far :
aku percaya cinta itu selalu indah. Aku percaya kalau aku mencintai seseorang dengan tulus, dia juga akan melakukan hal yang sama. Aku pernah memberi segalanya—waktu, perhatian, perasaan, bahkan seluruh diriku. Aku mencintai seseorang dengan cara yang mungkin terlalu dalam, terlalu naif. Aku pikir dia adalah satu-satunya, yang akan tetap tinggal meskipun dunia berubah. Tapi nyatanya, aku salah.
Aku pernah habis-habisan untuk satu cinta. Cinta yang aku jaga dengan semua yang kupunya, tapi akhirnya tetap pergi. Aku sudah melakukan semuanya, berjuang sebisa mungkin, tapi ternyata aku tetap tidak cukup. Aku melihat seseorang yang dulu kuanggap rumah, berubah menjadi asing. Aku melihat seseorang yang dulu berjanji akan selalu ada, memilih untuk pergi tanpa menoleh lagi.
Sejak itu, aku berubah. Aku mencoba jatuh cinta lagi, tapi rasanya beda. Dulu, aku bisa tersenyum karena pesan singkat. Sekarang? Aku bahkan malas untuk membalas. Dulu, aku bisa merasakan debaran di dada hanya karena mendengar namanya. Sekarang? Hati ini cuma diam, dingin, tanpa reaksi.
Bukan karena aku membenci cinta. Bukan karena aku ingin sendiri. Tapi karena aku sudah habis. Semua perasaan, semua harapan, semua kehangatan—sudah kuberikan ke satu orang yang akhirnya pergi. Dan sekarang, ketika ada seseorang yang datang, aku hanya bisa diam. Bukannya aku tidak ingin mencoba, tapi aku sudah tidak tahu bagaimana caranya.
Mereka bilang, "Jangan menutup hati, masih banyak yang tulus."
Aku tahu. Tapi bukan soal mereka, ini tentang aku. Aku bukan menutup hati, aku hanya tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan.
Mati rasa bukan berarti tidak ingin mencintai lagi. Kadang, itu hanya tanda bahwa seseorang sudah terlalu banyak memberi, sampai akhirnya tidak menyisakan apa-apa untuk siapa pun yang datang belakangan.
2025-07-28 16:06:34