu bohong” katamu dengan suara nyaris pecah. “Katanya gak bakal cegah aku pergi.” “Aku gak cegah” jawabnya tanpa menoleh. “Aku cuma kasih tau bahwa kepergianmu gak akan bikin aku buta.” “Kamu pasangin aku pelacak? Kamera? Mikrofon? Atau kamu suruh orang ngikutin aku tiap langkah?!” “Enggak semua hal perlu kamu tahu.” “HEESEUNG!” Akhirnya dia menoleh. Tatapannya tajam, tapi bibirnya tetap melengkung dalam senyum kecil yang menjengkelkan. “Aku cuma pastikan kamu aman” katanya pelan. “Satu-satunya yang bahaya adalah kalau kamu nyoba kabur dari perlindunganku.” Perlindungan? Itu bukan perlindungan. Itu pengawasan, penahanan. Kamu menggeleng. “Kamu butuh bantuan. Ini gak sehat.” Heeseung bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan mendekat. Kamu mundur, tapi punggungmu segera bertemu dengan pintu di belakang. “Y/N” suaranya rendah, nyaris seperti bujukan, tapi matanya tetap tak berkedip. “Aku gak butuh bantuan. Aku cuma butuh kamu tetap di tempat yang bisa aku lihat. Aku gak akan pernah izinin dunia menyakitimu kayak dulu.” Kamu membeku. Kata-katanya mengguncang sesuatu dalam dirimu. Dulu, masa lalu. Apakah ini ada hubungannya dengan sesuatu yang sudah kamu lupakan? Kamu mencoba mengingat. Tapi sebelum bisa tenggelam lebih jauh dalam pikiranmu, Heeseung sudah berdiri tepat di hadapanmu. Dia mengangkat tangannya, lalu menyentuh sisi wajahmu. Kali ini, kamu menepisnya. “Gak usah sentuh aku.” Ekspresinya berubah sedikit. Ada kilatan luka yang singkat atau marah yang ditahan. “Kalau kamu keluar dari sini” katanya, “aku gak akan jamin kamu bisa balik.” Kata-katanya menusuk. “Apa maksudmu?” “Aku gak ancam kamu, Y/N. Aku cuma bilang kalau kamu keluar, dunia akan berubah. Gak akan ada tempat aman tanpa aku.” “Lucu, karena saat ini pun aku gak ngerasa aman.” Mata Heeseung menyipit. Sekali lagi dia diam. Dan dalam keheningan itu, kamu akhirnya memutuskan: cukup. Tanpa satu kata pun lagi, kamu membuka pintu. Melangkah keluar. Tidak ada yang menahanmu. Tidak ada tangan yang menarikmu kembali. Tapi langkahmu tidak terasa seperti langkah kemenangan. Justru, seperti melangkah ke dalam sesuatu yang tidak kamu pahami. Seperti kamu sedang diawasi bahkan lebih dari sebelumnya. Dan kamu benar. Karena saat kamu keluar dari gedung apartemen dan berbelok menuju jalan besar, kamu melihat seseorang. Seorang pria dengan hoodie hitam berdiri di seberang jalan, menatap ponselnya, lalu menatap langsung ke arahmu. Kamu berpura-pura tidak melihat. Tapi seluruh tubuhmu menegang. Langkahmu cepat. Kamu memanggil taksi, mencoba tersenyum ramah agar supirnya tidak curiga kamu sedang dalam bahaya. Kamu memberikan alamat acak tempat makan kecil yang biasa kamu kunjungi waktu kuliah. Hanya untuk menyamarkan jejak, hanya untuk berpikir. Tapi sesampainya di sana, kamu tidak merasa lega. Justru semakin bingung. Karena saat kamu masuk ke dalam dan duduk. Tak lama kemudian, ponselmu berbunyi. [Unknown — 07.05] Makanlah yang banyak. Kamu kelihatan pucat dari tadi. Jangan bikin aku khawatir. Kamu hampir menjatuhkan ponselmu. Dia... masih mengawasi. -------- Dikit dulu, tiba-tiba buntu. #leeheeseung #heeseung #fyp - @.ddusky"/>

@.ddusky: (3.) "Silent Control." Kakimu gemetar, tanganmu masih menggenggam gagang pintu, tapi seolah ada tali tak kasatmata yang menahannya untuk benar-benar terbuka. Kamu memandangi layar ponsel lagi. Pesan dari nomor asing itu tetap sama: > [Unknown — 06.12] Kemana pun kamu pergi, aku tetap bisa lihat kamu. Jangan buat aku ngerubah caranya. Bukan dari Heeseung. Tapi kamu tahu, itu darinya. Atau lebih tepatnya, dari seseorang yang bekerja untuknya. Kamu menoleh pelan ke belakang. Heeseung masih duduk, menyesap kopinya seperti pagi ini adalah pagi paling biasa dalam hidup kalian. Tidak ada kemarahan di wajahnya. Tidak ada amukan atau paksaan. Justru ketenangan itulah yang membuat semuanya terasa jauh lebih mengerikan. “Kamu bohong” katamu dengan suara nyaris pecah. “Katanya gak bakal cegah aku pergi.” “Aku gak cegah” jawabnya tanpa menoleh. “Aku cuma kasih tau bahwa kepergianmu gak akan bikin aku buta.” “Kamu pasangin aku pelacak? Kamera? Mikrofon? Atau kamu suruh orang ngikutin aku tiap langkah?!” “Enggak semua hal perlu kamu tahu.” “HEESEUNG!” Akhirnya dia menoleh. Tatapannya tajam, tapi bibirnya tetap melengkung dalam senyum kecil yang menjengkelkan. “Aku cuma pastikan kamu aman” katanya pelan. “Satu-satunya yang bahaya adalah kalau kamu nyoba kabur dari perlindunganku.” Perlindungan? Itu bukan perlindungan. Itu pengawasan, penahanan. Kamu menggeleng. “Kamu butuh bantuan. Ini gak sehat.” Heeseung bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan mendekat. Kamu mundur, tapi punggungmu segera bertemu dengan pintu di belakang. “Y/N” suaranya rendah, nyaris seperti bujukan, tapi matanya tetap tak berkedip. “Aku gak butuh bantuan. Aku cuma butuh kamu tetap di tempat yang bisa aku lihat. Aku gak akan pernah izinin dunia menyakitimu kayak dulu.” Kamu membeku. Kata-katanya mengguncang sesuatu dalam dirimu. Dulu, masa lalu. Apakah ini ada hubungannya dengan sesuatu yang sudah kamu lupakan? Kamu mencoba mengingat. Tapi sebelum bisa tenggelam lebih jauh dalam pikiranmu, Heeseung sudah berdiri tepat di hadapanmu. Dia mengangkat tangannya, lalu menyentuh sisi wajahmu. Kali ini, kamu menepisnya. “Gak usah sentuh aku.” Ekspresinya berubah sedikit. Ada kilatan luka yang singkat atau marah yang ditahan. “Kalau kamu keluar dari sini” katanya, “aku gak akan jamin kamu bisa balik.” Kata-katanya menusuk. “Apa maksudmu?” “Aku gak ancam kamu, Y/N. Aku cuma bilang kalau kamu keluar, dunia akan berubah. Gak akan ada tempat aman tanpa aku.” “Lucu, karena saat ini pun aku gak ngerasa aman.” Mata Heeseung menyipit. Sekali lagi dia diam. Dan dalam keheningan itu, kamu akhirnya memutuskan: cukup. Tanpa satu kata pun lagi, kamu membuka pintu. Melangkah keluar. Tidak ada yang menahanmu. Tidak ada tangan yang menarikmu kembali. Tapi langkahmu tidak terasa seperti langkah kemenangan. Justru, seperti melangkah ke dalam sesuatu yang tidak kamu pahami. Seperti kamu sedang diawasi bahkan lebih dari sebelumnya. Dan kamu benar. Karena saat kamu keluar dari gedung apartemen dan berbelok menuju jalan besar, kamu melihat seseorang. Seorang pria dengan hoodie hitam berdiri di seberang jalan, menatap ponselnya, lalu menatap langsung ke arahmu. Kamu berpura-pura tidak melihat. Tapi seluruh tubuhmu menegang. Langkahmu cepat. Kamu memanggil taksi, mencoba tersenyum ramah agar supirnya tidak curiga kamu sedang dalam bahaya. Kamu memberikan alamat acak tempat makan kecil yang biasa kamu kunjungi waktu kuliah. Hanya untuk menyamarkan jejak, hanya untuk berpikir. Tapi sesampainya di sana, kamu tidak merasa lega. Justru semakin bingung. Karena saat kamu masuk ke dalam dan duduk. Tak lama kemudian, ponselmu berbunyi. [Unknown — 07.05] Makanlah yang banyak. Kamu kelihatan pucat dari tadi. Jangan bikin aku khawatir. Kamu hampir menjatuhkan ponselmu. Dia... masih mengawasi. -------- Dikit dulu, tiba-tiba buntu. #leeheeseung #heeseung #fyp

Scentca.
Scentca.
Open In TikTok:
Region: ID
Thursday 24 July 2025 10:51:42 GMT
24202
2997
78
67

Music

Download

Comments

raa_wle159
— Raa :
kak? kamu cantik banget sumpah maa syaa Allah 😭🙏🏻
2025-07-24 12:02:10
167
sofia_th_efirst
L0v3✨ :
plss remind me for the next part🙏
2025-07-25 03:02:59
1
ninabobo510
NinaBobo510 :
seharusnya author ini harus diberi banyak like kerana jalan cerita sangat menarik. aku suka.. tolong lanjut lagi. ♥️♥️
2025-07-24 11:17:48
15
loveeyov
loOvEerswift :
LANJUT PLISS DEMI AKUU
2025-07-24 23:43:21
9
arsy_sy_sy_sy
𐙚 ଘcokowଓ 𐙚 :
author ❤️taeil
2025-07-24 12:15:16
1
yaralee09
~𝒀𝒂𝒓𝒂 𝑳𝒆𝒆~🦢🌷 :
it's soooooo good it's driving me crazy 😭😭😭😭😭😭
2025-07-24 20:09:56
3
treasureot10
treasure eomma🦍 :
Kakkkk buat au plisss
2025-07-24 11:06:24
24
jihan.alya.putri6
ENGENE! :
lanjut gak kak🤭🤭
2025-07-26 10:14:54
0
bananaboiiye
evee☃️ :
awawawaw lanjutt
2025-07-26 14:16:44
0
athena.domasig.ch
Athena :
pa remind din po ako
2025-07-25 23:35:53
1
sweetyjjie
starssei 🪐 :
seruu kak, lanjut yuggg
2025-07-25 01:58:54
1
nunathv._
—Kɪm_ׅ꯱ɑׁׅ֮ϐׁꪱׁׁׁׅׅׅru𓍯 :
gila plss tapi ini lee heeseung..
2025-07-24 16:42:02
2
ikawwwz
Ikaa🌷 :
Lanjuttt jangan lupa tag aku ka 😭😭
2025-07-24 21:17:59
1
ice.teaz_
a :
deymm atur deh ka atur alur idup ku ma hisenk😭😭
2025-07-26 16:15:02
1
_kimtaehyung_9
gf_taehyung :
lanjutttt kakkkk 😭
2025-07-25 03:15:03
1
_itz.lya
𐙚₊🎧⊹🍒˚✩ ˚ :
TIDUR GUE GAK TENANGGGG, KENAPA LEWATNYA TENGAH MALEM SIIII😭
2025-07-24 17:43:49
1
lalalaashy
ʳⁱᵏⁱᶜʰᵃⁿ^-^ :
NEXT YA KAKZ DETIK INI JUGA😏
2025-07-24 13:21:03
1
nnaaunaa._
nnaaunaa._🤍 :
YEY DH LANJUT 🔥🔥💋💋
2025-07-24 11:05:24
1
alsha002
mochivanilla :
lanjuttttt
2025-07-24 11:46:16
2
cinnamon_sugarrrrr
heeflower🌷 :
kakkk lanjut aku jadi sumala
2025-07-25 01:43:45
1
afikaa_3
secretcutie_✨☁ :
ayoo lanjut lagii
2025-07-24 14:40:53
1
zara.aezeera
zara.aezeera :
kak, tag aku ya klo udh lnjut
2025-07-24 14:11:59
1
hanniishn
ೃ⁀➷ :
ayo lanjut kaakk, tag gue ih
2025-07-24 18:14:10
1
_faahh0
itsme♡ :
lanjut kakk 😁
2025-07-24 15:05:21
1
nia38435
nia :
lanjut KA 🙏🙏
2025-07-25 04:37:13
1
To see more videos from user @.ddusky, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos


About