@rmalasaryyy: Semalam dicuci suamiku paginya istri yang jemurin 🌱 #berandafyp #dcterbaru2025 #fyppppppppppppppppppppppp

rmalasary
rmalasary
Open In TikTok:
Region: ID
Thursday 31 July 2025 07:00:23 GMT
175383
10404
29
168

Music

Download

Comments

adisuliadi661
🅐🅨🅐🅗🅔 🅥🅘🅞🅝🅐 :
pertama kak
2025-07-31 07:05:24
1
fatoniboni
BONI SLIPI :
mantap
2025-08-01 07:41:57
1
yo2l97
Yo2L97 :
tonggone ben pagi sumringah
2025-08-02 13:06:31
0
pangeranmuda112
⁰⁰⁷ 𝔸•𝙇•𝙆•𝔸 ⁰⁰⁷ :
mari kita fyp kan adik2
2025-08-02 10:59:40
0
awal.mula542
Awal Mula :
pen jadi tetangganya
2025-08-02 04:13:38
0
masmboiiis
Masmboiiis :
Okonge okonge 🤩
2025-08-01 15:01:09
0
masturnarada
Adrian :
aluss
2025-08-02 02:20:33
0
dewa_uhuuy
ꩇׁׅ݊ɑׁׅ֮꯱ׁׅ֒ ժׁׅ݊ꫀׁׅܻᨰׁׅ :
okong e😁
2025-07-31 12:56:34
0
egi.rahman5
Egi Rahman :
pertama
2025-07-31 07:07:37
0
skmjr22
TomboL :
@kemplenx_soemantry
2025-07-31 16:50:21
1
hendradoldol
H ❤️ A :
🥰
2025-08-02 16:18:34
0
solihingepeng2
Solihin gepeng :
🥰
2025-08-02 16:09:12
0
putra.libra622
Putra Libra :
😂
2025-08-02 15:54:20
0
nimchi7
𝘾𝙐𝙋𝙐𝙋𝘼𝙋𝙄🐣 :
😁
2025-08-02 14:39:07
0
acos.rosidi
Acos Rosidi :
🥰🥰🥰
2025-08-02 14:17:46
0
nisa67960
nisa :
😌
2025-08-02 12:05:25
0
yeeeeeeie
πΠΩ§£¢€ :
🥰
2025-08-02 10:41:10
0
yutt__boro
jadi lah dirimu sendiri👍🙏 :
👌
2025-08-02 10:35:55
0
ndyzen.comjjs
@ndyz3n :
🥰
2025-08-02 05:01:05
0
ridwansuhandi05
Ridwan :
😳
2025-08-02 04:27:56
0
inunk.27
Inunk_27 :
😁
2025-08-02 03:54:54
0
memek.gede38
A Irfan 19691419086 :
😻😻😻😻😻😻😻😻😻😻😻
2025-08-01 15:34:20
0
rayfan_123
💫RAYFAN Adek👶🏿🧑‍🍼 :
👍👍👍
2025-08-01 11:44:28
0
fatamorga05
FATAMORGANA :
😳😳
2025-08-01 11:35:08
0
putra.khuray
StreetGlow :
😋😋😋
2025-08-01 05:47:27
0
To see more videos from user @rmalasaryyy, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV | Jake meninggal di bulan yang sama ketika lavender pertama kali mekar di halaman rumah kalian. Ia pergi dengan pelukan hangat malam sebelumnya, dan kalimat pelan yang kamu pikir hanya candaan: “Kalau besok aku gak bangun, janji ya… kamu tetap hidup.” Kamu tertawa, memukul bahunya pelan. “Gak lucu, Jake.” Tapi ternyata, itu pamit yang dibungkus lembut. Dan kamu—perempuan yang biasa kuat—kali itu kehilangan arah. Sejak kepergiannya, rumahmu hanya penuh benda, tapi tak ada lagi napas. Hari-hari berlalu seperti kabut. Tidak gelap, tapi tidak pernah benar-benar terang. Kamu menyeduh dua cangkir kopi setiap pagi. Tapi yang satu selalu dingin dan tak tersentuh. Kamu bicara sendiri. Kadang ke langit-langit. Kadang ke bantal yang masih menyimpan bau tubuhnya. Dan di suatu malam paling sunyi, waktu memberimu sesuatu yang tak masuk akal. Kamu terbangun bukan di ranjang biasa. Langit di luar jendela terlalu biru. Udara terlalu segar. Dan saat kamu turun ke dapur, kamu melihat Jake… hidup. Bernapas. Menyapamu dengan senyum yang selama ini hanya tinggal dalam ingatan. Kamu kembali. Empat hari sebelum Jake meninggal. Bukan untuk menyelamatkan. Tapi untuk menghabiskan. Empat hari. Itu saja. Kamu menatapnya seperti orang asing yang baru jatuh cinta. Ia masih menyisir rambutnya dengan tangan kiri, masih meniup kopi karena lidahnya lemah panas, masih memakai hoodie favoritmu yang sudah mulai pudar warnanya. Jake heran dengan cara kamu melihatnya. “Kamu kenapa? Liatin aku terus dari tadi,” tanyanya sambil tersenyum. Kamu mengangguk pelan. “Karena kamu kelihatan… kayak seseorang yang bakal aku rindukan habis-habisan.” Jake tertawa. Tidak tahu. Dan kamu tidak berkata lebih. Karena ini bukan waktu untuk menjelaskan. Ini waktumu… untuk menikmati yang sebentar lagi hilang. Di hari kedua, kamu membawanya ke tempat-tempat yang dulu kalian cintai. Kedai kopi di tikungan. Lapangan kecil tempat kalian duduk berdua waktu gagal punya anak. Toko buku yang penuh coretan tangan kalian di rak pojok. Jake ikut saja. Tak banyak bertanya. Hanya sesekali mengerutkan alis. “Kita ulang tahun pernikahan ya? Aku lupa?” “Enggak. Aku cuma pengen… bikin hari ini gak nyesel kalau dikenang.” Dia menatapmu agak lama. Lalu tersenyum. Dan kamu ingin membekukan senyum itu. Kalau bisa, kamu simpan dalam toples, kamu hirup aromanya setiap kali kesepian di masa depan. Di malam ketiga, kalian tidur lebih awal. Lampu dimatikan. Tapi kalian tetap terjaga. Jake memelukmu dari belakang. Napasnya hangat di tengkukmu. “Pernah kepikiran gak? Kalau kita gak lama-lama bareng di dunia ini?” Kamu diam. Tapi detak jantungmu berubah. “Kalau itu kejadian,” katamu pelan, “Aku pengen kamu tahu… kamu satu-satunya tempat aku gak pernah ingin pergi.” Jake mencium keningmu. “Dan aku… milih kamu terus. Bahkan kalau nanti kita hidup di dunia yang lain.” Dan kamu menangis dalam diam. Karena tahu… ini malam terakhir. Hari keempat datang seperti air tenang yang menutupi seluruh tubuhmu. Kamu tahu waktumu habis. Tapi kamu tidak ingin menyia-nyiakan satu detik pun. Kamu masak sarapan favorit Jake. Kalian makan sambil duduk berhadapan. Tak banyak bicara. Tapi jari kalian saling menyentuh di atas meja. Sebelum dia pergi keluar rumah—ke tempat di mana kamu tahu ajal akan menjemputnya—Jake menatapmu lama. Matanya teduh, seolah tahu ini pamit yang lain. “Entah kenapa, aku pengen bilang… aku bahagia banget nikah sama kamu.” Air matamu menahan di batas, tapi kamu kuat. Kamu peluk dia, lebih erat dari pelukan mana pun yang pernah kamu beri. “Terima kasih… udah jadi rumah buat aku. Aku akan hidup. Tapi aku akan hidup dengan kenangan yang cukup… dari empat hari ini.” Jake mencium pelipismu. Lalu pergi. Dan dunia memudar. Warna-warna kabur. Suara menjadi gema. Dan kamu kembali—ke waktu yang sekarang. Ke rumah yang sudah tak lagi bersuara. Ke bantal yang hanya satu. Dan hatimu… hampa. #pov #oneshot #enhypen #jake #simjaeyun #JAKE #fyp #foryoupage #fyppppppppppppppppppppppp #foryou
POV | Jake meninggal di bulan yang sama ketika lavender pertama kali mekar di halaman rumah kalian. Ia pergi dengan pelukan hangat malam sebelumnya, dan kalimat pelan yang kamu pikir hanya candaan: “Kalau besok aku gak bangun, janji ya… kamu tetap hidup.” Kamu tertawa, memukul bahunya pelan. “Gak lucu, Jake.” Tapi ternyata, itu pamit yang dibungkus lembut. Dan kamu—perempuan yang biasa kuat—kali itu kehilangan arah. Sejak kepergiannya, rumahmu hanya penuh benda, tapi tak ada lagi napas. Hari-hari berlalu seperti kabut. Tidak gelap, tapi tidak pernah benar-benar terang. Kamu menyeduh dua cangkir kopi setiap pagi. Tapi yang satu selalu dingin dan tak tersentuh. Kamu bicara sendiri. Kadang ke langit-langit. Kadang ke bantal yang masih menyimpan bau tubuhnya. Dan di suatu malam paling sunyi, waktu memberimu sesuatu yang tak masuk akal. Kamu terbangun bukan di ranjang biasa. Langit di luar jendela terlalu biru. Udara terlalu segar. Dan saat kamu turun ke dapur, kamu melihat Jake… hidup. Bernapas. Menyapamu dengan senyum yang selama ini hanya tinggal dalam ingatan. Kamu kembali. Empat hari sebelum Jake meninggal. Bukan untuk menyelamatkan. Tapi untuk menghabiskan. Empat hari. Itu saja. Kamu menatapnya seperti orang asing yang baru jatuh cinta. Ia masih menyisir rambutnya dengan tangan kiri, masih meniup kopi karena lidahnya lemah panas, masih memakai hoodie favoritmu yang sudah mulai pudar warnanya. Jake heran dengan cara kamu melihatnya. “Kamu kenapa? Liatin aku terus dari tadi,” tanyanya sambil tersenyum. Kamu mengangguk pelan. “Karena kamu kelihatan… kayak seseorang yang bakal aku rindukan habis-habisan.” Jake tertawa. Tidak tahu. Dan kamu tidak berkata lebih. Karena ini bukan waktu untuk menjelaskan. Ini waktumu… untuk menikmati yang sebentar lagi hilang. Di hari kedua, kamu membawanya ke tempat-tempat yang dulu kalian cintai. Kedai kopi di tikungan. Lapangan kecil tempat kalian duduk berdua waktu gagal punya anak. Toko buku yang penuh coretan tangan kalian di rak pojok. Jake ikut saja. Tak banyak bertanya. Hanya sesekali mengerutkan alis. “Kita ulang tahun pernikahan ya? Aku lupa?” “Enggak. Aku cuma pengen… bikin hari ini gak nyesel kalau dikenang.” Dia menatapmu agak lama. Lalu tersenyum. Dan kamu ingin membekukan senyum itu. Kalau bisa, kamu simpan dalam toples, kamu hirup aromanya setiap kali kesepian di masa depan. Di malam ketiga, kalian tidur lebih awal. Lampu dimatikan. Tapi kalian tetap terjaga. Jake memelukmu dari belakang. Napasnya hangat di tengkukmu. “Pernah kepikiran gak? Kalau kita gak lama-lama bareng di dunia ini?” Kamu diam. Tapi detak jantungmu berubah. “Kalau itu kejadian,” katamu pelan, “Aku pengen kamu tahu… kamu satu-satunya tempat aku gak pernah ingin pergi.” Jake mencium keningmu. “Dan aku… milih kamu terus. Bahkan kalau nanti kita hidup di dunia yang lain.” Dan kamu menangis dalam diam. Karena tahu… ini malam terakhir. Hari keempat datang seperti air tenang yang menutupi seluruh tubuhmu. Kamu tahu waktumu habis. Tapi kamu tidak ingin menyia-nyiakan satu detik pun. Kamu masak sarapan favorit Jake. Kalian makan sambil duduk berhadapan. Tak banyak bicara. Tapi jari kalian saling menyentuh di atas meja. Sebelum dia pergi keluar rumah—ke tempat di mana kamu tahu ajal akan menjemputnya—Jake menatapmu lama. Matanya teduh, seolah tahu ini pamit yang lain. “Entah kenapa, aku pengen bilang… aku bahagia banget nikah sama kamu.” Air matamu menahan di batas, tapi kamu kuat. Kamu peluk dia, lebih erat dari pelukan mana pun yang pernah kamu beri. “Terima kasih… udah jadi rumah buat aku. Aku akan hidup. Tapi aku akan hidup dengan kenangan yang cukup… dari empat hari ini.” Jake mencium pelipismu. Lalu pergi. Dan dunia memudar. Warna-warna kabur. Suara menjadi gema. Dan kamu kembali—ke waktu yang sekarang. Ke rumah yang sudah tak lagi bersuara. Ke bantal yang hanya satu. Dan hatimu… hampa. #pov #oneshot #enhypen #jake #simjaeyun #JAKE #fyp #foryoupage #fyppppppppppppppppppppppp #foryou

About