@katrina48548: #ajaba

ketrina🌸🌸
ketrina🌸🌸
Open In TikTok:
Region: ET
Thursday 31 July 2025 08:50:54 GMT
145
28
18
212

Music

Download

Comments

gujivisionkaleb
guji vision Kaleb 😁😁 :
zura hule new wekeba
2025-07-31 16:50:44
1
milugal4
milu gal :
🥰🥰🥰
2025-07-31 12:19:49
1
sama64458
@sama6445 :
🥰🥰🥰
2025-08-01 00:56:20
0
user3250811523753
Eleel :
🥰🥰🥰🥰🥰😍😍😍
2025-07-31 12:12:09
0
2ramadanhasan
RAMADANHASAN🥦🌽 :
🥰🥰🥰
2025-07-31 10:24:22
0
heresgelam
Heera9766 :
🥰🥰🥰
2025-07-31 09:41:39
0
pama320
Abdisa17 :
🥰🥰🥰
2025-07-31 09:13:32
0
qadarxajii42
khadar xajii :
🥰🥰🥰
2025-07-31 09:12:30
0
user7127181639736
melona👑👑 :
🥰🥰🥰
2025-07-31 09:09:01
0
user8242142052731
samira🌺🌺 :
🥰🥰🥰🥰
2025-07-31 09:00:33
0
user8242142052731
samira🌺🌺 :
🥰🥰🥰🥰🥰
2025-07-31 09:00:31
0
user70780421577990
Dagket :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-07-31 08:54:10
0
user70780421577990
Dagket :
🥺🥺🥺🥺🥺🥺
2025-07-31 08:53:22
0
user70780421577990
Dagket :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-07-31 08:53:15
0
user70780421577990
Dagket :
🥰🥰🥰🥰
2025-07-31 08:53:12
0
katrina48548
ketrina🌸🌸 :
❤❤❤
2025-07-31 08:51:07
0
kuma.adolaa
Kuma Adolaa :
tey gn achi liji 💔
2025-07-31 08:57:42
0
To see more videos from user @katrina48548, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

:: Pagi masih belum sepenuhnya terang. Tirai kamar hanya membiarkan cahaya pucat masuk, menggambarkan siluet benda-benda di sekitarnya. Udara dingin menyelinap lewat celah jendela, dan kamu baru saja bangun—setengah sadar, belum sepenuhnya kembali ke dunia nyata. Tapi ada sesuatu yang membuatmu berhenti bergerak. Isakan kecil. Kamu menoleh pelan. Jungwon masih tertidur di belakangmu, memelukmu erat. Tapi… air mata mengalir dari sudut matanya, membasahi pipi dan bantal di bawahnya. Bibirnya bergetar, seperti menahan sesuatu yang terlalu berat untuk dikeluarkan. Matanya terpejam, tapi wajahnya terlihat kesakitan. “Tolong.. Jangan jauhin aku…” bisiknya dalam tidur. Kamu terpaku. Dada terasa sesak melihatnya seperti itu—tak berdaya, bahkan dalam mimpi. Kamu tahu dia masih mencintaimu. Tapi kamu tak pernah tahu bahwa kehilanganmu meninggalkan luka sedalam itu. Perlahan, kamu menyentuh pipinya, menyeka air mata dengan ibu jari. “Aku di sini,” kamu berbisik nyaris tak bersuara. “Tenang aja…” Jungwon tidak membuka mata. Tapi pelukannya mengencang, seolah tubuhnya mengenali kehadiranmu lebih dulu daripada pikirannya. Jungwon terbangun pelan. Napasnya masih berat, matanya sembab. Ia tak langsung bicara. Hanya menatapmu dalam diam. Pandangannya seperti bertanya: kamu nyata? atau cuma mimpi yang datang sebentar lagi pergi? Kamu mengangguk kecil. “Masih di sini.” Ia tersenyum tipis—penuh lega, tapi juga sedih. Lalu berdiri, merapikan jaketnya tanpa banyak suara. Sebelum pergi, ia menoleh sekali lagi. Matanya menatapmu seolah ingin tinggal lebih lama… tapi tidak tahu bagaimana caranya.
:: Pagi masih belum sepenuhnya terang. Tirai kamar hanya membiarkan cahaya pucat masuk, menggambarkan siluet benda-benda di sekitarnya. Udara dingin menyelinap lewat celah jendela, dan kamu baru saja bangun—setengah sadar, belum sepenuhnya kembali ke dunia nyata. Tapi ada sesuatu yang membuatmu berhenti bergerak. Isakan kecil. Kamu menoleh pelan. Jungwon masih tertidur di belakangmu, memelukmu erat. Tapi… air mata mengalir dari sudut matanya, membasahi pipi dan bantal di bawahnya. Bibirnya bergetar, seperti menahan sesuatu yang terlalu berat untuk dikeluarkan. Matanya terpejam, tapi wajahnya terlihat kesakitan. “Tolong.. Jangan jauhin aku…” bisiknya dalam tidur. Kamu terpaku. Dada terasa sesak melihatnya seperti itu—tak berdaya, bahkan dalam mimpi. Kamu tahu dia masih mencintaimu. Tapi kamu tak pernah tahu bahwa kehilanganmu meninggalkan luka sedalam itu. Perlahan, kamu menyentuh pipinya, menyeka air mata dengan ibu jari. “Aku di sini,” kamu berbisik nyaris tak bersuara. “Tenang aja…” Jungwon tidak membuka mata. Tapi pelukannya mengencang, seolah tubuhnya mengenali kehadiranmu lebih dulu daripada pikirannya. Jungwon terbangun pelan. Napasnya masih berat, matanya sembab. Ia tak langsung bicara. Hanya menatapmu dalam diam. Pandangannya seperti bertanya: kamu nyata? atau cuma mimpi yang datang sebentar lagi pergi? Kamu mengangguk kecil. “Masih di sini.” Ia tersenyum tipis—penuh lega, tapi juga sedih. Lalu berdiri, merapikan jaketnya tanpa banyak suara. Sebelum pergi, ia menoleh sekali lagi. Matanya menatapmu seolah ingin tinggal lebih lama… tapi tidak tahu bagaimana caranya. "Makasih… udah izinin aku ada di sini, semalam aja.” Dan setelah itu, ia pergi. Tanpa pelukan. Tanpa janji. Hanya keheningan yang kembali mengisi ruangan—dan bayangannya yang masih terasa di tempat tidur. __ Sudah lewat tengah hari saat kamu membuka ponsel dan menemukan satu pesan baru, dikirim pagi-pagi sekali. Dari nomor yang kamu kenal baik, meski belum pernah kamu simpan. "Saya harus ke luar negeri selama beberapa minggu. Urusan pekerjaan, mendadak. Saya tidak bilang ke Jungwon. Saya tahu dia akan mencari saya. Jadi saya titipkan dia padamu… kalau kamu bersedia." —Pak Yang Kamu membaca ulang pesan itu. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Tak ada embel-embel permintaan maaf, tak ada kalimat manis. Tapi kamu tahu, itu bukan karena dia sombong—itu caranya menyampaikan kepercayaan. Dengan pelan. Dengan hati-hati. Dengan cara yang nyaris tak terdengar… tapi terasa sampai ke dalam. Lalu kamu menoleh ke ruang tamu. Jungwon menginap di rumahmu—muak dengan ayahnya, lelah dengan suara yang tak pernah reda. Jungwon tertidur di sofa, kepala miring, rambut acak-acakan, dan jemarinya masih menggenggam remote TV yang mati sejak tadi. Ia baru saja pulih dari sakit ringan karena kehujanan. Kamu yang merawatnya dua hari terakhir—mengganti kompres, menyuapi bubur, menyembunyikan obat di balik teh manis agar ia mau minum. Dia sering ngedumel. Tapi tetap nurut. Pagi tadi, saat matanya sempat terbuka sebentar, ia menatapmu lama dengan pandangan lelah yang nyaris minta maaf. Suaranya serak saat berbisik: “Aku nggak nyusahin, kan?” Kamu tidak langsung menjawab. Hanya menarik selimutnya lebih rapat, memastikan tubuhnya tetap hangat. “Aku ngurusin kamu karena kemauanku sendiri.” Ia terdiam sejenak—lalu tersenyum kecil, seperti baru percaya. Lalu kembali memejamkan mata, pelan-pelan… seolah akhirnya bisa tidur dengan tenang. Dan kini, dengan pesan dari ayahnya di tangan, kamu tahu—janji itu bukan cuma ke Jungwon. Tapi ke ayahnya juga. __ Beberapa tahun berlalu. Lampu kristal menggantung anggun, memantulkan cahaya lembut ke seluruh sudut aula berbalut putih dan bunga-bunga peoni yang bermekaran. Alunan piano mengisi ruang dengan tenang, serasi dengan langkah pelan kalian—kamu dan Jungwon—yang kini berdiri berdampingan, resmi sebagai suami istri. »» comsect #jungwon #enhypen #pov #4u #fyp

About