@onepercentf: Aku buka laptop, klik pair random GBPJPY, lihat candle hijau langsung BUY. Gedein lot. Dalam 30 detik, minus dua juta. Tapi aku tambah posisi. "Tenang, ini pasti balik." Lima menit kemudian Margin Call. 15 juta lenyap begitu saja. Tapi anehnya, aku gak berhenti. Bayu Satria menatap layar kosong, matanya sembab. Istrinya tertidur di kamar sebelah. Sementara itu, di depannya hanya notifikasi Akun Anda Telah Terlikuidasi. Itu margin call ke-9 dalam tiga bulan. Total kerugian mencapai 97 juta rupiah. Uang hasil tabungan nikah. Dana darurat. Uang kontrakan. Gak bersisa. Tapi kenapa belum juga berhenti? Bayu gak pernah buka chart untuk analisa. Cukup lihat candle terakhir. Hijau? BUY. Merah? SELL. Dia gak percaya indikator, apalagi analisa fundamental. "Ribet. Mending feeling aja. Toh untung-untungan juga." Hari-hari Bayu seperti ini... Profit dikit, langsung close. Floating minus, ditahan. Loss gede, malah tambah posisi. Dia gak pakai SL, gak punya target, gak catat apa-apa. Semua hanya spekulasi. "Yang penting menang. Kalau kalah, ulang lagi. Nanti juga hoki balik." Hari itu hujan. Bayu pinjam uang ke mertuanya. Lagi. "Untuk bayar proyek," katanya. Padahal uang itu langsung masuk ke akun trading. 1 jam kemudian, ludes. Buy EUR/USD saat ada news NFP. Langsung crash 80 pips. Akun langsung 0. 25 juta hilang dalam hitungan menit. Bayu duduk membeku. Tangannya gemetar. Rasanya kayak jantung mau copot. Di luar kamar, istrinya mengetuk pelan. "Yu... uang kontrakan bulan ini mana? Kita mau diusir..." Bayu gak bisa jawab. Air matanya jatuh tanpa suara. Dia merasa seperti pecundang. Sinta masuk ke kamar, lihat Bayu menangis di depan laptop. Di layar, tertulis: "Margin Call. Your account has been closed due to insufficient funds." "Ya Tuhan, Yu... kamu masih trading?" suaranya pelan. Bayu akhirnya jujur. Tentang semua utangnya, tabungan yang habis, dan bahwa dia memperlakukan forex seperti meja judi. "Aku cuma pengen cepat kaya, Sayang..." Malam itu, Bayu berpikir untuk kabur. Bahkan sempat terlintas untuk lompat ke sungai. Tapi sebelum itu terjadi, dia teringat satu nama: Dimas, sepupu Sinta. Seorang trader yang katanya konsisten. Dengan gemetar, Bayu kirim pesan. "Gue udah loss hampir 100 juta, bro. Hidup gue hancur. Masih bisa bangkit gak?" "Forex itu bukan judi. Lu yang bikin itu jadi judi. Tapi kalau lu serius, lu bisa ubah semua. Tapi mulai dari satu hal: catat setiap trade lu. Itu bukan buat gaya-gayaan, itu cara lu bertahan." Jawab Dimas. Bayu mulai dari 2 juta. Bukan untuk kaya, tapi untuk berubah. Hari pertama journal. 1. Pair EURUSD 2. Alasan entry Breakout resistance + konfirmasi candle 3. Risk 2% = 40rb 4. SL: 20 pips | TP: 40 pips 5. Hasil: Profit 65rb Bayu kaget. Ternyata saat dia pakai logika, bukan feeling, hasilnya beda. Dia mulai pakai SL & TP, catat setiap alasan entry, evaluasi trade tiap minggu, jauh dari signal grup dan “tebakan hoki” Bayu gak kaya. Tapi akunnya pelan-pelan tumbuh. 2 juta jadi 5.6 juta. Return stabil, drawdown minim. Tapi yang paling berharga: tidak ada lagi dusta. Tidak ada lagi utang baru. Tidak ada lagi malam nangis di depan laptop. Istrinya tersenyum lagi. Dan Bayu belajar satu hal penting. "Forex itu bukan judi. Tapi kalau kamu asal klik BUY/SELL tanpa alasan, tanpa jurnal, tanpa logika maka kamu sedang main rolet dengan hidup kamu sendiri." Kalau kamu masih tebak-tebakan di market tanpa jurnal, tanpa sistem, tanpa batas rugi. Maka kamu bukan trader. Kamu penjudi yang menyamar. Berhenti. Ubah semuanya. Catat jurnalmu. "Journal gue bukan buat gaya, tapi buat nyelametin gue dari kehancuran." – Bayu Satria “Judi itu cepat. Tapi hancurnya lebih cepat.” “Bisnis itu lambat. Tapi selamat.” Download Journal Trading yang sudah saya sediakan di link bio saya sekarang!
One Percent
Region: ID
Thursday 24 July 2025 17:48:17 GMT
Music
Download
Comments
There are no more comments for this video.
To see more videos from user @onepercentf, please go to the Tikwm
homepage.